Ini tentunya sangat membatasi jumlah pengunjung yang datang selain masalah kuota.
Di saat anak-anaknya tidak bisa main ke Ancol, otomatis keluarga enggak mau. Di tahun 2021, kami juga mengalami beberapa kali penutupan.
(Bila ditotal) Kurang lebih dari 2020 sampai 2021, (kami tutup) enam bulan.
Padahal harusnya kami panen rekreasi seperti momen lebaran dan akhir tahun. (Saat pandemi) Itu kami justru harus tutup.
Selama tutup tadi, berarti zero revenue?
Betul sampai zero revenue, kami close.
Dalam situasi normal, berapa pengunjung per hari?
Kami kalau weekday sekitar 15.000 sampai 20.000. Kalau weekend rata-rata bisa 60.000 pengunjung.
Bagaimana nasib karyawan, ada yang sampai dirumahkan?
Sampai saat ini kami tidak ada PHK atau merumahkan karyawan.
Jadi karyawan tetap bekerja seperti biasa kalau pun ada pegawai yang kontrak atau alih daya, ini juga diatur supaya mereka kebagian jam tugas, bergiliran.
Sehingga pada saat kami tutup ada istilah yang namanya BTT (bersama turun tangan).
Baca juga: Perawatan Kulit untuk Perempuan digunakan Pria, Kenapa Nggak?
Jadi teman-teman ini yang biasa di belakang meja, di back office pada saat kami tutup kemarin, mereka yang menyapu, membersihkan toilet, menjaga keamanan, menjadi sekuriti karena bagaimana pun banyak yang harus kami pelihara.
Apakah sekarang sudah mulai pulih jumlah pengunjung di Ancol?
Kalau disebut pulih masih jauh. Kondisi kami kalau dibandingkan dengan tahun 2019, kunjungan kami baru 25 persen, baru seperempat dari normal.
Secara pendapatan pun sama, kami masih kurang lebih paling tinggi sekitar 40 persen dari kondisi normal.
Memang cukup berat karena hal ini terkait regulasi yang harus dipatuhi seperti kuota, operasional, dan lain-lain. (jhs/eko)