TRIBUNTANGERANG.COM, KARAWANG - Neneng Patimah (40) dan Ahmad Ikhsan (30), kakak beradik warga Dusun Kalen Jaya, RT 002, RW 004, Desa Kertamukti, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat mengalami lumpuh layu selama puluhan tahun.
Keduanya mengalami lumpuh sejak usia sekolah, saat kakak beradik itu diurus oleh saudara iparnya bernama Siti Khodijahjayanti (32).
Baca juga: Prediksi BI Komoditas Cabai Merah dan Minyak Goreng Jadi Penyumbang Utama Inflasi Oktober
Siti mengungkapkan, awalnya kedua kakak beradik itu diurus oleh kedua orangtuanya.
Akan tetapi sejak meninggal, akhirnya diurusi olehnya.
"Neneng dan Ikhsan awalnya tinggal bersama ayahnya. Tapi sekitar sembilan hari lalu meninggal," ujar Siti, Sabtu (23/10/2021).
Saat ini, Siti dan suaminya memutuskan menyatukan rumahnya dengan rumah semipermanen yang ditinggali Neneng dan Ikhsan.
Siti merawat keduanya mulai dari menyuapi, memandikan, hingga membersihkan ketika buang air kecil hingga besar.
Baca juga: Perhatian! Jakarta Kembali Berlakukan Ganjil Genap Mulai Senin 25 Oktober di 13 Ruas Jalan
"Rumahnya dijebol ke rumah Neneng dan Ahmad biar kepantau, biar kelihatan," ujar Siti.
Kakak beradik itu tergolek lemah di tempat tidur, di sampingnya ada wadah dengan sedotan untuk minum
Kakak beradik itu, tak bisa melakukan aktivitas seperti orang pada umumnya.
Tubuhnya kurus kering, tulang-tulangnya nampak jelas.
Menurut Siti, saudara iparnya itu menderita kelumpuhan sejak duduk di kelas tiga sekolah dasar. Namun, ia tak tahu persis kronologisnya.
"Dulu Ikhsan bisa jalan meskipun begitu. Teteh (Neneng) juga dulu gemuk). Sekarang katanya semakin lemas. Kata dokter polio," terangnya.
Baca juga: Sophia Latjuba Bocorkan Rencana Penikahan Eva Celia dan Demas yang akan Dilaksanakan 2 Kali
Keduanya sempat mau dibawa berobat ke rumah sakit di Bandung.
Administrasi sudah diurus, namun karena tidak ada yang menunggui akhirnya memutuskan berobat di fasilitas kesehatan terdekat.
Siti pun berharap uluran tangan masyarakat maupun pemerintah.
Karena keterbatasannya, Neneng dan Ikhsan bergantung pada pampes dan underpad.
Juga kebutuhan lain seperti tisu basah, tisu kering, karbol, molto, rinso cair, hingga sabun mandi.
"Kami harap ada bantuan secukupnya, termasuk untuk berobat, orang atau relawan yang bisa temenin saat harus ke Bandung. Kalau kebutuhan makanan seperti sarden dan mie instan," ungkap Siti.
Baca juga: Harga Emas Batangan Antam, Sabtu 23 Oktober Meningkat Lagi Rp 3.000 Menjadi Rp 928.000 /Gram
Siti menyebutkan, Neneng dan ikhsan empat bersaudara, termasuk suaminya.
Suaminya bekerja sebagai operator crane di Jakarta dan pulang satu minggu sekali.
Sedang Siti membuka warung kecil-kecilan di rumah. Kini sembari merawat dua anaknya yang masih kecil, dengan kesabaran juga merawat Neneng dan Ikhsan.
"Penghasilan warung saya tergantung ramai sepinya. Untungnya nggak seberapa buat makan aja udah bersyukur," katanya.
Perangkat Desa Kerta Mukti, Sandi, menjelaslan ia dan pihak desa selalu membantu sebisanya.
Baca juga: Lokasi SIM Keliling dan Samsat di Tangerang Kota dan Tangsel Buka Sabtu-Minggu
Misalnya mengurus administrasi hingga mengambilkan bantuan pangan non tunai (BPNT).
"Kalau ada bantuan saya yang mengambilkan, saya antar ke rumah. Saat mengurus KTP kami antar menggunakan mobil desa, saya yang menggendong," kata Sandi.