Wisata

Di Tangan Shadim, Regenerasi Wayang Kulit Cepak, Indramayu, Jawa Barat

Penulis: Cahya Nugraha
Editor: Lilis Setyaningsih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Shadim (31) sedang membuat wayang golek cepak, berlokasi di Gadingan, Sliyeg, Indramayu, Jawa Barat pada Minggu (8/7/2022).

TRIBUNTANGERANG.COM, INDRAMAYU -- Pelaku kesenian tradisional di Indonesia kerap harus bekerja keras agar tetap bertahan. 

Selain minat  masyarakat yang semakin berkurang, para tokoh yang meninggal juga sulit mencari generasi penerus. 

Tinggalah tokoh yang semakin menua  harus memutar otak untuk bertahan. 

Beruntung masih ada yang mau meneruskan usahanya. Dan melakukan diversifikasi usaha, salah satunya memasarkan secara online.

Baca juga: Gambaran Sifat Buruk Manusia di Tari Topeng Kelana Indramayu

Di usianya yang sudah tidak lagi muda, Kini Ki Warsad hanya mampu membuat beberapa wayang cepak saja selama satu minggu.

Dibandingkan dulu ia mampu membuat banyak dalam sekali produksi.

Terdapat lima dalang wayang golek yang eksis menghibur masyarakat Indramayu, Jawa Barat, baik di setiap hajatan, pengajian maupun pagelaran budaya.

Namun, seiiring berkembangnya zaman dan perubahan minat pada kesenian tradisional, saat ini hanya Ki Warsad dari Desa Gadingan, Sliyeg yang masih bertahan.

Baca juga: Nikmati Kuah Kental dan Nikmat Mie Ayam Mas Dion, Kuliner Legendaris di Indramayu

Artinya tersisa satu orang dalang yang masih aktif menghibur di Indramayu, Jawa Barat.

Memasuki usia senja kini Ki Warsad hanya berfokus pada mendalang saja.

Semua produksi pembuatan wayang golek cepak dipercayakan oleh keponakannya, Shadim (31).

"Bapak sekarang fokus mendalang saya, saya membantu di pembuatan wayangnya," ucap Shadim.

Baca juga: Wisatawan di Pantai Tirtamaya Indramayu Dikenakan Tiket Masuk Rp 12.000 dan Parkir Rp 5.000

Shadim menuturkan ilmu yang ia dapat diajarkan langsung oleh Ki Warsad.

Tidak hanya membantu produksi, namun Shadim turut membantu dalam mengembangkan usaha ini ke platfom digital.

"Kalo sekarang yang mau membeli karya bapak, bisa pemesanan online, itu semua saya yang urus karena bapak kan engga paham," ucapnya.

Selain jual beli online, sanggar tari dan keunikan dari wayang golek, yang menjadi daya tarik pengunjung adalah rumah tua yang menjadi saksi bisu perjuangan Ki Warsad sejak tahun 60an.

Baca juga: Bedug Raksasa Jadi Ikon Baru Masjid Islamic Center Indramayu, Diameternya Mencapai 225 Cm

Rumah itu masih asli sejak pertama kali berdiri.

Rumah itu kerap dijadikan para fotografer untuk melakukan trip foto konsep budaya.

"Selain bapak yang menjadi daya tarik, rumah tua ini juga menjadi minat wisatawan karena masih otentik sejak tahun 1960an, mas," ucap Shadim.

Shadim pula menuturkan bahwa Ki Warsad enggan merenovasi rumah tua tersebut.

Baca juga: Tidak Sekedar Tempat Istirahat Biasa, Bekas Pabrik Gula Hingga Wahana Bermain di Rest Area Km 260 B

Baginya, rumah itu merupakan saksi bisu perjuangan ia hingga saat ini.

"Sempat mau di renov bapak, cuma saya bilang jangan, mengingat semua berawal dari rumah tua ini," ucap Shadim.

Saat ini rumah itu berada di belakang sanggar dan kerap dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara.

Shadim menjelaskan meski banyaknya wisatawan yang berkunjung, namun, Ki Warsad rindu akan sebuah pementasan.

"Bapak suka curhat, kangen pentas dan pengen dalang lagi," ucapnya menirukan gaya bahasa Ki Warsad.(Cahya nugraha/m33)