SPMB 2025
Hari Istimewa Jadi Suram, Wali Murid Tak Bisa Dampingi Anak Imbas Gerbang SMAN 6 Tangsel Dirantai
Anak saya sekolah di SMP Negeri 17 yang tidak ada masalah dengan warga. Tapi kami ikut kena dampaknya juga," ujar Yoyo saat ditemui di Pamulang
Penulis: Ikhwana Mutuah Mico | Editor: Joseph Wesly
TribunTangerang/Ikhwana Mutuah Mico
AKSES MASIH DIBLOKIR- Gerbang SMAN 6 Kota Tangerang Selatan dibuka sedikit oleh warga untu akses masuk pelajar, Senin 914/7/2025). Pagar sempat ditutup oleh warga yang kecewa karena anaknya tidak diterima melalui jalur SPMB akhirnya dibuka. (TribunTangerang/Ikhwana Mutuah Mico)
Laporan Wartawan TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico
TRIBUNTANGERANG.COM, PAMULANG - Akses utama masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Kota Tangerang Selatan masih dirantai, namun pintu gerbang telah dibuka sedikit untuk satu orang bisa berjalan kaki masuk ke area sekolah.
Menanggapi hal tersebut, Yoyo, salah satu wali murid, menyampaikan keresahannya. Ia merasa dirugikan karena harus merasakan imbas dari permasalahan yang sebenarnya tidak melibatkan sekolah anaknya.
"Anak saya sekolah di SMP Negeri 17 yang tidak ada masalah dengan warga. Tapi kami ikut kena dampaknya juga," ujar Yoyo saat ditemui di Pamulang, Tangerang Selatan, Senin (14/7/2025).
SMP Negeri 17 diketahui berada tidak jauh dari SMA Negeri 6 dan menggunakan akses jalan yang sama, yang saat ini ditutup.
Menurut Yoyo, hari pertama masuk sekolah seharusnya menjadi momen istimewa bagi para siswa dan orang tua.
Namun, sejumlah orang tua siswa mengaku kecewa karena tidak diizinkan mendampingi anak mereka saat pertama kali masuk SMPN.
"Padahal ini momen yang sangat jarang. Apalagi hari pertama sekolah, yang seharusnya bisa didampingi, ini malah nggak bisa," ujar Yoyo.
Menurutnya, hal serupa juga terjadi saat kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada hari Sabtu sebelumnya.
"Iya, ini ditutup kan yang bermasalah SMA 6, tapi yang kena semuanya. Jadi semua sekolah ketat sekarang," tambahnya.
Selain tidak bisa mendampingi anak, ia juga mengeluhkan soal lokasi parkir kendaraan.
Biasanya orang tua bisa menurunkan anak di sekitar sekolah, namun kini kendaraan hanya boleh berhenti di pinggir jalan.
"Biasanya bisa sampai SMA 6, sekarang cuma bisa di pinggir jalan. Jadi anak jalan sendiri ke sekolah," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Akses masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Kota Tangerang Selatan masih dirantai, namun pintu gerbang telah dibuka sedikit untuk satu orang bisa berjalan kaki masuk ke area sekolah.
Dari Pantauan TribunTangerang.com terlihat sejumlah orang tua murid mengantarkan anak-anak mereka hingga ke gerbang akses masuk sekolah.
Beberapa diantaranya memarkirkan kendaraan sementara di area depan.
Karena kondisi gerbang utama yang masih dirantai dan hanya terbuka sedikit, orang tua dan murid harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 300 meter untuk mencapai bangunan sekolah.
Tiga orang guru berjaga di gerbang, menunggu para siswa masuk melalui area perumahan yang menjadi akses tembus ke sekolah.
Tampak orang tua murid menunggu anak-anak mereka di depan akses masuk sekolah. Sejumlah sepeda motor diparkir di depan gerbang karena tidak bisa memasuki area akses utama.
Suasana di Jalan raya Pamulang permai 1 macet akibat kerumunan orang tua murid yang memadati area sekitar sekolah.
Tampak anak-anak berseragam putih abu-abu hanya diantar hingga depan gang dan turun dari ojek online di depan akses masuk.
"Ayo masuk-masuk," ucap guru yang menjaga area gerbang menyambut anak anak.
Sebelumnya diberitakan, akses menuju Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Tangerang Selatan di kawasan Pamulang, ditutup oleh warga RW 10, Kamis (3/7/2025).
Aksi penutupan karena memprotes permasalahan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) jalur domisili.
Padahal jarak tempat tinggal mereka berdekatan dengan dua sekolah itu dan masih dalam satu lingkungan yang sama.
Pada proses penutupan akses tersebut, warga yang tergabung dalam RT 01, RT 02, RT 03, dan RT 04 itu memasang tiga spanduk yang bertuliskan permohonan maaf mereka karena harus menutup akses tersebut.
Setelah menutup akses jalan. Sekolah, mereka berencana akan bersurat ke Gubernur Banten, Andra Soni untuk mempertanyakan terkait sistem domisili pada SPMB 2025.
"Aksesnya akan kita tutup sampai kita mendapatkan jawaban dari pihak dinas terkait. Besok kita akan membuat surat yang ditujukan kepada Gubernur Banten Andra Soni dan Dinas Pendidikan Provinsi Banten," tutup Rangga perwakilan warga RW 10, Pamulang, Tangsel. (m30)
Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News
Berita Terkait
Berita Terkait: #SPMB 2025
Kepala SD Negeri Ciledug Barat Terancam Dicopot bila Terbukti Jual Paksa Seragam Sekolah |
![]() |
---|
Kepala SDN Ciledug Barat Diduga Lakukan Pungli, Dindikbud Tangsel Ambil Tindakan Tegas |
![]() |
---|
Kepsek SDN Ciledug Barat Disebut Suruh Siswa Pindah Sekolah bila Tak Bisa Beli Seragam Rp 1,1 Juta |
![]() |
---|
Penjual Pempek di Tangsel Tak Sanggup Bayar Seragam Rp 1,1 Juta, 2 Anak Terancam Tak Sekolah |
![]() |
---|
Andra Soni Buka Suara soal Kisruh SPMB di Tangerang, Dorong Sekolah Swasta Gratis sebagai Solusi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.