TRIBUNTANGERANG.COM - Akhir-akhir ini, publik dibuat khawatir dengan virus Monkeypox (Cacar Monyet) yang dapat menular dengan cepat dari satu orang ke orang lainnya.
Bahkan, ramai kiriman ulang di akun sosial media instagram tentang Monkeypox yang sudah dibagikan oleh lebih dari 20 ribu orang.
Kiriman itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik agar berhati-hati ketika menaiki transportasi umum, terutama pesawat.
Lantas seperti apa sebenarnya virus Monkeypox itu dan bagaimana cara kerjanya?
Diketahui, Monkeypox adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus cacar monyet pada sejumlah hewan, termasuk manusia.
Menurut Seksi Pelayanan Medik RSUD Tamansari, Dokter Ngabila Salama, seseorang yang terpapar virus Monkeypox dapat merasakan gejalanya dalam 1-21 hari.
Hal itu dikarenakan masa inkubasi Monkeypox adalah 1-21 hari dengan tersering 5-7 hari.
"Masa inkubasi adalah waktu dari virus masuk ke dalam tubuh seseorang (tertular) sampai muncul gejala yang pertama kali," kata Ngabila saat dihubungi, Jumat (30/8/2024).
Dia menyampaikan, ada beberapa tanda yang akan dirasakan seseorang ketika tepapar Monkeypox.
Tanda itu diawali dengan demam yang diikuti munculnya lenting berisi air di tubuh pada 1-3 hari kemudian.
Selain itu, lanjut Ngabila, akan ada pembesaran kelenjar getah bening setelah lenting tersebut muncul.
"Indikasi dilakukan swab PCR pada orang bergejala atau kontak erat kasus positif (walau tidak bergejala)," kata Ngabila.
"Kontak eratnya baik seksual maupun kontak erat di rumah atau tempat kerja karena penularannya bisa dengan 3 cara sejauh ini: hubungan seksual berisiko, droplet, dan kulit dengan kulit," imbuhnya.
Ngabila menyebut, bagian tubuh yang di PCR akan sangat sensitif menemukan virus itu di lenting atau luka pada kulit.
Tak main-main, akurasi PCR itu mencapai 90-100 persen.
"Lalu pada anus (pada yang riwayat kontak seksual anal) akurasi 50-70 % , dan pada tenggorokan sekitar 30 % ," jelas Ngabila.
Sehingga menurutnya, pada kasus positif Monkeypox, lenting akan sembuh dalam wakru 2-4 minggu.
Adapun seseorang dinyatakan sembuh apabila luka lenting dan ruam di tubuh sudah mengering dan mengelupas.
"Tapi sembuh jika sudah tumbuh lapisan kulit baru yang utuh (intak)," pungkasnya.
Pada kasus ini, Ngabila menyebut jika seseorang perlu diberikan antivirus sesuai indikasi dan dosis dari dokter kulit penyakit dalam untuk mencegah timbulnya kembali virus tersebut.
Sebelumnya diberitakan, Monkeypox tengah dikhawatirkan oleh Dinas Kesehatan DKI menyerang warga karena sejumlah negara banyak yang sudah terpapar.
Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD Tamansari, dr Ngabila Salama mengatakan, ada dua gejala khas pada penyakit Monkeypox yaitu keluarnya lenting isi air di kulit bagian wajah, badan, kemaluan dan anus.
Meski hanya ada satu butir yang terlihat, kata Ngabila, harus tetap diwaspadai agar tidak menular ke orang lain.
"Juga ada pembesara kelenjar getah bening di selangkangan, leher dan dagu," katanya, Kamis (29/8/2024).
Menurut Ngabila, pembesaran kelenjar getah bening pada gejala Monkeypox berbeda dengan cacar air atau varicella.
Kendati demikian, Ngabila meminta warga jangan panik dan segera berobat ke dokter demi mendapatan obat.
"Tetap waspada. Cegah sakit dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan 3M memakai masker mencuci tangan menjaga jarak dan vaksinasi pada kelompok berisiko," terangnya.
Ngabila mengaku, vaksinasi massal atau untuk masyarakat umum belum disediakan oleh pemerintah pusat.
Ia meminta agar warga mencegah dengan deteksi dini, jika ada keluhan segera ke puskesmas maupun ke rumah sakit untuk di PCR di tenggorokan, lenting, dan anus.
"Diobati segera dengan antivirus yang tersedia serta diisolasi. Gejala lainnya seperti infeksi virus pd umumnya demam diatas 38 derajat, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, lemah letih lesu, nafsu makan menurun," imbuhnya. (m40)
Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News