Pemilihan Paus Baru

Paus Terpilih Diharapkan Mampu Menuntun Umat Katolik di Zaman yang Serba Kompleks

Editor: Joseph Wesly
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KONKLAF DIMULAI.- Ruangan di Kapel Sistina diambil dari Twitter/X Vatican News @VaticanNews, Rabu (7/5/2025).Dari Misa Pemilihan Paus Baru hingga asap putih, Media Vatikan menyediakan siaran, platform, dan frekuensi untuk mengikuti Konklaf Secara Langsung melalui video dan audio. (Twitter/X Vatican News @VaticanNews)

TRIBUN TANGERANG.COM, VATIKAN- Umat Katolik sedang menantikan terpilih Paus baru pasca wafatnya Paus Fransiskus.

Saat ini gereja Gereja Katolik memasuki masa sede vacante, periode tanpa pemimpin tertinggi.

Para Kardinal seluruh dunia kini sedang menggelar konfklaf atau pemilihan Paus yang baru.

Sebanyak 133 Kardinal teramasuk Uskup Agung Indonesia, Ignasius Suharyo menghadiri konklaf tersebut.

Kardinal Ignasius Suharyo juga memiliki peluang terpilih karena semua kardinal yang diundang bierhak dipilih dan memilih.

Seratusan kardinla tersebut adalah kardinal yang dianggap mampu dan cakap serta memiliki kriteria menjadi Uskup termasuk kardinal Suharyo.

Kardinal Giovanni Battista Re, Dekan Dewan Kardinal, memimpin Misa khusus sebelum Konklaf pemilihan Paus baru dimulai.

Baca juga: Kardinal Suharyo Jadi Primadona di Vatikan, Dikerumuni Jurnalis hingga Diminta Warga Berikan Berkat

Misa tersebut digelar pada Rabu (7/5/2025), di Basilika Santo Petrus, Vatikan, dan dihadiri lebih dari lima ribu umat beriman.

Dalam homilinya, Kardinal Re menyerukan agar para Kardinal dan seluruh umat Allah bersatu dalam iman dan doa.

"Kita merasa bersatu dengan seluruh Umat Allah dalam rasa iman, cinta kepada Paus, dan harapan penuh keyakinan," ujarnya seperti dikutip dari Vatican News.

Ia mengajak semua pihak berdoa memohon bimbingan Roh Kudus untuk memberikan terang dan kekuatan kepada para Kardinal pemilih.

Baca juga: Kardinal Ignatius Suharyo Butuh 77 Suara untuk Jadi Paus, Catat Sejarah Jadi Paus Pertama dari Asia

"Semoga Paus yang terpilih adalah dia yang dibutuhkan Gereja dan umat manusia pada titik balik sejarah yang sulit, kompleks, dan bermasalah ini," kata Kardinal Re.

Dalam homili itu, ia juga mengingatkan bagaimana setelah kenaikan Yesus ke surga, para murid bertekun dalam doa bersama Bunda Maria.

Ia menegaskan sikap berdoa memohon Roh Kudus adalah satu-satunya cara yang benar dan tepat dalam menghadapi tanggung jawab besar seperti Konklaf.

"Tindakan ini menuntut pengesampingan semua pertimbangan pribadi, dengan mengingat dalam hati hanya Tuhan Yesus Kristus dan kebaikan Gereja dan umat manusia," tegasnya.

Halaman
12