Partai Politik

Nurul Arifin Optimis Elektabilitas Partai Golkar Terus Naik Dibawah Kepimpinan Airlangga Hartarto

Penulis: Panji Baskhara
Editor: Dian Anditya Mutiara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua Umum, Koordinator Bidang Komunikasi dan Informasi, Partai Golkar, Nurul Arifin menanggapi soal Elektabilitas Golkar naik

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Hasil survey sebut elektabilitas Partai Golongan Karya (Golkar) naik.

Elektabilitas Golkar Naik merupakan hasil survei terbaru dari Saiful Mujani Research Center.

Hasil survei itu ditanggapi Wakil Ketua Umum, Koordinator Bidang Komunikasi dan Informasi, Partai Golkar, Nurul Arifin.

Kepada wartawan, Nurul Arifin sebut elektabilitas Partai Golkar naik karena dipimpin oleh Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

"Di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto, partai menunjukkan soliditasnya" jelas Nurul Arifin, Kamis (7/10/2021).

Kata Nurul, sejak Airlangga Hartarto jadi ketua umum, Partai Golkar menunjukkan siloditasnya.

Baca juga: Jadwal Pemilu 2024 Belum Disepakati, PDIP dan Golkar Dorong Jokowi Kumpulkan Ketua Umum Parpol

Bahkan, lanjut Nurul, sistem bekerja Partai Golkar bekerja dengan baik, dari mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kota, hingga ke pedesaan.

Maka itu, Nurul optimis elektabilitas Partai Golkar akan terus naik di masa mendatang.

"Semua memiliki kepercayaan diri bahwa kita akan bisa maju bersama-sama," paparnya Nurul.

Seperti yang diketahui, hasil survei terbaru Saiful Mujani Research Consulting menunjukkan kecenderungannya setelah pemilu 2019.

Elektabilitas Partai Golkar mengalami kenaikan dari 8,4 persen pada Maret 2020 jadi 11,3 persen pada September 2021.

Baca juga: Dukung Pemerintah, Golkar Setuju Pemilu 2024 Digelar 15 Mei

Sementara dua partai besar pendukung seperti pemerintah PDIP cenderung melemah, dari 25,9 persen menjadi 22,1 persen pada periode yang sama.

Demikian juga Partai Gerindra, yang menurun dari 13,6 persen jadi 9,9 persen di periode yang sama.

Hal tersebut dipaparkan peneliti SMRC Deni Irvani, Rabu (07/10/2021).

Hasil survei SMRC menunjukkan juga, jika pemilu diadakan sekarang (saat survei dilakukan), elektabilitas PDIP masih memimpin 22,1 persen, diikuti Partai Golkar 11,3 persen, PKB 10 persen, Gerindra 9,9 persen, Demokrat 8,6 persen, PKS 6 persen, dan NasDem 4,2 persen.

Sementara partai-partai lain di bawah 3 persen, dan yang belum tahu 18,8 persen.

Survei dilakukan SMRC pada periode 15-21 September 2021 lalu melalui wawancara tatap muka.

Pengambilan sampel dilakukan dengan multistage random sampling, yakni sebanyak 1220 responden dengan response rate 80 persen atau 981 responden berhasil diwawancara.

Untun Margin of Error diperkirakan sebesar kurang lebih 3,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

 

Pengamat LIPI Nilai Langkah Airlangga Tunjuk Erwin Aksa Selaku Waketum Kian Menguatkan Partai Golkar

Pengamat politik LIPI, Wasisto Raharjo Jati menilai keputusan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang menunjuk Erwin Aksa sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Strategis merupakan langkah tepat.

Menurutnya, penunjukan Erwin yang bersamaan dengan penunjukan Adies Kadir selaku Wakil Ketua Umum Bidang Politik Hukum dan HAM serta Firman Subagyo selaku Wakil Ketua Umum Bidang Sosial itu dapat mengonsolidasi suara.

"Penunjukkan Erwin ini adalah cara Golkar untuk mengonsolidasi suara di provinsi kantong pemilih lain agar tidak terkena efek bola salju," tegas Wasisto dalam siaran tertulis pada Selasa (28/9/2021). 

Baca juga: BPIP Bedah Musik Kebangsaan, Dianggap Efektif untuk Menyampaikan Pesan Positif pada Generasi Muda

Baca juga: Belum Mendapat Surat Pemecatan, Viani Limardi Mengaku Masih Menjadi Anggota Legislator DKI Jakarta

Wasisto melanjutkan, penunjukkan Erwin Aksa juga merupakan langkah substitutif untuk tetap mengakomodasi elit nasional yang merupakan putra lokal.

"Penunjukkan Erwin Aksa merupakan langkah substitutif untuk tetap mengakomodasi elit nasional berlatar belakang orang kuat lokal," papar Wasisto. 

Wasisto menekankan, gerak cepat Airlangga menujuk sejumlah tokoh untuk mengisi pos Wakil Ketua Umum Partai Golkar pasca adanya kader yang tersandung korupsi itu merupakan langlah untuk membuat partai tetap solid. 

 "Selain itu pula, pembenahan itu dimaksudkan agar jangan sampai penetapan tersangka itu menimbulkan lesunya mesin partai, sehingga perlu disegerakan penggantinya yang sepadan," jelas Wasisto. (*)