Pergerakan Tanah
Kelurahan Srengseng Sawah dan Cipedak Tersering Kejadian Tanah Longsor di Jakarta, Kenali Tandanya
10 wilayah kecamatan yang tersebar di Jakarta Selatan (8 kecamatan) dan Jakarta Timur (2 kecamatan) perlu mewaspadai terhadap potensi gerakan tanah
Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Sebanyak 10 wilayah kecamatan yang tersebar di Jakarta Selatan (8 kecamatan) dan Jakarta Timur (2 kecamatan) perlu mewaspadai terhadap potensi gerakan tanah pada April 2022.
Badan Penanggulangan Badan Daerah (BPBD) DKI Jakarta merilis sejumlah wilayah tersebut berdasarkan informasi yang didapatkan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM pada situs vsi.esdm.go.id untuk April 2022.
Diketahui, gerakan tanah atau biasa disebut tanah longsor, merupakan peristiwa perpindahan bahan pembentuk lereng (berupa tanah, batuan, bahan timbunan atau campuran diantaranya) yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji, mengatakan tanah longsor bisa terjadi karena berbagai macam pemicu seperti curah hujan, gempa bumi, erosi hingga aktivitas manusia.
Baca juga: 10 lokasi di Jakarta Berpotensi Mengalami Pergerakan Tanah Pada April 2022
"PVMBG merilis informasi potensi gerakan tanah di Jakarta setiap bulannya dengan menganalisis data curah hujan yang dikeluarkan oleh BMKG, yang kemudian disadur oleh BPBD DKI untuk diinformasikan ke masyarakat," ucap Insnawa melalui keterangan tertulisnya, Selasa (5/4/2022).
Pihaknya, kata dia, mencatat sepanjang tahun 2017 hingga 2021 terdapat total sebanyak 57 kejadian tanah longsor yang tersebar di berbagai lokasi di Jakarta.
Paling banyak terjadi di wilayah Jakarta Selatan (34 kejadian) dan Jakarta Timur (21 kejadian).
Adapun untuk wilayah kelurahan yang paling banyak terjadi yakni di Srengseng Sawah (6 kejadian) dan
Ciganjur (4 kejadian).
"Mayoritas kejadian tanah longsor terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi pada lokasi yang berada di sekitar kali/sungai," tambah dia.
Baca juga: PENELITI Unpad Temukan Konsentrasi Gas Radon Pendeteksi Gempa di Sesar Lembang, Bahayakah?
Kenali Tanda dan Antisipasi Tanah Longsor
Insnawa meminta agar masyarakat dapat mengetahui ciri-ciri tanah longsor yang ada di sekitarnya.
Seperti adanya lapisan tanah/batuan yang miring kearah luar, adanya retakan tanah yang membentuk tapal kuda, adanya rembesan air pada lereng, adanya pohon dengan batang yang terlihat melengkung dan perubahan kemiringan lahan yang sebelumnya landai menjadi curam.
BPBD DKI mengimbau agar masyarakat, terutama yang berada di sekitar kawasan kali/sungai untuk tidak membangun rumah di bawah tebing, tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai, tidak menebang pohon di sekitar lereng, dan menghindari untuk pembuatan kolam atau sawah di atas lereng.
"Informasi yang dirilis tiap bulan bukan berarti seluruh wilayah kecamatan tersebut masuk ke dalam kategori rawan, namun hanya pada wilayah tertentu yang berada pada kawasan lereng di tepi kali/sungai saja," ungkap dia.
Baca juga: Pemprov Banten Tingkatkan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Bencana Gempa Terkait Zona Megathrust
Menurutnya, hal ini perlu dipahami agar masyarakat tak panik dan tetap tenang dalam memahami informasi ini.
BPBD DKI telah berkoordinasi dengan PVMBG mengenai fenomena ini dan mendorong agar dapat dilakukan pemetaan dengan skala yang lebih kecil pada 1:25.000 bahkan 1:10.000.
"Karena saat ini PVMBG baru merilis peta peringatan dini potensi gerakan tanah pada skala 1:50.000," tambahnya.
Selain itu, BPBD DKI juga mendorong agar para stakeholders terkait untuk dapat menyusun strategi mitigasi secara struktural untuk mengurangi risiko bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu di masyarakat. (m27)