Tak berhenti disini, pihaknya juga akan menggelar Auliya Celebration Day yang mengangkat kembali tema solidaritas untuk Palestina.
“Kami ingin gerakan ini berkelanjutan. Tidak berhenti hanya di milad. Solidaritas itu harus menjadi budaya sekolah,” kata Tri Wisaksana.
Meskipun puncak acara milad digelar hari ini, kegiatan lelang dan donasi masih akan dibuka hingga akhir tahun pelajaran pada Juni mendatang.
“Ini tentang membangun jembatan hati antara anak-anak Indonesia dan Gaza. Karena sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat menumbuhkan rasa kemanusiaan,” Tri Wisaksana.
Tri Wisaksana menjelaskan bahwa pogram Auliya Sister School in Gaza hadir sebagai respons atas krisis pendidikan yang melanda Gaza karena lebih dari 90 persen bangunan sekolah rusak dan 658.000 anak usia sekolah tidak memiliki akses pendidikan formal.
"Program yang bermitra dengan Alquds Volunteer Indonesia (AVI) dan rencananya akan membangun sekolah yang dapat menampung 250–300 anak Gaza," ujarnya.
Nantinya di sekolah itu terdapat sarana seperti ruang belajar, meja-kursi, genset, peralatan belajar, dan honor untuk para guru serta relawan. Pengajaran akan mencakup Al-Qur’an dan tahfizh, seni, bahasa Inggris, dan kelas keterampilan lainnya dengan sesi kelas pagi dan siang.
Tim pengajar melibatkan guru lokal, psikolog anak, serta relawan yang peduli pada masa depan pendidikan Palestina.
"Lokasi pembangunan sekolah dipilih di Khan Younis, Gaza Selatan, salah satu area yang mengalami kerusakan parah akibat serangan militer," ujarnya.
Sementara itu, Fathin Sidqia Lubis mengungkapkan perasaan senang dan merasa terhormat bisa tampil dalam acara amal untuk Palestina.
“Bisa tampil di acara amal untuk Palestina seperti ini adalah kehormatan dan tanggung jawab bagi saya. Musik memang tak bisa menghapus luka mereka, tapi semoga bisa menjadi pengingat dan penggerak hati kita semua untuk terus peduli anak-anak di Gaza,” tutup Fatin Shidqia Lubis. (m30)