Sapar sadar, bahwa ia harus ikhlas karena masih ada tugas mulia yang menantinya di RSDC Wisma Atlet.
Baca juga: Terlalu Dini Mengaitkan Hepatitis Akut Misterius dengan Covid dan Vaksinasi
Beberapa hari setelah ayahnya meninggal, Sapar langsung kembali ke Jakarta untuk melanjutkan komitmennya menjadi relawan nakes bagi para pasien Covid-19.
Banyak hal menarik yang membuat Sapar betah di RSDC Wisma Atlet.
Contohnya adalah bertemu dengan relawan lain yang memang datang dari Sabang sampai Merauke.
“Mereka itu sudah seperti keluarga sendiri. Terkadang kita bisa tertawa lepas hanya karena kita berkomunikasi dengan bahasa masing-masing. Hal seperti itu yang membuat capek tidak begitu dirasakan. Ibarat kata, teman-teman di sini sudah seperti mood booster bagi saya,” ujar Sapar dengan nada senang.
Baca juga: Cegah Penyebaran Covid-19, Beijing Tutup Puluhan Stasiun dan Rute Bus
Selain itu, Sapar juga mengatakan, kekompakkan mulai dari relawan hingga staf yang ada di RSDC Wisma Atlet, membuat ia belajar banyak.
Menurutnya, kekompakkan seperti itulah yang susah ia dapatkan di tempat lain.
Akhir obrolan dengan wartakotalive.com, pria yang pernah bekerja di RS AR Bunda Lubuklinggau, Sumatra Selatan mengingatkan, bahwa Covid-19 masih ada. Sebaiknya kita tetap mentaati protokol kesehatan.
“Mungkin kita terbiasa karena sudah dua tahun hidup dengan corona ini. Tapi pesan saya, tetap jaga kesehatan, pakai masker, cuci tangan, dan menjaga jarak. Karena kesehatan itu mahal harganya. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Intinya, corona ini masih ada. Harus tetap prokes, jangan lupa vaksin, jangan lupa booster, biar cepat kita kelar dari corona ini,” tutup Sapar. (m36)