Wawancara Eksklusif

Muhammad Tito Bawa Program Dari Cirebon hingga Soetta, Pin Tegur Saya Jika Saya Tidak Ramah

Kepala Imigrasi Kelas-I TPI Bandara Soekarno-Hatta Muhammad Tito membawa program dari Cirebon yakni Tegur Saya Jika Saya Tidak Ramah

Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Jefri Susetio
WARTAKOTALIVE.COM/TRIBUNTANGERANG.COM/ Yulianto
Kepala Imigrasi Kelas I Khusus TPI Soekarno Hatta, Muhammad Tito Andrianto, saat dikunjungi Warta Kota-Tribun Network di Kantor Imigrasi Soetta, Tangerang, Banten, Senin (5/12/2022). Warta Kota/YULIANTO 

TRIBUNTANGERANG.COM - Setelah dua tahun dijerat pandemi, aktivitas pelayanan di Kantor Imigrasi Kelas-I Khusus Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Bandara Soekarno-Hatta mulai normal. Kini mereka semakin menata diri untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat.

Selain kantor yang sudah bersih, mereka ingin memastikan pegawai melayani dengan ramah. Kebiasaan lama pelayanan birokrat yang arogan tak bisa dipertahankan lagi.

Karena itu, Kepala Imigrasi Kelas-I Khusus TPI Bandara Soekarno-Hatta, Muhammad Tito Andrianto mewajibkan para pegawai memakai pin 'tegur saya jika saya tidak ramah'

Baca juga: Ngurus Paspor Pulang Ngantor, Berikut Ragam Inovasi Pelayanan Paspor Imigrasi Bandara Soetta

Saat wawancara eksklusif bersama Tribun Network (Harian Warta Kota-TribunTangerang.com) yang diwakili Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network-Pemimpin Redaksi Warta Kota, Domu D Ambarita, Tito menyampaikan startegis menggerakkan pegawai Imigrasi agar lebih melayani.

Tribun : Pak Tito, 25 tahun bertahan dan saat ini pimpinan tertinggi di Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta, inspirasi apa nasehat apa yang Bapak sampaikan ke staf sehingga bisa menjalani tugas seperti tugas seperti Bapak?

Tito : Saya di Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta ini dengan anggota 824 orang ya, bukannya sedikit dan kedua juga kita enggak perlu sering-sering memberikan marah atau apa gimana. Jadi saya punya cara. Saya punya cara, jadi saya punya PIN yang bertuliskan 'Tegur Saya Jika Saya Tidak Ramah'

Pin ini ditempelkan di pakaian pegawai dan kalau pakai PDH saya juga pakai. Jadi pin ini kita tempel (dipakaian) dari kepala kantor sampai dengan tukang sapu, juga ada yang tenaga honor. Sehingga minimal, kalau dia melayani masyarakat tidak jutek ya. Kan malu kalau dia jutek atau enggak peduli dengan masyarakat.

Ya, awalnya itu dan memberikan pelayanan baik kepada masyarakat. Definisi ramah kongkretnya itu senyumlah, ramah, sopan. Jadi kalau dia pakai pin ini, malu kalau dia jutek saat melayani masyarakat.

Makanya, saya menggunakan pin ini sudah sejak tahun 2018 saat saya menjabat sebagai Kepala Kantor Imigrasi Cirebon, terus pindah ke Imigrasi Jakarta Selatan. Dan, sampai sekarang di Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta, saya selalu pakai ini.

Pada Imigrasi Cirebon, jumlah anggota itu cuma 100 lalu pindah ke Imigrasi Jakarta Selatan ada 200 anggota. Di sini terbesar dan paling banyak jumlah anggotanya.

Tribun : Berarti Bapak sudah bawa program ini dari Cirebon lalu ke Jakarta Selatan. Dan, kemudian di Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta ini. Sejauh ini apakah efekti membuat mereka ramah?

Tito : Alhamdulillah, karena komplain-komplain tentang sikap yang arogan atau apapun, selama saya di sini belum pernah ada.

 

Baca juga: Alasan Kepala Imigrasi Soetta Cantumkan Nomor Ponsel di Banner dan Spanduk, Ponsel Aktif 24 Jam

 

Tribun : Pak Kepala. Tidak banyak lho pegawai pemerintahan yang melakukan seperti ini. Sebab ini, adalah prinsip-prinsip swasta yang bersaing seperti perbankan atau layanan lainnya. Sedangkan, di pemerintahan tidak ada persaingan. Artinya, apapun yang dilakukan yang kami pasti ke sini. Nah, apa yang menginspirasi Bapak sehingga membuat ini?

Tito : Ya kita kan ada pelayanan juga, pelayanan untuk pemberian dokumen imigrasi. Seperti paspor, terus pelayanan izin tinggal sehingga kalau misalnya petugasnya yang memberikan suatu informasi yang menyulitkan masyarakat jadinya bisa bolak-balik juga kan. Sehingga diperlukan petugas yang benar-benar melayani dengan sabar dan dan ramah.

Tribun : Kegiatan inovasi dan terbosan ini muncul yang secara umum memudahkan pelanggan, yang membuat itu apakah ada konsultan khusus atau Bapak terinspirasi dengan keluarga atau Bapak pernah diperlakukan seperti itu di tempat lain atau perintah dari Pak Yasonna?

Tito : Jadi dari 2018 saya di Kantor Imigrasi Cirebon, ada reformasi birokrasi untuk kantor Imigrasi mendapatkan wilayah bebas korupsi. Jadi, Alhamdulillah di Cirebon itu pertama kali kantor imigrasi se-Indonesia yang mendapatkan Wilayah Bebas Korupsi (WBK).

Nah, di tahun 2018 itu kami dan tim saya mencari cara atau ide biar karyawan dan teman-teman kita pegawai memberikan pelayanan dalam wawancara, dengan tegas tapi ramah. Akhirnya timbulah pin ini.

Nah di tahun 2019 naik lagi, dari WBK ke Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) itu masih di Imigrasi Cirebon.

Setelah itu, saya dapat promosi jadi eselon-II pertama kali di Jakarta Selatan, itu posisi tahun 2020, Jakarta Selatan akan menuju WBBM. Dan Alhamdulillah saat itu saya pakai pin ini lagi.   Karena jumlah karyawan di Cirebon itu dengan 100 pegawai, sedangkan di Jakarta Selatan volumenya lebih banyak ada 200 pegawai.

Terus kelasnya juga berbeda antara Cirebon dan Jakarta Selatan. Nah akhirnya dapat juga WBBM di Jakarta Selatan pada tahun 2020. Alhamdulillah setelah itu,   9 bulan saya mutasi menjadi Kepala Divisi Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM Riau.

Di Riau itu, saya membawahi 8 kepala kantor, terus pada Maret 2021 program WBK WBBM itu setiap tahun ada.   Nah, Alhamdulillah pas saya di situ tiga kantor imigrasi mendapatkan WBK juga, yaitu Kantor Imigrasi Pekanbaru, Dumai dan Tembilahan.

Ya sebagai kepala divisi imigrasi, pejabat pembina, saya sharinglah dengan temen-temen kepala kantor tersebut. Cara pelayanan-pelayanannya gimana dan dibawa lagi program itu ke Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta.

Lalu Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta mendapat WB juga tahun 2021 dan nanti baru 2023 bisa ke WBBM, karena harus nunggu satu tahun dulu, InsyaAllah.

Karena WBBM ini ada 6 kriteria yang harus dipenuhi seperti manajemen perubahan dan lain sebagainya. Tinggal poin enam ini adalah peningkatan kualitas pelayanan publik. Kriteria 1 sampai 5 sudah dapatlah WBK, tinggal kriteria yang ke-6.

Poin 6 yang kita kejar ini adalah peningkatan   kualitas pelayanan publik. Nah makanya kita bikin drive thru, pengambilan paspor pada hari Sabtu hingga pelayanan hari Selasa Kamis sore hari .

Tribun : Baik Pak Tito, ini sangat menginspirasi, bukan saja memudahkan masyarakat sebagai pengguna tetapi juga mendidik dan membentuk karakter baru para ASN (Aparatur Sipil Negara).

(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved