China Bikin DeepSeek Tantang ChatGPT Amerika, Performa Unggul Berdasarkan Benchmark AI Populer
DeepSeek disebut memiliki performa yang lebih unggul dibandingkan ChatGPT milik OpenAI buatan Amerika
TRIBUN TANGERANG.COM- China kini menggebrak di bidang kecerdasan buatan (AI) dengan meluncuekan DeepSeek.
Di lama resminya, DeepSeek menawarkan dua model AI yang memiliki fungsi berbeda, yaitu DeepSeek-V3 dan DeepSeek-R1.
DeepSeek disebut memiliki performa yang lebih unggul dibandingkan ChatGPT milik OpenAI buatan Amerika.
Sebelumnya, OpenAI sudah memiliki banyak kompetitor di bidang kecerdasan buatan (AI) yakni Meta yang membuat model AI Llama 3.1, hingga Anthropic yang menggarap model AI Claude-3.5.
Namun semua produsen AI tersebut sebagian besar berasal dari Amerika Serikat (AS), negara yang sama seperti OpenAI.
Didsebutkan DeepSeek-V3 dirancang untuk membantu pengguna menyelesaikan dan menjawab banyak hal, mulai dari pertanyaan sehari-hari di banyak bidang, hingga tugas kompleks yang melibatkan persoalan matematika dan logika.
DeepSeek V3 merupakan kompetitor GPT-4o.
Sementara itu, DeepSeek-R1 merupakan model AI yang diklaim akan berjalan lebih efisien dibanding model AI lainnya yang ada di pasar.
Dalam website resmi mereka, DeepSeek mengatakan model AI ini bisa bersaing dengan model AI o1 milik OpenAI.
Di situs web resmi mereka, DeepSeek mengeklaim bahwa dibandingkan dengan beberapa model AI yang ada di pasar, model AI mereka ini unggul dalam sejumlah benchmark AI populer.
Pada benchmark uji coba pemahaman terhadap konteks (DROP, 3-shot F1), misalnya, DeepSeek V3 diklaim memiliki skor performa 91,6 poin, lebih tinggi dari Llama 3.1, Claude 3.5, dan GPT-4o yang masing-masing memiliki skor 88,7, 88,3, dan 83,7 poin.
Kemudian untuk memecahkan persoalan matematika level internasional macam AIME 2024, MATH-500, hingga CNMO 2024, DeepSeek V3 memiliki skor performa untuk masing-masing benchmark mencapai 39,2, 90,2, dan 43,2 poin.
Di benchmark serupa, Llama 3.1, Claude-3.5, dan GPT-4o masing-masing memiliki skor performa AIME 2024, MATH-500, dan CNMO 2024 mencapai 23,3, 73,8, dan 6,8 poin, 16,0, 78,3, dan 13,1 poin, dan 9,3, 74,6, dan 10,8 poin.
DeepSeek juga mengeklaim model AI DeepSeek-R1 mereka lebih unggul dibanding o1 milik OpenAI,di beberapa benchmark pihak ketiga.
Seperti disebutkan di atas, DeepSeek diklaim bisa berjalan dengan efisien dibanding beberapa model AI yang ada di pasar.
Menurut DeepSeek, model AI mereka dilatih hanya sekitar dua bulan dan menghabiskan dana sekitar 6 juta dollar AS (sekitar Rp 97 miliar).
Ini jauh lebih kecil dari dana yang dihabiskan untuk membangun GPT-4.
Menurut laporan TeamGPT, model AI tersebut dibangun dengan dana mencapai 63 juta dollar AS (sekitar Rp 1 triliun).
Menurut sejumlah peneliti, China bisa membuat model AI yang lebih efisien karena mendapat "berkah" dari pembatasan ekspor chip AS ke China.
Diketahui, pembatasan ini membuat China tak bisa mengakses sejumlah chip AI canggih dan terbaru yang ada saat ini, seperti Nvidia H100.
Dalam pengembangannya, DeepSeek menggunakan chip Nvidia H800 yang memiliki pemangkasan performa dibanding H100.
Karena aksesnya dibatasi, banyak perusahaan AI di China menggunakan chip AI seadanya, dan mereka menerapkan banyak trik dan strategi supaya AI bisa berjalan dengan efisien, namun tetap memiliki performa baik.
Hal ini lah yang membuat AS khawatir dengan pengembangan model AI yang "hemat kantong".
"China bisa membuat AI yang lebih efisien karena mereka menggunakan metode yang disebut sebagai distillation.
Sederhananya, metode ini bisa melatih model AI supaya pintar mengerjakan hal-hal kecil yang spesifik, sehingga akan lebih efisien," kata seorang peneliti dari Benchmark General Partner, Chetan Puttagunta dalam sebuah keterangan.
"Pembatasan chip adalah "berkah" untuk China. Sebab, banyak perusahaan harus memikirkan aneka strategi dalam pembangunan model AI untuk mengatasi pembatasan chip, dan mereka ternyata membuatnya jauh lebih efisien," ujar CEO perusahaan AI Perplexity, Aravind Srinivas dalam sebuah pernyataan.
Kompetisi dari DeepSeek ini juga membuat CEO Microsoft, Satya Nadella memberikan komentar pribadinya.
Menurut dia, perusahaan AS, terutama yang fokus di bidang AI, harus hati-hati dengan gerak-gerik dan perkembangan DeepSeek dan perusahaan AI China lainnya.
"Saya takjub melihat mereka membuat model AI open source yang bisa berjalan secara efisien namun tetap memiliki performa baik," ujar Nadella dalam sebuah acara, dikutip CNBC dan dihimpun KompasTekno, Senin (27/1/2025).
"Kita harus waspada terhadap perkembangan AI China di masa depan," pungkas Nadella.
Saat ini, model AI DeepSeek bisa diakses gratis dengan mengunjungi tautan berikut ini.
Model AI tersebut tersedia dalam format aplikasi Android, situs web, dan API Platform untuk bisa diadopsi di banyak aplikasi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News
| Jalan Daan Mogot Tangerang Lumpuh Total, Kemacetan Parah Mengular Sepanjang 10 Km hingga Jakarta |
|
|---|
| Jelang Laga Persib vs Bali United, Bojan Hodak Puji Serdadu Tridatu: Laga Selalu Berjalan Ketat |
|
|---|
| Polisi Ungkap Sosok Wanita yang Ikut Diamankan Saat Penangkapan Onadio Leonardo di Tangsel |
|
|---|
| Lewat Inovasi Siparu, PAD Kabupaten Tangerang Berpotensi Capai Rp 5,11 Triliun |
|
|---|
| Resmi Berakhir, 303.374 Ranmor Ikut Program Pemutihan Pajak Provinsi Banten di UPT Samsat Cikokol |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tangerang/foto/bank/originals/DeepSeek.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.