Korupsi

Mastel: Pembangunan Infrastruktur Digital Jangan Terhambat Proses Hukum

Mastel menilai pembangunan dan pemerataan digitalisasi harus terus dilakukan meskipun sedang menghadapi sejumlah tantangan.

Editor: Ign Agung Nugroho
Istimewa
Ketua Umum Masyarakat Telekomunikasi (Mastel), Sarwoto Atmosutarno. 

Untuk wilayah yang tidak menarik secara komersial, penyediaan infrastruktur dilakukan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo.

Pada 2021, menurut Kejaksaan Agung, BAKTI Kominfo berkomitmen untuk membangun 7.904 BTS 4G di wilayah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T).

Pembangunan dilakukan dalam dua fase, yakni 4.200 lokasi pada 2021 dan dilanjutkan pada 3.704 lokasi pada 2022.

Selama ini, proses pembangunan infrastruktur digital BTS 4G, selain sedang diperiksa oleh Kejakgung, juga menghadapi berbagai tantangan, terutama di wilayah 3T.

Di provinsi Papua, selain menghadapi persoalan geografi yang sulit dan infrastruktur yang terbatas, mereka juga menghadapi ancaman keamanan, seperti penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.

Menurut Sarwoto, pembangunan infrastruktur digital merupakan proyek prioritas yang harus terus dilanjutkan karena keberadaan internet memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.

Apalagi di wilayah 3T, pembangunan dan perluasan infrastruktur perlu terus dilakukan karena jaringan internet di wilayah ini masih terbatas.

Sedangkan, pemerintah berkomitmen untuk mewujudkan pemerataan sambungan internet dirasakan di seluruh wilayah Indonesia.

"Dari 273 jutaan orang Indonesia baru sekitar 200 jutaan yang melek internet," ujar Sarwoto.

Selain aspek pembangunan dan perluasan infrastruktur digital, menurut dia, aspek sumber daya manusia (SDM) di daerah 3T juga perlu disiapkan.

Dengan demikian, mereka bisa mendapatkan manfaat dari kehadiran internet di wilayah tersebut, baik dari sisi ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan dan manfaat digital lainnya.

Untuk wilayah non-3T, menurut Sarwoto, infrastruktur internet sudah tersedia cukup baik, terutama di Jakarta.

Namun, untuk wilayah non-3T lainnya masih perlu ada peningkatan secara bertahap.

"Jangan hanya lihat Jakarta dibandingkan dengan Singapura misalkan, pasti sudah hampir setara. Namun, di Indonesia ada kantong-kantong dimana industrialisasi berkembang cepat sekali, seperi di ibu kota provinsi, pelabuhan dan lainnya. Itu sangat memerlukan infrastruktur digital yang canggih," kata Sarwoto.

Oleh karena itu, dia kembali mengingatkan agar berbagai tantangan dari pemerataan digitaliasasi jangan sampai menghambat pembangunan infrasktruktur digital.

"Jangan lupa memperhatikan potensi daerah yang ada. Jangan cuma urut 3G, 4G, sampai 5G. Jika daerah memang berpotensi misalkan ada pertambangan atau potensi lain, langsung saja bangun infrastruktur 5G," kata Sarwoto. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved