Laporan Wartawan TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico
TRIBUNTANGERANG.COM, CIPUTAT - Sekolah Auliya Insan Utama di kawasan Ciputat, Kota Tangerang Selatan mengadakan konser sekaligus donasi untuk membangun sekolah darurat di Khan Younis, Gaza Selatan.
Acara memperingati hari jadi ke-31 Sekolah Auliya yang bertajuk "31st Auliya Milad Charity Concert for Palestine" dan diisi oleh penyanyi Fatin Shidqia Lubis.
Ketua Pengurus Yayasan Auliya Insan Utama, Tri Wisaksana menjelaskan bahwa acara ini dirancang untuk membangun kepedulian siswa terhadap penderitaan saudara-saudara mereka di wilayah konflik.
“Kita ingin menanamkan empati dan rasa solidaritas kepada siswa, bahwa kebahagiaan yang mereka rasakan di milad ini juga bisa dibagikan untuk anak-anak Palestina,” kata Tri Wisaksana saat ditemui TribunTangerang.com di Ciputat, Tangsel, Sabtu (17/5/2025).
Melalui program Auliya Sister School sekolah menargetkan donasi digunakan untuk pembangunan sekolah darurat dan membuka ruang komunikasi antara siswa Indonesia dan Gaza.
Tri Wisaksana menjelaskan bahwa penggalangan dana dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk gerakan “Day 1 Dollar” selama 31 hari, yang melambangkan usia ke-31 Sekolah Auliya.
Ia menganalogikan setiap donasi satu dolar dari siswa diibaratkan satu batu bata untuk membangun sekolah.
“Kami ingin anak-anak merasakan bahwa uang yang mereka sisihkan itu benar-benar berarti. Satu dolar sama dengan satu batu bata. Mereka ikut membangun, bukan sekadar memberi,” ujarnya lagi.
Selain itu, siswa dari semua jenjang, mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) berpartisipasi dalam pameran dan lelang karya seni.
Dalam momentum lelang karya siswa, mulai dari lukisan hingga karya tiga dimensi hasilnya mencapai angka fantastis, sekira Rp100 juta.
Nampak karya penuh makna, seperti lukisan "Belah Semangka" dan "Hiu Palestina" yang menjadi sorotan.
Tri Wisaksana mengungkapkan bahwa lukisan tersebut menjadi simbol keceriaan dan semangat berbagi dari siswa Auliya kepada teman-teman mereka di Gaza, sedangkan “Hiu Palestina” menggambarkan perlawanan dan semangat tak menyerah anak-anak Palestina.
“Ini bukan hanya soal seni, tapi ekspresi perasaan dan semangat dari anak-anak kita untuk Palestina,” kata Tri Wisaksana.
Lebih lanjut, donasi telah terkumpul mencapai Rp1 Miliar, dan akan disalurkan melalui Alquds Volunteer Indonesia (AVI) yang akan membantu merealisasikan pembangunan sekolah darurat di Gaza.
Tak berhenti disini, pihaknya juga akan menggelar Auliya Celebration Day yang mengangkat kembali tema solidaritas untuk Palestina.
“Kami ingin gerakan ini berkelanjutan. Tidak berhenti hanya di milad. Solidaritas itu harus menjadi budaya sekolah,” kata Tri Wisaksana.
Meskipun puncak acara milad digelar hari ini, kegiatan lelang dan donasi masih akan dibuka hingga akhir tahun pelajaran pada Juni mendatang.
“Ini tentang membangun jembatan hati antara anak-anak Indonesia dan Gaza. Karena sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat menumbuhkan rasa kemanusiaan,” Tri Wisaksana.
Tri Wisaksana menjelaskan bahwa pogram Auliya Sister School in Gaza hadir sebagai respons atas krisis pendidikan yang melanda Gaza karena lebih dari 90 persen bangunan sekolah rusak dan 658.000 anak usia sekolah tidak memiliki akses pendidikan formal.
"Program yang bermitra dengan Alquds Volunteer Indonesia (AVI) dan rencananya akan membangun sekolah yang dapat menampung 250–300 anak Gaza," ujarnya.
Nantinya di sekolah itu terdapat sarana seperti ruang belajar, meja-kursi, genset, peralatan belajar, dan honor untuk para guru serta relawan. Pengajaran akan mencakup Al-Qur’an dan tahfizh, seni, bahasa Inggris, dan kelas keterampilan lainnya dengan sesi kelas pagi dan siang.
Tim pengajar melibatkan guru lokal, psikolog anak, serta relawan yang peduli pada masa depan pendidikan Palestina.
"Lokasi pembangunan sekolah dipilih di Khan Younis, Gaza Selatan, salah satu area yang mengalami kerusakan parah akibat serangan militer," ujarnya.
Sementara itu, Fathin Sidqia Lubis mengungkapkan perasaan senang dan merasa terhormat bisa tampil dalam acara amal untuk Palestina.
“Bisa tampil di acara amal untuk Palestina seperti ini adalah kehormatan dan tanggung jawab bagi saya. Musik memang tak bisa menghapus luka mereka, tapi semoga bisa menjadi pengingat dan penggerak hati kita semua untuk terus peduli anak-anak di Gaza,” tutup Fatin Shidqia Lubis. (m30)