Diplomat Muda Tewas
2 Pakar Krimonolog UI Beda Pendapat Soal Kematian Arya Daru, Ada Menduga Bunuh Diri dan Pembunuhan
Polisi masih melakukan pemeriksaan forensik terhadap bukti-bukti yang sudah dikumpulkan oleh polisi
TRIBUN TANGERANG.COM, JAKARTA- Penyebab Kematian Diplomat Muda Kemenlu Arya Daru Pangayunan (39) hingga kini belum terpecahkan.
Polisi masih melakukan pemeriksaan forensik terhadap bukti-bukti yang sudah dikumpulkan oleh polisi.
Diketahui sebelumnya Kapolsek Metro Menteng, Kompol Rezha Rahandhi mengatakan bahwa tidak ada penganiayaan di tubuh Arya Daru.
Selain itu pintu kamar dikunci dari dalam dan tidak ada barang milik korban yang hilang.
Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto mengatakan hingga saat ini anak buahnya belum bisa menyimpulkan hasil dari penyelidikan yang dilakukan.
Dia meminta waktu sepekan untuk mengungkpa kasus tersebut agar terang-benderang demi hasil yang presisi.
2 Kriminolog beda pendapat
Kriminolog dari kampus ternama Universitas Indonesia (UI) menyampaikan analisa yang saling bertolak belakang: satu menyebut kemungkinan pembunuhan, satunya lagi percaya Arya bunuh diri.
Baca juga: Respons Kapolri Soal Misteri Kematian Diplomat Muda Kemlu Arya Daru di Kamar Kos Menteng
Ditemukan Tak Bernyawa di Kosan, Kepala Dililit Lakban
Arya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa di kamar indekosnya kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa pagi (8/7/2025).
Saat ditemukan, jasadnya berada di atas tempat tidur, terbungkus selimut, dengan lakban kuning melilit kepala.
Tak ada tanda kekerasan yang ditemukan oleh polisi di tubuh korban.
Namun karena kondisi jenazah yang janggal, jenazah Arya langsung dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk menjalani autopsi.
Kriminolog UI Haniva Hasna: “Ini Diduga Pembunuhan, Bukan Bunuh Diri”
Kriminolog UI Haniva Hasna menduga kuat bahwa kematian Arya bukan murni bunuh diri, melainkan pembunuhan yang dirancang sedemikian rupa agar terlihat seperti bunuh diri.
Baca juga: Penyebab Tewasnya Arya Daru Pangayunan Diplomat Kemenlu akan Dirilis Polisi Pekan Depan
“Sangat memungkinkan bahwa ini adalah kasus pembunuhan, karena kita perlu melihat ya seberapa ketat dia melilitkan lakban ini, diawali dari mana dulu, apakah dari kening, dari leher, atau dagu,” ungkap Haniva dikutip dari Metro TV News, Kamis (10/7/2025).
Menurutnya, lakban bukan metode umum dalam kasus bunuh diri.
Proses penggunaannya yang lama dan menyakitkan, tidak sejalan dengan karakteristik pelaku bunuh diri yang biasanya ingin mengakhiri hidup dengan cepat dan tanpa rasa sakit.
“Sementara kalau lakban, dia harus menggunakan peralatan yang lebih lama dia kehilangan nyawanya dan membutuhkan keterampilan khusus.”
Haniva memunculkan dua skenario:
Lakban digunakan untuk membungkam korban agar tidak berteriak.
Korban sudah dibunuh lebih dulu, lalu pelaku merekayasa seolah-olah Arya melakukan bunuh diri.
“Kasus ini sangat kompleks. Kalau benar dibunuh, pelaku sudah mempersiapkan semuanya dengan rapi dan memperhitungkan banyak hal,” tegas Haniva.
Adrianus Meliala: “Ini Bisa Saja Bunuh Diri yang Direncanakan dengan Obat dan Lakban”
Sementara itu, kriminolog UI lainnya, Adrianus Meliala, menyampaikan pandangan berbeda.
Ia justru menilai bahwa kemungkinan besar Arya bunuh diri berdasarkan hasil olah TKP dan penyelidikan awal polisi.
“Kalau dari analisis terhadap lingkungan dari almarhum, saya lebih meyakini salah satu tindakan bunuh diri mengingat tidak ada pihak lain yang masuk atau keluar saat-saat yang bersangkutan itu meninggal,” jelasnya dalam program Kompas Petang, Rabu (9/7/2025).
Adrianus mengacu pada beberapa temuan:
Pintu kamar terkunci dari dalam
Tidak ada bekas kekerasan di tubuh
Sidik jari yang ditemukan di lakban hanya milik Arya
“Artinya, bisa diduga almarhum sendiri yang melakban diri sendiri. Mungkin dia ingin menutup jalan napas agar bisa cepat kehilangan kesadaran.”
Adrianus menduga, Arya mungkin sudah mengonsumsi obat tidur sebelum melilitkan lakban ke wajahnya.
“Tentu masih ada beberapa clue yang kelihatannya akan diperoleh dari pemeriksaan forensik, termasuk toksikologi, karena sebelum meninggal almarhum sempat makan malam.”
Susno Duadji: “Kasus Ini Bisa Diungkap, Kuncinya Ada di CCTV, HP, dan TKP”
Mantan Kabareskrim Polri Susno Duadji juga turut angkat bicara. Ia menyebut bahwa kasus Arya Daru bisa diungkap jika aparat fokus pada empat aspek utama:
Kondisi jasad
Bukti di TKP, termasuk sidik jari
Ponsel korban
Rekaman CCTV di sekitar lokasi indekos
“Hp ada, sidik jarinya ada, CCTV ada. Kemudian hasil pemeriksaan dari istri, saksi yang mengetahui, saksi yang mendobrak, InsyaAllah bisa terungkap,” ujarnya dalam tayangan KompasTV Pontianak.
Susno mengingatkan bahwa orang-orang terakhir yang bertemu dengan korban harus diperiksa lebih dalam.
“Setiap orang yang paling berdekatan dengan korban sebelum meninggal, semuanya harus dicurigai. Walau belum tentu pelaku.”
Ia juga menekankan pentingnya autopsi dalam membongkar motif dan cara kematian.
“Hasil autopsi akan menjawab semuanya—apakah korban menegak racun, meminum obat tidur, atau justru ada bekas kekerasan.”
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News
Respons Kapolri Soal Mabes Polri Diminta Ambil Alih Kematian Diplomat Muda Arya Daru |
![]() |
---|
Keluarga Arya Daru Terima Paket Misterius Berisi Simbol-simbol yang Dikirim ke Rumah Keluarga |
![]() |
---|
Polisi Hormati Keraguan Keluarga soal Kematian Arya Daru, Tapi Tegaskan Tak Ada Unsur Pidana |
![]() |
---|
Arya Daru Diduga Sengaja Hilangkan Ponsel Sebelum Tewas, Penasihat Ahli Kapolri Buka Suara |
![]() |
---|
Respons Reza Indragiri Polisi Sebut Arya Daru Korban: Perkataan Keseleo Boleh Jadi Lebih Jujur Lho |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.