Ibu Kota Nusantara
Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Budayawan Ridwan Saidi Minta Sektor Pariwisata Diperkuat
Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Budayawan Ridwan Saidi Minta Sektor Pariwisata Diperkuat. Proses pemindahan bisa dilakukan secepatnya.
Penulis: Miftahul Munir | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Jakarta tak lagi sebagai ibu kota dan statusnya akan sama seperti wilayah lain.
Budayawan Ridwan Saidi mengatakan, jika sudah sama seperti provinsi lain, maka yang harus didorong agar maju adalah sektor pariwisatanya.
Karena selama ini ada kelemahan narasi untuk memasarkan pariwisata di Jakarta sehingga tidak terlalu dilirik oleh masyarakat dari daerah lain.
"Jadi enggak perlu juga jadi daerah istimewa, dari juga Kalapa, enggak dibilang Kalafa istimewa," canda Ridwan dalam kegiatan fokus grup diskusi di kantor DPD Partai Golkar, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat pada Minggu (17/4/2022).
Baca juga: Golkar DKI Jaring Ide dan Saran untuk Wujudkan Jakarta Sebagai Ibu Kota Ekonomi Kreatif
Pemindahan ibu kota ke Kalimantan tidak akan membawa pengaruh besar bagi kota Jakarta.
Bahkan Ridwan meminta kepada Pemerimtah Pusat agar pemindahan ibu kota dilakukan secapat mungkin.
"Kalau bisa sebelum sahur besok sudah pindah karena ini tanah yang punya kekuatan, ini enggak sebarangan yang jaga," kata lelaki yang dipanggil Babeh.
Ia juga yakin meski sudah tidak lagi jadi ibu kota, nasib Jakarta masih tetap bagus sama seperti sekarang.
Baca juga: Jakarta Bakal Bersaing dengan Kota Besar di Dunia setelah Ibu Kota Dipindah ke IKN Nusantara
Karena memang sejak jaman penjajahan dahulu Jakarta sudah menjadi pusat perekonomian Indonesia.
"Pemerintah enggak usah lakuin apa-apa, dah diem aja, kite ada dinamikanya orang Betawi," ucap pria berpeci hitam yang akrab dipanggil Babeh ini.
Sebelumnya, Ridwan Saidi menceritakan sebuah pelabuhan kelapa pertama yang ada di Jakarta yaitu berada di gedung VOC dekat kampung Brok, Penjaringan, Jakarta Utara.
Pelabuhan Jakarta itu mempertemukan aliran Kali Besar Timur, jika belok ke kiri maka kali Item dan ke arah kanan kali adem.
"Itu lah pelabuhan pertama diantara Muara Karang dengan Angke. Angke itu artinya adalah tanah kosong, tapi disitulah dijadikan pelabuhan, saya masih ada lukisan abad 15," ucap Ridwan. (m26)