Debat dengan Aura Cinta Soal Wisuda, Dedi Mulyadi: Prioritaskan Masa Depan, Jangan Gaya-gayaan

Perdebatan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dengan remaja asal bekasi Aura Cinta tengah menjadi sorotan.

Editor: Joko Supriyanto
TikTok dan Tangkapan layar Youtube KDM
DEBAR SENGIT - Seorang remaja putri, Aura Cinta berdebat dengan Dedi Mulyadi terkait pelarangan wisuda pelajar hingga penggusuran rumah. Perdebatan itu menjadi ramai disorot netizen. TikTok dan Tangkapan layar Youtube KDM 

Dedi kemudian berbalik bertanya apakah Aura siap membayar sewa jika tanah tempat tinggalnya milik orang lain, dengan memberi contoh bagaimana negara dapat meminta warga membayar sewa.

"Saya balik, tinggal di tanah orang lain harus bayar gak sama yang punya tanah? Kalau saya balik nuntut, pemdanya nya minta tagihan dihitung beberapa tahun ke belakang bayar tiap tahun," ujar Dedi Mulyadi

Aura, yang mengaku miskin, menyatakan keinginannya agar pemerintah mengerti kondisi mereka.

"Bapak kan bisa lihat dulu latar belakang saya, saya miskin atau gak, mampu bayar atau enggak," ujar Aura.

Dedi kemudian menanggapi dengan mengatakan, "Kamu miskin enggak?" "Iya, saya mengakui," jawab Aura Cinta

Kenapa miskin pengin hidup bergaya, sekolah harus ada perpisahan? Kan kamu merasa miskin. Kenapa orang miskin enggak merasa prihatin?" ujar Dedi Mulyadi menekankan bahwa orang yang merasa miskin harus lebih fokus pada masa depan mereka dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu.

Aura Cinta kembali menegaskan bahwa dia mendukung kebijakan tersebut, tetapi berharap perpisahan tetap dilaksanakan dengan biaya yang kecil.

"Apa pun itu saya mendukung, cuma jangan dihapus, Pak, gak semuanya bisa terima. Terus kalau wisuda dihapus, dan Bapak juga minta pajak saya, saya miskin," ujar Aura.

Dedi membalas dengan mengatakan bahwa orang miskin harus lebih prihatin dalam membangun masa depan mereka.

"Bukan minta pajak, saya balik, Anda miskin, tapi jangan sok kaya. Orang miskin itu prihatin membangun masa depan. Seluruh pengeluaran ditekan, digunakan untuk masa depan, bisnis, pengembangan mandiri, lah ini rumah enggak punya, tinggal di bantaran sungai," ujar Dedi.

Di akhir forum, mayoritas warga menyatakan setuju dengan kebijakan penghapusan acara wisuda dan study tour karena alasan keadilan dan keringanan biaya.

Dedi menawarkan solusi, yaitu membolehkan siswa mengadakan acara perpisahan secara mandiri tanpa melibatkan sekolah, agar tidak ada pungutan resmi yang membebani orangtua ataupun sekolah.

"Bikin aja sendiri, kumpul-kumpul teman, tapi jangan melibatkan sekolah," ujar Dedi.

(Kompas.com)

 

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved