Sosok

Lurah Ciputat Iwan Pristiasya Pernah jadi Pengamen dan jadi Mr Big Sekolah, Prioritas Peduli Sesama

Penulis: Rafzanjani Simanjorang
Editor: Lilis Setyaningsih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Iwan Pristiasya, Lurah Ciputat, Kota Tangerang Selatan saat memeriksa berkas-berkas di ruangannya, Jumat (26/8/2022)

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG -- Masa lalu tak dapat dijadikan patokan untuk menjamin masa depan seseorang.

Hal ini dibuktikan oleh Iwan Pristiasya, lurah Ciputat, Kota Tangerang Selatan.

Akrab disapa dengan Iwan Angus, pria kelahiran Pamulang, 27 Juli 1980 ini sempat dicap sebagai anak nakal saat masa-masa remajanya.

Iwan menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Pamulang Tengah. Lulus dari SD, ia mondok selama satu tahun sebelum akhirnya sekolah di SMP 44 Muhammadiyah Pamulang.

Lulus dari SMP, Iwan melanjutkan sekolah ke sekolah pelayaran di Jakarta Selatan.

Ia menceritakan bahwa masuk sekolah pelayaran itu agar bisa hijrah dari kenakalannya. 

"Dulu di angkatan saya, saya itu adalah Mr Bignya. Suka tawuran yang membuat orangtua selalu cemas setiap anaknya berangkat sekolah. Sampai-sampai orangtua saya melakukan acara selamatan pasca saya lulus sekolah. Padahal selamatan biasanya untuk orang yang lulus sarjana ya?," ujar Iwan kepada Warta Kota sembari tertawa mengenang masa lalunya, Jumat (26/8/2022).

Saat lulus, Iwan mencoba kuliah jurusan Jurnalistik.

Ia pun meninggalkan rumah dan tinggal di rumah temannya.

"Saat itu kan saya meninggalkan rumah tanpa bilang-bilang. Saya ngamen di Blok M-Fatmawati, di Kopaja, Metro Mini, itu saya sambil kuliah, kira-kira itu tahun 2000'an. Memang saya suka musik juga dulu," ucapnya.

Baca juga: Siswa Kelas IX MTS N 1 Tangsel Berhasil Merebut Emas di Lomba Robotik Internasional

Berbulan-bulan mengamen, Iwan berpapasan dengan pamannya, sehingga disuruh pulang.

Saat itu dirinya pun akhirnya pulang.

"Saya beruntung berada di lingkungan kelurga yang boleh dibilang mengerem sifat saya. Orangtua guru, paman saya Kiai, jadi saya akhirnya masuk ke organisasi di Ciputat tahun 2004'an. Disanalah saya dibentuk oleh tokoh-tokoh Pamulang maupun Ciputat. Saya juga mengejar prestasi disana," kenangnya.

Dalam organisasi itu pula mental dirinya terbentuk.

Imagenya pun mulai berubah dari nakal menjadi tokoh.

Tahun 2004  menjadi ketua Karang Taruna Kecamatan Pamulang.

"Saya mendorong setiap karang taruna di setiap kecamatan yang ada saat persiapan Kota Tangerang Selatan. Saat pemekaran wilayah saya juga jadi kartekernya," kata Iwan.

"Kalau sekarang saya jadi ketua harian di Karang Taruna Banten, dan masuk ke periode kedua, sedangkan di nasional saya sebagai ketua departemen kemintraan antar lembaga karang taruna nasional," tuturnya.

Baca juga: Inilah 20 Sekolah Peraih Nilai UTBK Tertinggi Versi LTMPT, Nomor Satu Berlokasi di Tangsel

Iwan sendiri masuk PNS pada angkatan pertama Tangsel berdiri (2008) lalu.

Saat itu, dirinya melihat penerimaan CPNS sebagai peluang yang tepat mengingat ia suka organisasi.

Lolos sebagai PNS, Iwan awalnya ditempatkan di dinas Pekerjaan Umum Tangsel, lalu sempat ditempatkan di bagian Arsip.

Namun, pada April 2022 lalu, Iwan dipercaya menjadi lurah Ciputat.

"Saat ditempatkan sebagai lurah, saya keingat bahwa saya dulu ditempa di sini (Ciputat). Inilah momen saya untuk mengabdi kepada masyarakat. Ibarat orang mondok, setelah selesai kan pasti mengabdi dulu ya," katanya.

Iwan ingin membuat kelurahan Ciputat jadi barometer di Tangsel.

Ia masih ingat bahwa dulu, Ciputat dulunya sangat dipandang.

"Orang bilang Ciputat keras, majemuk, masyarakat kompleks. Namun, menurut saya Ciputat tidak keras. Buktinya, kegiatan saya disini didukung oleh masyarakat, tokoh dan lainnya," ucapnya.

Baca juga: Kejari Tangsel Musnahkan Barang Bukti yang ditangani sejak 2020 hingga 2022, Senilai Rp5 Miliar

Masyarakat kelurahan Ciputat sendiri berjumlah sekita 28.000, yang terdiri 15 RW, dan 55 RT.

Iwan mengaku, dalam menjalankan roda organisasi pelayanan masyarakat, hal terpenting adalah dirinya harus bertindak benar terlebih dulu, dan humanis dengan masyarakat.

"Saya harus menempatkan diri saya pada posisi yang benar dulu. Saya tidak melakukan pungli, dan pendekatan kepada masyarakat humanis. Pendekatan, diskusi, tukar pikiran, mereka semua enak dan mau melakukan perubahan bersama-sama," katanya.

Selain itu, peduli pada sesama pun menjadi prioritasnya.

Ada fasilitasi GOR Ciputat sebagai tempat mengungsi para korban kebakaran Ciputat, meskipun pasar tersebut masuk area Cipayung  dan pasar tersebut bukan milik pemerintah.

Sebagai lurah, Iwan sadar bahwa posisi seorang lurah dapat diganti kapan saja.

Untuk itu ia ingin meninggalkan kesan yang baik di eranya.

Baca juga: Tangsel Marathon akan Diikuti 2500 Pelari untuk Rebut Hadiah Rp350 Juta, ada 100 Pelari Disabilitas

"Dulu semua belajar di Ciputat. Ciputat barometer kecamatan yang ada. Saya mau merangsang sumber daya manusianya, anak-anak muda Ciputat untuk mengembalikan kejayaan Ciputat," ujar Iwan.

"Saya juga ingin merubah sudut pandang orang perihal Ciputat yang menyeramkan. Justru Ciputat itu hebat. Isinya orang hebat semua. Itu yang saya impikan," katanya.

Iwan pun tak hanya mengerjakan pekerjaan normatif layaknya seorang lurah, melainkan aktif di bidang sosial kemasyarakatan.

Ia tak sungkan untuk ke tempat para tokoh, dan bergabung dengan masyarakat langsung.

"Lurah itu kan pelayan masyarakat. Selagi saya sehat, saya selalu upayakan datang dan bergabung dengan masyarakat," tutupnya. (Raf)