Keluarga

Sama-sama Gangguan Tumbuh Kembang Anak, Simak Perbedaan Stunting dan Wasting

Penulis: Mochammad Dipa
Editor: Lilis Setyaningsih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi stunting

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA  - Salah satu syarat tumbuh kembang anak yang optimal adalah tercukupinya kebutuhan gizi sehari-hari.

Apabila hal ini tidak dipenuhi dengan baik, anak berisiko tinggi mengalami sunting.

Namun, sebelum benar-benar dinyatakan stunting, anak biasanya akan mengalami suatu kondisi yang dikenal medis dengan istilah wasting.

Lalu apa itu stunting dan wasting? Dr. I Gusti Ayu Putu Eka Pratiwi M.Kes, Sp.A (K) dari RS Sanglah Denpasar Bali dalam Talkshow Keluarga Sehat yang tayang di akun instagram @radiokesehatan menyebutkan, bahwa stunting dan wasting adalah sama-sama masuk ke dalam kondisi malnutrisi atau kurang gizi.

Ia menjelaskan, kalau stunting lebih kepada gangguan pada postur tubuh anak dibawah normal atau kondisi perawakan yang pendek karena suatu kondisi malnutrisi yang kronis.

“Kalau wasting indikatornya adalah berhubungan dengan berat badan. Biasanya kita sebut dengan kondisi kurus. Tapi kalau wastingnya berat biasa kita kenal dengan istilah gizi buruk,” ucapnya.

Dr. Ayu menyebutkan, bahwa kondisi kedua masalah ini tidak hanya sekedar urusan pendek atau kurus, tapi masalah malnutrisi, dimana jika kondisi tersebut dibiarkan secara terus menerus akan berdampak buruk pada kesehatan anak.

“Kalau dalam jangka waktu pendek misalnya seorang anak mengalami stunting maupun wasting itu akan mengalami penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi," ujarnya.

"Jadi anak gampang sakit, kalau seandainya sakit itu penyembuhannya sulit dibandingkan anak-anak yang status gizinya normal," imbuh dr Ayu.

Untuk itu, angka kesakitan dan kematian untuk anak-anak yang stunting dan wasting akan lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang status nutrisinya baik.

Sementara dalam jangka panjang, jika kondisi wasting terus dibiarkan akan semakin kronis dan berujung akan terjadi stunting.

Adapun, kondisi stunting tidak hanya mengganggu pertumbuhan fisik yang menyebabkan tubuh anak tidak dapat mencapai ketinggian yang layak seperti anak-anak yang tidak mengalami stunting, tetapi juga mempengaruhi intelektualnya.

“Stunting akan menurunkan kemampuan intelektual anak, akan menurunkan skor intelektual bahkan sampai 4.  Kemudian performance nya di sekolah akan lebih rendah dibandingkan riwayat tanpa stunting atau wasting,” kata Dr. Ayu.

Kondisi stunting juga bisa menyebabkan timbulnya penyakit diabetes di kemudian hari.

“Lebih jeleknya nanti pada dewasa dan makin usia tua maka akan suatu kondisi kelainan metabolik yang resikonya lebih tinggi dibandingkan kondisi anak tanpa riwayat stunting dan wasting," lanjut dr Ayu.

Kelainan metabolik itu misalnya terjadi obesitas, kencing manis dan semua manifestasi runtutan dari kondisi diabetes atau obesitas.

Faktor genetik

Dr. Ayu menyebutkan, bahwa genetik menyumbang faktor risiko sekitar 16 persen terjadinya wasting (kurus) pada anak.

"Penelitian yang diterbitkan tahun 2020 hanya 16 persen. Ada faktor genetik tapi kecil," ujarnya.

Ia menambahkan terjadinya wasting pada anak tidak hanya dikontribusi oleh satu faktor, terdapat beberapa faktor lainnya seperti asupan makanan, lingkungan, kesehatan hingga aktivitas.

"Banyak faktor yang menentukan, faktor genetik hanya yang terkecil diantara faktor-faktor tersebut," ucapnya.

Baca juga: Menurunkan Angka Stunting Lewat Layanan PAUD yang Holistik

Baca juga: Program Calon Pengantin Kondisi Sehat Prima Cegah Stunting di Kabupaten Tangerang

Dengan demikian, lanjut dia, sebagai langkah preventif para orangtua didorong untuk dapat memberikan asupan gizi yang cukup bagi anak saat masa pertumbuhan.

"Jadi dengan nutrisi yang baik sangat berperan dalam memperbaiki dari produk generasi sebelumnya," tuturnya. (dip)