Hasil Studi: Waralaba Kalahkan Startup pada Jumlah Usaha yang Bertahan Lebih dari 5 Tahun

Sebuah hasil penelitian menunjukkan, 85 persen dari waralaba dapat bertahan dalam bisnis mereka selama lima tahun atau lebih.

Editor: Ign Prayoga
Tribun Tangerang/Gilbert Sem Sandro
Bazar UMKM di Kota Tangerang, Selasa (7/2/2023). Waralaba yang juga termasuk sektor UMKM memiliki daya tahan yang lebih baik. 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Membangun bisnis bisa dimulai dari kemitraan atau waralaba.

Bisnis kuliner yang pasarnya yang sangat luas, merupakan sektor yang penawaran kemitraannya melimpah ruah. 

Di Indonesia, bisnis kemitraan atau waralaba semakin menjamur karena dianggap sebagai salah satu strategi bisnis yang dapat dilakukan oleh kedua belah pihak untuk mencapai tujuan bersama, yakni saling menguntungkan.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh FranNet, 85 persen dari waralaba dapat bertahan dalam bisnis mereka selama lima tahun atau lebih.

Pakar waralaba, Pete First menyebut ada empat mekanisme utama waralaba yang dapat mendorong konsep bisnis naik level.

1. Waralaba dapat membantu melokalkan dan mendiversifikasi operasi

Dikutip dari laman Forbes, Rabu (28/6/2023), waralaba memberi peluang bagi pelaku usaha untuk menjadi lokal namun terukur dan konsisten.

Menurutnya, pemilik waralaba baru yang ingin membuka lokasi di komunitas atau pasar tertentu kerap memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan sentimen komunitas tersebut.

"Dengan berekspansi ke wilayah dan kawasan baru melalui waralaba, bisnis akan menjangkau audiens yang lebih luas, baik dalam mendiversifikasi maupun melokalkan jangkauan anda," kata First.

2. Risiko waralaba relatif rendah

Membuka usaha mandiri atau waralaba memang bukan merupakan hal yang mudah.

Namun menerapkan konsep waralaba dapat mengurangi banyak risiko yang diperlukan untuk membangun atau mengembangkan bisnis dari nol, baik bagi pemilik waralaba maupun penerima waralaba.

"Pemilik waralaba dapat menjalani proses penskalaan bisnisnya tanpa harus mengorbankan kualitas layanannya, mengumpulkan dana dari luar atau menambah biaya overhead," jelas First.

Di sisi lain, pelaku waralaba mendapatkan manfaat dari memasuki model bisnis yang telah terbukti dengan disokong sumber daya di belakangnya.

Ayam Iris Crispy merupakan salah satu bisnis kemitraan yang bergerak di bidang kuliner ayam.

Terkait pemilihan bahan dasar ayam, banyak yang berasumsi bahwa olahan daging ini sangat membosankan dan cenderung gampang gulung tikar karena ketatnya persaingan dengan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) lainnya.

Padahal olahan ayam menjadi salah satu makanan yang justru disukai semua kalangan karena hingga kini masih diminati masyarakat.

Terlebih dengan banyaknya varian rasa unik dan inovasi kuliner kekinian, hal inilah yang membuat kuliner ini laris di pasaran.

3. Hubungan pelaku waralaba adalah kuncinya.

Pemilik waralaba biasanya memberikan pelatihan yang dibutuhkan untuk membantu mitra beroperasi dalam model bisnis waralaba.

"Banyak juga yang memberikan dukungan pemasaran dan bimbingan dan tidak memerlukan gelar atau keahlian dalam bidang tertentu untuk memulai," tutur First.

Faktanya, waralaba memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi daripada bisnis pemula.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh FranNet, 85 persen dari waralaba bertahan dalam bisnis selama lima tahun atau lebih.

Bandingkan dengan laporan oleh Investopedia yang menunjukkan bahwa hanya sekitar 50 persen startup yang bertahan lima tahun atau lebih.

"Data ini lebih lanjut menunjukkan mengapa waralaba merupakan usaha yang menarik bagi pengusaha yang mencari usaha bisnis baru dan pemilik yang mencari ekspansi," papar First.

4. Waralaba memberikan peluang pertumbuhan pangsa pasar

Waralaba juga dapat membantu merampingkan proses bisnis dan meningkatkan pangsa pasar secara keseluruhan.

"Sehingga perusahaan dapat menawarkan lebih banyak layanan kepada demografi orang yang lebih besar," kata First.

Para mitra akan memperoleh keuntungan tergantung dari bagaimana cara mereka mengenalkan kulinernya, seperti yang dilakukan Rohimah, mitra cabang Bantargebang, Bekasi.

Ibu rumah tangga ini kini sukses membuka usaha kuliner di depan rumahnya.

"Dalam sehari bisa habis hingga 70 porsi dengan harga 10 ribu rupiah untuk semua varian rasa. Jadi, kurang lebih pendapatan yang diterima dalam sehari mencapai 700 ribu rupiah," jelas Rohimah.

Ia juga membuka usaha layanan katering untuk acara besar, sehingga ini memudahkannya untuk memperluas pasarnya.

"Dalam sekali pemesanan bisa mencapai 90 porsi," papar Rohimah.

Dalam waktu kurang lebih dua bulan, modalnya pun telah kembali karena omsetnya tembus hingga Rp 21 juta setiap bulan.

Omset fantastis yang diperolehnya itu karena ia melakukan strategi penjualan dengan memanfaatkan media sosial seperti Whatsapp dan Facebook.

Melalui dua platform digital itu, banyak masyarakat yang mengenal produknya.

Ini tidak lepas pula dari adanya tim konsultasi profesional yang selama ini membantu mengarahkan bisnisnya.

"Mulai dari mengajarkan cara memasak dan membantu berjualan online," pungkas Rohimah.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved