Wirausaha

Niman Syarif Pilih Punya Usaha Sendiri Jadi Petani Anggrek Raup Omzet Rp 20 Juta Sekali Panen

Niman Syarif memutuskan beralih profesi dari pedagang sayur menjadi petani anggrek pada tahun 1992 silam yang dimulainya dari 5.000 batang pohon.

Penulis: Rafzanjani Simanjorang | Editor: Intan UngalingDian
Tribun Tangerang/Rafzanjani Simanjorang
Bunga anggrek vanda douglas milik Niman Syarif tumbuh cantik dan subuh di lahan pertanian di Jalan Arjuna, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Niman Syarif memutuskan beralih profesi dari pedagang sayur menjadi petani anggrek pada tahun 1992 silam.

Awal menjadi petani anggrek, Niman Syarif memulainya dari 5.000 batang pohon, di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

Kini, Niman Syarif telah memiliki lahan seluas satu hektar yang penuh dengan tanaman hias.

Bukan hanya bunga anggrek, melainkan dia  juga aktif menjual bibit anggrek kepada masyarakat.

Sebelum menjadi petani anggrek, Niman Syarif menjadikan sang istri sebagai narasumber merawat anggrek.

"Mah, kalau nanam anggrek perawatannya bagaimana? Bini menjawab 'Tinggal semprot-semprot. Gitu saja sih,' kata Niman Syarif menirukan kembali ucapan istrinya, Senin (23/1/2023).

Ketika beralih dari petani sayuran menjadi petani anggrek, dia tidak terlalu merasa kesulitan karena hampir sama perawatannya.

Menurut dia, hama anggrek hampir sama dengan hama sayuran.

Saat ini, satu hektar tanaman anggrek vanda douglas tumbuh subur di lahannya di Jalan Arjuna, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

Saat dikunjungi ke lahan anggreknya, semerbak aroma anggrek tercium sehingga membuat hati nyaman.

Niman Syarif terus tersenyum sambil menjelaskan tentang bisnis anggreknya.

Dia mengatakan, pata tahun 1992 kerap melintasi wilayah Rawa Belong, Jakarta Barat, yang menjadi pusat penjualan bunga hias.

Saat itu, dia kepikiran untuk berdagang anggrek.

Kemudian, dia memutuskan beralih dari pedagang sayur ke petani anggrek.

Baca juga: Profil Niman Syarif, Pengusaha Anggrek di Tangerang Selatan Ini Dulunya Hanya Petani Sayur

Saat itu, dia sempat berkonsultasi dengan sang ayah. Lantas, orangtuanya menyetujui keinginannya menjadi petani anggrek.

"Kalau jualan kembang, selama orang masih hidup pasti laku," ujarnya sembari tertawa mengingat jawaban yang diucapkan sang ayah.

Dia berpikir, banyak kantor dan rumah-rumah yang membutuhkan tanaman hias anggrek.

Kemudian, Niman membeli bibit anggrek dan mengembangbiakkannya di Kota Tangerang Selatan.

Sedikit demi sedikit anggreknya ditanam hingga bisa mengembangbiakkan sendiri.

Ketekunan yang terus dilakukan dan perlahan-lahan tanaman anggreknya kian banyak.

"Awalnya saya beli 5.000 batang. Kemudian itu lah yang saya kembangkan lagi."

"Nanam anggrek ini juga gampang, sama seperti menanam sayur. Hamanya juga tak jauh beda. Agar subur, ini saya beri pupuk kandang dan juga semprot obat agar aman dari hama," ucapnya.

Kini, dengan lahan satu hektar, Niman menyebut bisa 100 ikat.

"Satu ikat itu 100 batang, dan dikali Rp 200.000. Ya Alhamdulillah lah, lumayan cukup-cukup untuk rumah dan pekerja," kata Niman Syarif yang bisa meraup omzet Rp 20 juta sekali panen anggrek.

Baca juga: Cara Menanam dan Merawat Tanaman Hias Daun Elephant Ear Alias Kuping Gajah

Baca juga: Pemeliharaan Standar Tanaman Hias dalam Ruangan agar Tetap Segar dan Cantik

Butuh modal

Untuk menjadi petani anggrek membutuhkan modal.

Perawatan anggrek-anggreknya membutuhkan pupuk kandang. Dia harus merogoh sakunya untuk membeli pupuk kandang.

"Setahun itu tiga kali pemupukan. Setiap pemupukan menghabiskan total 800 karung pupuk kandang. Agar tidak ada hama, tetap dilakukan penyemprotan," kata Niman Syarif.

Satu karung pupuk kandang bernilai Rp 7.000 atau membutuhkan modal untuk pupuk sekitar Rp 5,6 juta. 

Sementara penyemprotan butuh modal Rp 300.000 per minggunya.

"Banyak jugalah modalnya. Tapi sekali panen, cukuplah buat makan dan bayar mereka kerja," ujarnya seraya tertawa.

Dia pun lebih memilih menjadi petani anggrek ketimbang bekerja dengan orang lain.

Jika bekerja dengan orang lain, bila ada kesalahan, maka dia akan mendapat teguran atau dimarahi.

Tetapi, jika punya usaha sendiri, dia yang mengelola dan mengaturnya sendiri, tanpa diperintah orang lain.

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved