Tidak Pernah Diajak Musyawarah, Revitalisasi SMPN 20 Tangsel Ditolak Warga Pamulang
Karena ini kan berada dekat dengan lingkungan warga nih. Yang pasti kan semakin banyak siswa, maka semakin rame situasinya, maka tingkat kriminalitas
Penulis: Ikhwana Mutuah Mico | Editor: Joseph Wesly
Laporan Wartawan TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico
TRIBUNTANGERANG.COM, PAMULANG - Warga Komplek Permata Pamulang, yang tinggal di sekitar Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 20 Kota Tangerang Selatan, menyuarakan kekhawatiran mereka terkait dampak akibat proyek revitalisasi yang sedang berlangsung.
Karena khawatir dampak revitalisasi akan berimbas pada lingkungan sekitar, warga menyatakan penolakan.
Menurut keterangan Ketua RT 02/04, Muhammad Desra Yusuf, salah satu masalah utama yang dikhawatirkan warga adalah meningkatnya jumlah siswa yang dapat berpotensi memperburuk situasi keamanan di lingkungan mereka.
"Karena ini kan berada dekat dengan lingkungan warga nih. Yang pasti kan semakin banyak siswa, maka semakin rame situasinya, maka tingkat kriminalitas semakin tinggi. Termasuk akses masuknya mau seperti apa," kata Desra saat ditemui TribunTangerang.com, Pamulang, Tangsel, Kamis (15/5/2025).
Desra juga mengungkapkan keresahan warga soal penambahan jumlah lantai dan peningkatan kapasitas siswa, menurutnya hal tersebut akan berimbas pada kemacetan lalu lintas dan peningkatan tingkat kriminalitas.
"Semakin banyak siswa, maka semakin ramai. Ini akan meningkatkan risiko kriminalitas, karena kepadatan yang ada di lingkungan kami. Kami takut jika akses masuk dan keluar sekolah tidak dikomunikasikan dengan jelas, hal ini bisa mengganggu kenyamanan dan keamanan lingkungan," kata Desra.
Terlebih lagi, sekolah berdiri di tengah permukiman ini memang berbatasan langsung dengan rumah warga.
Sehingga, perubahan alur lalu lintas dan penambahan fasilitas yang tidak dibicarakan tersebut membuat warga resah.
Oleh sebab itu, pihaknya juga mengingatkan pentingnya keterlibatan mereka dalam perencanaan pembangunan, agar potensi dampak negatif tersebut bisa diminimalisir.
"Warga di sini bukan menentang pembangunan, tapi kami minta ada keterbukaan dan komunikasi yang lebih jelas. Kami ingin semua pihak, termasuk sekolah, bekerja sama demi menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman," kata Desra.
Seiring dengan berjalannya waktu, warga berharap pihak sekolah dan pemerintah dapat menyelesaikan permasalahan ini melalui musyawarah.
Dari pantauan TribunTangerang.com, warga telah menurunkan spanduk dan membuka ruang dialog untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan pihak sekolah serta menyampaikan keresahan mereka.
Meskipun demikian, proses pembangunan belum tampak dilanjutkan. Gedung yang rencananya akan dibangun ulang masih terbengkalai, dan puing-puing sisa pembongkaran masih berserakan di seluruh area sekolah.
Para pekerja juga belum memulai aktivitas, sementara ekskavator berwarna kuning masih terdiam di ujung lahan tanpa ada tanda-tanda pengerjaan. (m30)
Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News
Polres Tangsel Sebut Ledakan di Pamulang Dipastikan Akibat Kebocoran Tabung Elpiji |
![]() |
---|
8 Kontrakan Jadi Hunian Sementara Korban Ledakan Gas Elpiji di Pamulang |
![]() |
---|
Korban Ledakan di Pamulang Dapat Bantuan Rumah Kontrakan, Ini Rinciannya |
![]() |
---|
20 Rumah Terdampak Ledakan Elpiji di Pamulang, Pemkot Tangsel Lakukan Perbaikan Bertahap |
![]() |
---|
Pemkot Tangsel Gelontorkan Rp 600 Juta untuk Perbaikan Rumah Korban Ledakan Elpiji di Pamulang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.