Lifestyle

Survei: Bekerja dari Rumah Membuat Karyawan Sulit Membagi Waktu Antara Pekerjaan dan Urusan Pribadi

Meningkatnya kebutuhan pemanfaatan layanan telemedicine untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan

Penulis: | Editor: Lilis Setyaningsih
pexels/sora-shimazaki
Karyawan yang produktif akan mengerjakan tanggung jawab mereka dalam waktu lebih singkat sehingga mengurangi biaya operasional perusahaan dan meningkatkan profit. 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG -- Karyawan yang  sehat akan lebih produktif .

Sehingga karyawan akan mengerjakan tanggung jawab mereka dalam waktu lebih singkat .

Ujungnya perusahaan juga akan mengurangi biaya operasional perusahaan dan meningkatkan profit.

Survei dari Non-profit Health Enhancement Research Organization (HERO) menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen pemilik bisnis menyatakan bahwa kesehatan karyawan dapat memengaruhi produktivitas dan kinerja karyawan.

Baca juga: Prasetyo Ungkap Kampung Susun Bayam untuk Mess Karyawan JIS

Dengan demikian, penting bagi pengusaha untuk selalu memastikan kesehatan para karyawannya.

"Di satu sisi  bekerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit, dan sisi lainnya, kesehatan dapat mengganggu pekerjaan," kata Dokter Adhiatma, Head of Medical Good Doctor Technology Indonesia, Rabu (11/5/2022).

Dilansir dari artikel gooddoctor.co.id, survei yang dilakukan oleh The Finery Report menyebutkan, 83 persen responden menganggap kerja lembur adalah hal yang normal.

Tak kurang dari 69 persen juga mengaku bahwa bekerja di akhir pekan merupakan aktivitas yang rutin dijalani.

Baca juga: Karyawan yang Terima THR Tak Sesuai Aturan Silakan Lapor ke Disnaker Kota Tangerang

Bahkan, 60 persen di antaranya “merasa bersalah” jika tidak menambah jam kerja di luar jam kantor.

Budaya kerja ekstrem (hustle culture) semakin marak akibat pandemi Covid-19.

Bekerja dari rumah membuat karyawan sulit membagi waktu antara pekerjaan dan urusan pribadi.

Bahkan, tidak jarang harus terjaga hingga tengah malam agar pekerjaannya bisa selesai.

Keadaan ini dapat membuat karyawan stres dan memengaruhi pola makan mereka sehingga penyakit yang berkaitan dengan asam lambung, seperti dispepsia dan Gerd rentan menyerang.

Gerd dan Dispepsia

Dilansir dari Medscape, Gastroesophageal reflux disease (Gerd) adalah suatu kondisi di mana refluks isi lambung ke kerongkongan menyebabkan gejala yang mengganggu seperti mulas dan regurgitasi dan komplikasi lain, termasuk refluks esofagitis.

Selain manifestasi esofagus, pasien juga dapat mengalami gejala ekstraesofagus seperti batuk dan suara serak.

Sementara itu, dikutip dari Science Direct, dispepsia didefinisikan sebagai rasa sakit atau ketidaknyamanan perut yang terus-menerus atau berulang yang berpusat di perut bagian atas.

Beberapa penelitian di dunia menunjukkan bahwa dispepsia dan Gerd menurunkan produktivitas kerja dan kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Mantan Karyawan dan Karyawan Aktif Rampok Minimarket, Awalnya Iseng Malah Jadi Ketagihan

Analisis retrospektif penyakit Gerd yang dilakukan di 134 tempat perawatan primer di enam negara Eropa (Jerman, Yunani, Norwegia, Spanyol, Swedia, dan Inggris) dengan subjek sebanyak 373.610 orang berusia 18 tahun ke atas menunjukkan bahwa Gerd menyumbang beban yang signifikan pada pasien perawatan primer.

Hal ini bisa terlihat dalam hal ketidakhadiran kerja dan penurunan produktivitas baik saat bekerja (presenteeism) maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Beban biaya terhadap ekonomi lokal sebagai akibat dari Gerd (berupa ketidakhadiran di tempat kerja dan penurunan produktivitas saat bekerja) mungkin cukup besar di negara-negara Eropa.

Peningkatan manajemen Gerd, dengan menyesuaikan terapi terhadap kebutuhan pasien tertentu, diharapkan dapat mengurangi dampak Gerd pada produktivitas, sehingga mengurangi biaya.

Baca juga: Karyawan Minimarket Rampok Tempat Kerjanya, Hasil Rampokan Untuk Beli HP dan Makan Enak

Penelitian yang dilakukan terhadap pekerja aktif di Brazil menunjukkan bahwa dispepsia telah menyebabkan ketidakhadiran kerja pada minggu sebelumnya dan penurunan produktivitas kerja (presenteeism).

Sementara di Indonesia, berdasarkan statistik Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014—2018, dispepsia dan gastritis termasuk dalam 10 penyakit terbanyak baik pada rawat jalan tingkat pertama maupun rawat inap tingkat pertama.

Dokter Adhiatma menyatakan, saat ini terdapat peningkatan kasus konsultasi dispepsia dan Gerd yang cukup besar di Good Doctor.

Penyakit Gerd telah menjadi kasus konsultasi top kedua tertinggi, setelah kasus penyakit ISPA, selama bulan Ramadan tahun ini.

Manfaat yang diinginkan karyawan sekarang

Tanpa adanya akses manfaat dan layanan kesehatan yang cepat bagi karyawan, sulit bagi perusahaan untuk menciptakan tempat kerja yang unggul bagi para karyawan untuk berkembang.

Kesehatan karyawan yang terjaga akan terkait erat dengan peningkatan angka produktivitas di tempat kerja.

Selain itu, akses manfaat layanan kesehatan digital sekarang menjadi benefit yang diinginkan para karyawan.

Survei yang dilakukan firma konsultasi sumber daya manusia dan jasa keuangan yang berpusat di Amerika Serikat, Mercer, terhadap lebih dari 14.000 karyawan di seluruh dunia menunjukkan bahwa tren kesehatan yang diinginkan para karyawan adalah tunjangan kesehatan, akses ke layanan kesehatan digital hingga kesehatan mental.

Baca juga: Ciptakan Ekosistem Kerja bagi Seluruh Karyawan, Skor Great Place to Work Link Net Meningkat

Memudahkan akses digital ke perawatan kesehatan akan dihargai oleh delapan dari sepuluh karyawan yang ingin menggunakan solusi kesehatan digital, seperti panggilan video ke dokter mereka dan aplikasi kesejahteraan yang membantu mereka menemukan dukungan perawatan kesehatan dan cara mengelola kondisi kesehatan mereka sendiri.

Sementara berinvestasi dalam kesehatan mental dipandang sangat penting oleh satu dari dua karyawan (50 persen).

Hasil survei ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk memanfaatkan layanan telemedicine bagi para karyawan.

Pengusaha yang menunjukkan perhatian terhadap kebutuhan para karyawan akan menikmati keuntungan memiliki karyawan yang tangguh dan loyal.

Baca juga: BREAKING NEWS: Lion Air Group Minta Maaf, Proses Seleksi Karyawan Akan Dilakukan Bergelombang

Kehadiran layanan kesehatan virtual memberikan win-win solution bagi perusahaan dan karyawan.

Perusahaan mendapat manfaat dari tenaga kerja yang lebih sehat dan produktif.

Pada saat yang bersamaan, karyawan juga memperoleh manfaat berupa akses layanan kesehatan yang nyaman dan mudah.

Dengan begitu, bukan hanya masalah kesehatan yang dialami para pekerja kantoran seperti dispepsia dan Gerd yang dapat segera tertangani dengan baik, tetapi juga kesehatan karyawan secara keseluruhan. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved