Sejarah Dodol Titi Mugi Jaya: Oleh-oleh Legendaris Asal Tangerang Selatan
Sekarang ada banyak model-model, ada yang panjang. Kalau dulu cuma model kampung, model buntelan aja. Jual per kilo, udah gitu aja
Penulis: Ikhwana Mutuah Mico | Editor: Joseph Wesly
TribunTangerang/Ikhwana Mutuah Mico
DODOL KHAS TANGSEL- Pemilik usaha Dodol, Asep Jaya dan suasana pembuatan dodol Titi Mugi Jaya Serpong, Tangerang Selatan. Dodol Titi Mugi Jaya menjadi oleh-oleh khas Tangerang. (TribunTangerang.com - Wartakota Network/Ikhwana Mutuah Mico).
Laporan Wartawan TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico
TRIBUNTANGERANG.COM, SERPONG - Dodol Titi Mugi Jaya salah satu oleh-oleh khas dari Kota Tangerang Selatan, tak hanya memikat dengan rasanya yang manis dan kenyal, tetapi juga memiliki sejarah panjang.
Kepada TribunTangerang.com Pemilik usaha Dodol Titi Mugi Jaya, Asep Jaya menceritakan awal mula adanya oleh-oleh khas yang disukai oleh masyarakat Tangsel, tetapi juga oleh para wisatawan ini.
“Ya, ini sih usaha orang tua. Awalnya ya cuma bantu-bantu, ya sekarang tinggal diterusin aja," kata Asep kepada TribunTangerang.com, Kamis (3/4/2025).
Dodol Titi Mugi Jaya berdiri sejak tahun 1995, usaha ini awalnya dimulai oleh orang tua Asep, yang kini melanjutkan usaha tersebut.
Menurut cerita Asep, Dodol Titi Jaya ini merupakan usaha yang berawal dari coba-coba.
Saat pertama kali beroperasi, dodol yang dijual memang sangat sederhana.
"Dulu cuma model kampung, model bentelan aja. Jual per kilo, udah gitu aja," ujar Asep.
Namun, dengan kerja keras dan komitmen yang tinggi, Asep mengatakan Dodol Titi Jaya berhasil meraih sukses.
Produk yang awalnya hanya tersedia dalam bentuk tradisional kini hadir dalam berbagai varian yang lebih modern.
"Sekarang ada banyak model-model, ada yang panjang. Kalau dulu cuma model kampung, model buntelan aja. Jual per kilo, udah gitu aja," kata Asep.
Asep menceritakan makna di balik nama usahanya.
"Titi itu dari nama ibu saya, sedangkan Mugi Jaya itu artinya Semoga Jaya," ungkapnya.
Baca juga: Menjelang Lebaran, Dodol Asli Tangerang Selatan Titi Mugi Jaya Diburu Pembeli untuk Oleh-oleh
Dodol Titi Mugi Jaya terus berkembang pesat dan menarik perhatian banyak pembeli.
Asep mengatakan bahwa para pembeli yang datang ke tempatnya berasal dari berbagai daerah.
"Ya langganan pada ke sini semua," kata Asep
Ia menegaskan bahwa pelanggan setia dari berbagai daerah memang selalu datang langsung ke lokasi untuk membeli dodol.
Ketika ditanya mengenai alasannya melanjutkan usaha keluarga ini, pemilik menjelaskan bahwa ia sudah sangat mencintai peninggalan orang tuanya ini.
"Ya, sayang aja kalau nggak diterusin. Apalagi ini kan nggak ada lagi yang kayak gini," ujar Asep.
Asep mengatakan bahwa dodolnya ini memiliki nilai lebih yang tidak bisa ditemukan di tempat lain, sehingga menjadi alasan kuat untuk terus mempertahankan dan mengembangkannya.
Untuk ke depan, Asep bercita-cita agar Dodol Titi Jaya terus maju dan tidak pernah berhenti.
"Pengennya sih maju terus sampai kapan juga, jangan sampai kendor. Jadi diusahakan, karena ini juga oleh-oleh dari tangan saya diusahakan harus berdiri terus ya," ujar Asep.
Lebih lanjut, bentuk kecintaan Asep ini menjadi alasan kuat baginya untuk terus mengembangkan usaha keluarga yang sudah menjadi bagian dari identitasnya.
Terkait pesan dari orang tua, pemilik menyebutkan bahwa nasihat yang diberikan bukan hanya datang dari orang tuanya, tetapi juga dari para pelanggan setia.
"Pesan sih bukan dari orang tua doang. Dari yang beli juga. Tinggal jaga kualitasnya aja," kata Asep.
Pesan pembeli menjadi pedoman utama baginya untuk selalu menjaga kualitas produk yang dihasilkan, tak hanya untuk memenuhi harapan pelanggan, tetapi juga untuk mempertahankan reputasi usaha keluarga.
"Mereka berpesan mendingan naikin harga dari pada ngurangin bahan atau gimana caranya," ucap Asep.
Ketika ditanya mengenai perbedaan Dodol Titi Mugi Jaya dengan produk dodol lainnya, Asep mengakui bahwa ia tidak bisa membandingkan secara langsung karena belum mencoba produk lain.
Namun, berdasarkan cerita pelanggan, banyak yang menyebutkan bahwa Dodol Titi Mugi Jaya memiliki perbedaan dalam rasa, terutama dalam tingkat kelembutan dan kelegitan.
"Tapi kalau dari cerita orang, beda dari legitnya, lembutnya beda," ujar Asep.
Untuk harga, dodol original dijual seharga Rp 62.000 per kilogram, sementara dodol wijen sedikit lebih mahal, yaitu Rp 70.000 per kilogram.
Usaha dodol tersebut berada di Jalan Cilenggang 1 RT 04 RW 02 Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan.
Usaha dodol ini berlokasi di Jalan Cilenggang 1 RT 04 RW 02, Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan. Agar memastikan ketersediaan, para pembeli disarankan untuk melakukan pemesanan terlebih dahulu di nomor 0895330802466.
Sementara itu, Adi, seorang pembeli setia, mengungkapkan bahwa ia menjadi langganan di tempat ini karena dodol tersebut akan dibagikan kepada keluarganya saat lebaran.
"Saya beli 10 kilogram dodol dan sudah memesannya jauh-jauh hari, agar tidak kehabisan jelang Ramadan," kata Adi.
Menurutnya, kualitas dodol yang khas dan rasanya yang enak menjadi alasan utama ia selalu membeli di Titi Mugi Jaya setiap menjelang Lebaran.
"Saya bahkan pesen jauh-jauh hari, supaya tidak kehabisan," pungkasnya. (m30)
Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News
Berita Terkait
Baca Juga
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.