Ramadan 2022
Hindari Cuaca serta Pencurian, Emas Asli 24 Karat yang ada di Masjid Dian Al Mahri Dilapisi Kaca
Dilapisi Emas Asli 24 Karat, Megahnya Masjid Dian Al Mahri yang Dikenal Sebagai Masjid Kubah Mas
Penulis: Vini Rizki Amelia | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, DEPOK - Memiliki luas area total 50 hektar, Masjid Dian Al Mahri atau yang dikenal dengan Masjid Kubah Emas berdiri tegak di bagian tengah dari luasnya hamparan hijau taman yang mengelilingi.
Tampak beberapa jamaah yang menunggu waktu solat Zuhur pun khusuk membaca ayat suci Al-Quran di dalam masjid yang berlokasi di Jalan Meruyung Raya, Kecamatan Limo, Kota Depok.
Masjid Kubah Emas resmi dibuka untuk umum pada 2006 silam bertepatan dengan dilaksanakannya solat Idul Adha di bulan Desember.
Sejak saat itu, masjid milik Dian Djuriah Al Rasyid ini terus menerus didatangi para jamaah dari berbagai daerah bahkan luar pulau Jawa.
Baca juga: Sejarah Masjid Kali Pasir, Masjid Tertua di Kota Tangerang Berusia 446 Tahun
Masjid Kubah Emas kerap dijadikan sebagai tujuan wisata religi umat Islam, tak hanya bangunannya yang luas nan megah, masjid ini juga memiliki ciri khas tersendiri yakni lapisan emas asli yang melingkar di bagian kubahnya.
Tak heran bila masjid berkapasitas 20.000 jamaah ini dikenal dengan Masjid Kubah Emas.
Humas Pengelola Masjid Dian Al Mahri, Karno mengatakan, lapisan emas 24 karat yang ada di kubah dilapisi oleh sebuah kaca.
Kaca tersebut dilebur dengan emas sebagai pelapis guna melindungi emas dari panas dan hujan serta menghindari dari pencurian.
“Kenapa masjid ini ada emasnya karena keinginan Bu Hj. Dian Djuriah, berkeinginan untuk mendirikan sebuah masjid atau rumah ibadah yang lebih bagus dan lebih indah dari rumah beliau,” paparnya kepada TribunnewsDepok.com di Masjid Dian Al Mahri, Jalan Meruyung Raya, Limo, Kota Depok, Rabu (6/4/2022).
Baca juga: Masjid Al Alam Marunda, Tidak Pernah Terendam Banjir Rob Meski Berada di Pesisir Pantai
Penggunaan emas dikatakan Karno lantaran pemilik menilai emas merupakan sebuah bahan yang bagus dan terbaik sehingga dipilih menjadi bahan dalam pembangunan Masjid Dian Al Mahri.
Emas tersebut disematkan pada lima buah kubah dan juga enam kubah kecil yang ada pada setiap ujung Menara masjid.
Jumlah lima kubah dikatakan Karno merupakan symbol dari rukun Islam dan untuk enam kubah kecil pada Menara sebagai symbol rukun iman.
Pada bagian bawah penyanggah kubah utama juga dikatakan Karno terdapat rentetan jendela berjumlah 33, di mana untuk satu jendelanya tertanam kaligrafi berupa tiga nama-nama Allah.
Sehingga jika dikalikan akan berjumlah total 99 nama baik Allah atau Asmaul Husna.
Baca juga: Dibangun 1915, Masjid Jami Al Mamur jadi Saksi Bisu Perkembangan Tanah Abang
Proses pembangunan masjid dikatakan Karno memang membutuhkan waktu yang lumayan lama, sebab, bahan-bahan yang digunakan didapatkan dari luar negeri.
Misal, granit dan kubah Masjid Dian Al Mahri didatangkan langsung dari Italia dan Mesir, sedangkan bahan yang dari Indonesia hanya berupa pasir, batu, dan bata.
Daya tampung Masjid Dian Al Mahri untuk ruang utamanya mampu mencapai 5.500 jamaah, jika ditambah dengan area luar atau halaman masjid dapat menampung 10.000 jamaah.
“Bu Hj. Dian Djuriah seorang ibu rumah tangga biasa yang kepeduliaannya terhadap Islam luar biasa dan tidak di sini saja tetapi beliau juga membangun masjid di daerah-daerah lain tapi memang tidak sebesar da terkenal Masjid Dian Al Mahri,” tandas Karno.
Baca juga: Musafir yang Singgah di Masjid Al Alam Marunda Jakarta Utara Dapat Makanan Buka Puasa Selama Ramadan
Tiadakan I'tikaf di 10 Hari Terakhir Ramadan
Ramadan tahun ini Masjid Dian Al Mahri masih tetap meniadakan kegiatan i'tikaf.
Karno mengatakan, keputusan itu dilakukan lantaran masih terjadinya pandemi Covid-19.
Meskipun kini jumlah kasus positif Covid-19 menurun dan pengetatan sejumlah aturan diberlakukan, namun Karno mengaku pihaknya tak ingin ambil risiko.
"Karena di sini kalau i'tikaf banyak sekali pesertanya dan mereka kan biasanya tidur-tiduran juga di masjid. Jadi, kami putuskan untuk tidak buka dulu, khawatir, ini juga sebagai bentuk pencegahan kami," tutur Karno.

Dihapuskannya sementara kegiatan bermalam di masjid pada 10 hari terakhir bulan Ramadan, dikatakan Karno sudah terjadi sejak awal-awal pandemi melanda tanah air pada 2020 lalu.
Namun demikian, Karno mengaku untuk kegiatan solat Tarawih tetap dilaksanakan dan terbuka untuk umum, demikian juga halnya dengan solat lima waktu.
"Pengunjung umum yang pribadi atau rombongan juga sudah bisa datang, kami tidak batasi karena memang pengunjungnya juga saat ini masih sedikit," paparnya.
Selama Ramadan, Masjid Dian Al Mahri beroperasi lebih lama yakni mulai pukul 10.00 WIB hingga seusai solat tarawih.
Baca juga: Setelah Dua Tahun Absen Akibat Pendemi, Masjid Istiqlal Kembali Adakan Bukber, Sediakan 3.500 Kotak
Tak ada pembatasan usia, Karno mengatakan anak-anak diperbolehkan untuk datang ke masjid.
Meski secara aturan pandemi Covid-19 tak ada perbedaan yakni pengunjung wajib menerapkan protokol kesehatan, namun bagi pengunjung wanita yang tengah haid atau berhalangan dilarang untuk masuk ke masjid.