Gus Iqdam Dapat Pemberlakuan Tak Enak, Ini Klarifikasi Tim Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

pengalaman tidak menyenangkan yang dialami oleh Muchamad Iqdam Cholid Ridlo (Gus Iqdam) di area Tempat Pemeriksaan Imigrasi Soekarno-Hatta.

Ia adalah pendakwah muda Nahdlatul Ulama dan pendiri Majelis Ta’lim Sabilu Taubah.

Namanya dikenal karena cerahamnya mendapuk anak-anak punk.

Gus Iqdam merupakan pendiri Majelis Ta’lim Sabilu Taubah pada 2018 yang awalnya hanya memiliki 7 jemaah dan kini memiliki ku puluhan ribu jemaah.

Informasi pribadi Gus Iqdam

Lahir : 27 September 1994 (umur 28)

Indonesia Blitar, Blitar, Jawa Timur

Pasangan : Nilatin Nilayah

Anak : Ahmad Novel Zubaidi Al Munawwir

Orang tua : KH. Kholid (ayah), Hj Ny Lanratul Farida (ibu)

 Almamater :Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri

Sebagai seorang muballigh muda yang berasal dari Blitar, Gus Iqdam memiliki keunikan dalam berdakwah.

Gus Iqdam merupakan anak terakhir dari empat bersaudara pasangan KH. Kholid dan Hj Ny Lanratul Farida.

Awalnya, Gus Iqdam belajar mengaji di Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri dibawah asuhan Muhammad Abdurrahman Kautsar atauGus Kautsar.

Masa kecil Gus Iqdam dihabiskan untuk belajar agama Islam.

Waktu kecil, ia belajar agama Islam dengan pamannya sendiri, KH. Dliyauddin Azzamzami.

Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri, Jawa Timur.

Ibu Gus Iqdam juga merupakan anak salah satu kiai yang kharismatik, KH. Zubaidi Abdul Qofur beliau ini Mursid Torikoh di Jawa Timur.

Gus Iqdam pada tahun 2021 menikah dengan Aning Nilatin Nihayah, putri Almaghfurlah KH.

Thoha Widodo Zaini Munnawir dari Pondok Pesantren Lirboyo.

Setelah membentuk keluarga, Gus Iqdam dan istrinya, Ning Nila, diberkahi dengan seorang anak laki-laki yang diberi nama Gus Novel.

Pendiri Majelis Ta’lim Sabilu Taubah

Gus Iqdam sengaja memberikan nama Mejelis Ta’lim dengan nama Sabilu Taubah yang artinya jalan taubat, sebab jamaah di dalamnya tidak hanya berfokus pada santri, orang berpengetahuan atau bahkan orang sudah tidak asing terhadap ilmu agama.

Melainkan banyak dari kalangan jamaah tersebut adalah orang-orang luar yang bahkan sama sekali tidak paham ilmu agama.

Gus Iqdam menghadirkan majelisnya sebagai tempat mengaji bagi orang-orang yang berideologi jalanan, marginal, dan kerap berurusan dengan dunia kriminal.

Dengan ciri khas dakwahnya yang lemah lembut, sopan dan lucu, gus Iqdam mencoba untuk mengajak mereka agar mau mengaji bersama-sama.

(TribunTangerang.com/TribunJateng.com/Jen)