Selain manifestasi esofagus, pasien juga dapat mengalami gejala ekstraesofagus seperti batuk dan suara serak.
Sementara itu, dikutip dari Science Direct, dispepsia didefinisikan sebagai rasa sakit atau ketidaknyamanan perut yang terus-menerus atau berulang yang berpusat di perut bagian atas.
Beberapa penelitian di dunia menunjukkan bahwa dispepsia dan Gerd menurunkan produktivitas kerja dan kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Mantan Karyawan dan Karyawan Aktif Rampok Minimarket, Awalnya Iseng Malah Jadi Ketagihan
Analisis retrospektif penyakit Gerd yang dilakukan di 134 tempat perawatan primer di enam negara Eropa (Jerman, Yunani, Norwegia, Spanyol, Swedia, dan Inggris) dengan subjek sebanyak 373.610 orang berusia 18 tahun ke atas menunjukkan bahwa Gerd menyumbang beban yang signifikan pada pasien perawatan primer.
Hal ini bisa terlihat dalam hal ketidakhadiran kerja dan penurunan produktivitas baik saat bekerja (presenteeism) maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Beban biaya terhadap ekonomi lokal sebagai akibat dari Gerd (berupa ketidakhadiran di tempat kerja dan penurunan produktivitas saat bekerja) mungkin cukup besar di negara-negara Eropa.
Peningkatan manajemen Gerd, dengan menyesuaikan terapi terhadap kebutuhan pasien tertentu, diharapkan dapat mengurangi dampak Gerd pada produktivitas, sehingga mengurangi biaya.
Baca juga: Karyawan Minimarket Rampok Tempat Kerjanya, Hasil Rampokan Untuk Beli HP dan Makan Enak
Penelitian yang dilakukan terhadap pekerja aktif di Brazil menunjukkan bahwa dispepsia telah menyebabkan ketidakhadiran kerja pada minggu sebelumnya dan penurunan produktivitas kerja (presenteeism).
Sementara di Indonesia, berdasarkan statistik Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014—2018, dispepsia dan gastritis termasuk dalam 10 penyakit terbanyak baik pada rawat jalan tingkat pertama maupun rawat inap tingkat pertama.
Dokter Adhiatma menyatakan, saat ini terdapat peningkatan kasus konsultasi dispepsia dan Gerd yang cukup besar di Good Doctor.
Penyakit Gerd telah menjadi kasus konsultasi top kedua tertinggi, setelah kasus penyakit ISPA, selama bulan Ramadan tahun ini.
Manfaat yang diinginkan karyawan sekarang
Tanpa adanya akses manfaat dan layanan kesehatan yang cepat bagi karyawan, sulit bagi perusahaan untuk menciptakan tempat kerja yang unggul bagi para karyawan untuk berkembang.
Kesehatan karyawan yang terjaga akan terkait erat dengan peningkatan angka produktivitas di tempat kerja.
Selain itu, akses manfaat layanan kesehatan digital sekarang menjadi benefit yang diinginkan para karyawan.
Survei yang dilakukan firma konsultasi sumber daya manusia dan jasa keuangan yang berpusat di Amerika Serikat, Mercer, terhadap lebih dari 14.000 karyawan di seluruh dunia menunjukkan bahwa tren kesehatan yang diinginkan para karyawan adalah tunjangan kesehatan, akses ke layanan kesehatan digital hingga kesehatan mental.
Baca juga: Ciptakan Ekosistem Kerja bagi Seluruh Karyawan, Skor Great Place to Work Link Net Meningkat