Mahasiswi Mabuk Tabrak IRT di Pekanbaru

Identitas Marisa Putri Dikuliti Netizen, Anak Petani Bergaya Hedon Tinggal di Kos-Kosan Mewah

Marisa Putri mahasiswa yang menabrak seorang ibu rumah tangga (IRT) bernama Renti Marningsih hingga tewas mendadak menjadi perbincangan di medsos.

|
Editor: Joko Supriyanto
kolase Tribun Tangerang/istimewa
Marisa Putri pelaku tabrak lari IRT di Pekanbaru. 

TRIBUNTANGERANG.COM Marisa Putri mahasiswa yang menabrak seorang ibu rumah tangga (IRT) bernama Renti Marningsih hingga tewas mendadak menjadi perbincangan di media sosial.

Perempuan berusia 21 tahun itu dipengaruhi miras dan efek samping narkoba setelah baru saja keluar dari sebuah klub malam di salah satu kawasan Pekanbaru, Riau.

Dalam perjalannnya, Marisa Putri yang mengendarai mobil Toyota Raize BM 1959 FJ menabrak seorang wanita bernama Renti Marningsih yang hendak menuju pasar. Naasnya, wanita tersebut pun tewas ditempat.

Gelagat Marisa Putri juga sempat menjadi sorotan publik, sebab tidak ada rasa penyesalan maupun ketakutan pasca insiden itu, Marisa Putri tetap tenang meski sudah diamankan warga setempat.

Kini identitas Marisa Putri mulai dikuliti oleh netizen, pasalanya berdasarkan hasil pemeriksaan polisi ternyata Marisa Putri dalam pengaruh narkoba, bahkan sebelum kecelakaan terjadi ia sempat menggunakan ekstasi dan miras.

Baca juga: Curhat Anak Renti Marningsih, IRT yang Ditabrak Marisa Putri Hingga Tewas: Yeyen Sayang Mama

Mahasiswi Universitas Abdurrab Pekanbaru ini disebutkan jika berasal dari keluarga Petani di Desa Kebun Durian, Kecamatan Gunung Sahilan, Kampar, Pekanbaru, Riau. Marisa Putri merupakan mahasiswi ilmu psikologi semester 3.

Dikutip TribunnewsBogor.com, jika Putri tinggal di sebuah kamar kos mewah. Akun X @dhemit is back menulis ayah Marisa Putri merupakan seorang petani.

"Bapak tersangka hanya petani biasa,cerai dia kos di salah satu kosan VVIP dipusat kota," tulisnya.

Hal ini senada dengan tetangga tempat tinggal ibunya.

Baca juga: Sosok Marisa Putri, Mahasiswi Cantik Penabrak IRT di Pekanbaru di Mata Warga: Kerap Keluar Malam

Menurut tetangga, ibu Marisa Putri merupakan seorang single parent.

Kini sang ibu tinggal di sebuah kontrakan.

"Ibunya tinggal di kontrakan," kata tetangga yang tak mau menyebut identitasnya.

Kondisi perekonomian keluarga dinilai berbanding terbalik dengan keadaan Marisa Putri.

Tetangga pun tak mengetahui pekerjaan Marisa Putri.

"Warga di sini juga nggak tahu kerja apa dia di Pekanbaru," kata tetangga.

Terlebih meski masih kuliah semester 3, namun Marisa Putri sudah memiliki mobil pribadi Toyota Raize bernopol BM 1959.

Jika dilihat, Toyota Raize dibandrol dengan harga mulai dari Rp 238 juta sampai Rp 309 juta.

Kasat Lantas Polresta Pekanbaru Kompol Alvin Agung Wibawa menerangkan Marisa Putri kuliah semester 3 di Universitas Abdurrab.

"Masih semester 3," katanya.

Baca juga: Video Rekaman CCTV Ketika Mobil yang Disopiri Marisi Putri Menabrak IRT hingga Tewas di Pekanbaru

Dilihat dari akun media sosialnya, beberapa kali Marisa Putri memposting video sedang liburan dan nongkrong di kafe.

Kapolresta Pekanbaru Kombes Jeki Rahmat Mustika menerangkan sebelum menabrak Renti Marningsih, Marisa Putri karaoke dengan temannya.

Di sana menurut Jeki, Marisa Putri mengonsumsi ekstasi setengah butir.

Sekitar pukul 05.00 WIB, Marisa Putri kemudian pulang sendiri mengendarai mobil.

Sesampainya di Jalan Tuanku Tambusai depan Penginapan Linda, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Marisa Putri menabrak Renti Marningsih yang mengendarai motor Yamaha Vega bernopol BM 4697 JZ.

"Karena terpengaruh narkoba langsung melaju terus. Yang bersangkutan gak tahu sudah menabrak," kata Kombes Jeki Rahmat Mustika.

Sementara anak Renti Marningsih, Farah menulis curhat pilu.

"Seandainya aku kaya, mama gak perlu pergi kerja, apa mama bakal ngebukain aku pintu rumah dan bilayng 'poyen mama sudah pulang'," tulisnya di Insta Story.

Pesan Ibu untuk Anak sebelum Tewas

Farah anak dari Renti Marningsih curhat di media sosial terakhir bertemu dengan ibunya sebelum akhirnya mendengar kabar jika orang tuanya tewas dalam kecelakaan.

"Seandaikan pagi itu aku ngelarang mama pergi, apa aku masih bisa meluk mama hari ini? seandainya mama lewat jalan lain, apa aku masih bisa ngeliat mama pulang dengan tersenyum?

seandainya aku kaya, mama ga perlu pergi kerja, apa mama bakal ngebukain aku pintu rumah dan bilang "poyen mama sudah pulangg"

penyesalan satu persatu bermunculan. seharusnya aku makan nasi yg mama masak pagi itu kalau tau ternyata itu adalah masakan terakhir mama. seharusnya aku selalu meluk dan cium mama, bukan hanya disaat hari raya, ulang tahun mama, dan juga hari terakhir aku melihatnya.

seharusnya aku ngeperlakuin mama lebih baik lagi, aku memang anak yg durhaka. kenangan pagi itu akan selalu akan kuingat, dimana mama minta maaf tidak sempat untuk memasak lauk dan bilang "nanti beli lauk disimpang aja ya, mama blm sempat masak, mau ke pasar dlu. bsk2 kalau mau beli lauk disana aja, enak-enak."

ma, ga ada yang lebih enak dri masakan mama seharusnya aku bisa ngejawab seperti itu, tapi aku pergi gitu aja. banyak kata seandainya di pikiranku, penyesalan selalu berkecamuk dibenakku, tapi tidak ada kata seandainya dalam ketetapan Allah, tidak ada yang perlu disesali karna semua itu memang jalan yang terbaik untuk mama.

yeyen ikhlas kok ma, tapi yen cengeng, mama jangan sedih ya liat yen nangis. bsk bsk yen bakal jadi anak yg kuat seperti yang mama mau. ma, yen mau bilang kalau mama adalah ibu terbaik untuk yeyen. mama ga akan ada gantinya. mama adalah mama yeyen, selamanya akan jadi mama yeyen. yeyen sayang mama,"  tulis curhatan anak Renti Marningsih.

 

(Tribuntangerang.com/TribunnewsBogor.com/Sanjaya Ardhi)

 

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved