Sejarah Jakarta: Tak Banyak Diketahui Banyak Orang Ternyata Ini Asal Usul Nama Tomang

Namun nama Tomang ternyata sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Saat ini kawasan Tomang masuk ke dalam Kecamatan Grogol Petamburan.

Penulis: Desy Selviany | Editor: Joko Supriyanto
zoom-inlihat foto Sejarah Jakarta: Tak Banyak Diketahui Banyak Orang Ternyata Ini Asal Usul Nama Tomang
kompas.com
Gerbang Tol Tomang

Dua bangunan monumental Sumenep yang masih bisa disaksikan oleh generasi saat ini, yaitu keraton dan masjid Jami’, lahir di masa Sumolo.

Dikutip dari situs Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Tomang-Jati Pulo merupakan daerah asli dari seluruh wilayah Kelurahan Jati Pulo dan Tamang.

Di sekitar daratan yang berbentuk pulau ini dikelilingi dengan rawa-rawa yang selalu penuh air di musim hujan atau kemarau.

Dipercaya nama Tomang diambil dari arti bunga. Sedang pula berarti "pulau atau daratan". Jadi "Tomang Pula" merupakan bunga yang tumbuh di pulau.

Pada zaman Belanda masih berupa hutan dan sawahs-awah milik penduduk.

Di daerah ini tidak ada rumah Belanda, walaupun mereka kadang berpatroli ke Tomang-Jati Pulo. Kebanyakan orang Belanda tinggal di asrama di sekitar Petojo.

Kemungkinan mereka takut terjangkit penyakit malaria karena banyaknya rawa di daerah Tomang-Jati Pulo.

Seiring meluasnya pelebaran kekuasaan Batavia, penduduk Tomang sudah bercampur antara masyarakat asli dengan pendatang dari Jawa khususnya Sunda, Sumatera, Nusa Tenggara, dan keturunan Cina.

Penduduk asli banyak yang hidup berkecukupan dengan menjual tanah yang dulunya masih belum bertuan.

Rumah tradisional Tomang-Jati Pulo berbentuk kebaya dan masih berdinding gedek serta beratap rumbia.

Hanya rumah kepala kampung saja yang sebagian sudah bertembok. Antara satu rumah dengan rumah yang lain masih terdapat hutan kecil atau semak belukar.

Di samping rumah dibangun blandongan untuk menimbun dedak. Selain itu juga ada empang atau kolam ikan yang juga digunakan untuk buang air besar.

Di belakang rumah ada kandang kambing dan sumur untuk air minum. Di dekat rumah juga ada tempat sholat untuk tiga atau empat orang.

Pada saat lebaran, penduduk selalu membunyikan petasan. Kalau tidak akan dianggap tidak menghormati hari raya ini.

Zaman dulu, warga Tomang memiliki tata cara perkawinan yang unik.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved