TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan terus berupaya untuk menurunkan angka stunting atau pertumbuhan anak mengalami gangguan.
Saat ini, angka stunting di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) 19,9 persen.
Angka stunting itu berdasarkan survei status gizi yang sebelumnya angkanya berada di 16 persen.
Data tersebut dilansir tahun 2020 lalu. Sedangkan data tahun 2021 tidak ada karena terkendala pandemi Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Allin Hendalin Mahdiar, sampel data stunting itu diambil secara random atau acak.
"Gini loh, yang SSGI (Studi Status Gizi Indonesia-Red) itu berbeda dengan angka agregat yang ada di kami," kata Allin Handalin saat ditemui di kantor PMI Kota Tangsel, Serpong, Kota Tangsel, Jumat (10/6/2022).
"Namanya survei itu kan ngambilnya sampel random. Jadi dari 22.000 balita disampling lalu dengan rumus, akhirnya ketemulah 19,9 persen," ucapnya.
Baca juga: Pemkab Tangerang Tetapkan 15 Lokasi Khusus Penanganan Stunting
Baca juga: Pj Gubernur Banten Al Muktabar Bahas Strategi Penanganan Stunting dan Gizi Buruk
Kenaikan angka stunting tersebut disebabkan karena faktor metode survei berbeda dengan metode Dinas Kesehatan Kota Tangsel dala m pengumpulan data.
Menurut dia SSGI melakukan survei sampling, sedangkan Dinas Kesehatan Kota Tangsel langsung ke lapangan, mendata dan mengukur langsung setiap balita.
Hal itu membuat data e-PPGBM berbeda.
E-PPGBM merupakan aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat merupakan pencatatan dan pelaporan berbasis masyarakat
"Kalau e-PPGM, kami ada penurunan sampai di angka 2,9 persen. E-PPGM ini merupakan data balita stunting yang sudah kami intervensi," katanya.
Intervensi itu seperti penyediaan pos gizi, pemberian makanan tambahan, dan edukasi pada keluarga, konsultasi perkawinan dari dinas KB, dan lainnya.