Eliansyah Tetap Bertahan Berjualan Timun Suri saat Pembelian Lesu setelah Lebaran

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Eliansyah tampak memilah dan memilih satu per satu timun suri yang ada di lapak dagangannya.

Pedagang timun suri ini menggelar dagangannya di pinggir Jalan Pandjajaran, Pamulang, Kota Tangerang Selatan,

Timun suri yang sudah tidak segar dan membusuk diambilnya dan dibuang ke belakang lapaknya.

Tempatnya berdagang sederhana, bangunan dari bilah-bilah bambu dan atap ditutup terpal.

Meja dagangannya berupa kotak kayu yang dipenuhinya dengan tumpukan timun suri kuning.

Ada kipas angin dan karpet yang digelar agar dirinya bisa beristirahat sambil berjualan.

Pria berusia 53 tahun ini merupakan perantau asal Palembang, Sumatera Selatan, yang mengadu nasib ke Pulau Jawa sejak 1990 silam.

Meski Bulan Suci Ramadan telah berlalu, dia masih setia menjual timun suri dengan target warga yang baru balik dari kampung halaman.

"Ya, penjualan setelah Lebaran itu lesu sekali. Pembeli sedikit walaupun harga telah turun," ucapnya, Sabtu (29/4/2023).

Lantas, dia menunjukkan sobekan kardus yang digantung bertuliskan informasi harga, 'Obral Murah 8.000.'

Lembaran kardus lainnya juga bertuliskan harga timun suri yang ditawarkannya yakni Rp 5.000 dan Rp 10.000.

Harga itu untuk timun suri per kilogram dan tergantung besar kecilnya timun suri.

Menurut Eliansyah, harga timun suri tersebut sudah diturunkannya dibanding masa harga bulan puasa mencapai Rp. 12.000 per kilogramnya.

Baca juga: 5 Tanda Timun Suri Sudah Matang dan Manis untuk Sajian Minuman Berbuka Puasa Ramadan

Baca juga: Jadi Menu Favorit Berbuka Puasa, Pedagang Es Timun Suri Raup Keuntungan Rp 1 Juta per Hari

Saking sepinya pembeli, omzet timun suri pun berkurang.

"Kalau saat puasa kemarin masih dapat Rp 1 juta  hingga Rp 2 juta per harinya. Namun sekarang di bawah Rp 1 juta, paling Rp 800.000," katanya.