Kapal Tenggelam di Selat Bali

Lepas dari Pelukan Suami saat Melompat Bareng ke Laut, Cahyani Ditemukan Meninggal Dunia

Editor: Joseph Wesly
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KEHILANGAN ISTRI- Febriani menangis melihat jenazah istrinya bernama Cahyani, yang baru tiba di Posko ASDP Gilimanuk, Bali, Kamis (3/7/2025). Ia bersama istrinya menumpang KMP Tunu dan terpisah saat melompat ke laut. (Tribun Bali/ Muhammad Fredey Mercury)

Menurutnya itu karena pengaruh gelombang air laut.

Namun lama kelamaan, hal yang dianggap biasa menjadi perasaan cemas. 

Bagian depan kapal terlihat miring ke kiri.

Apalagi ditambah beban yang berat di sisi depan, kapal pun mulai oleng kurang dari tiga menit.

Semua orang sontak berhamburan berupaya menyelamatkan diri.

Mirisnya saat itu tidak ada informasi dari pihak kapal maupun alarm bahaya.

“Kami semua menyelamatkan diri sendiri, ambil pelampung sendiri,” ungkapnya. 

Kondisi kapal saat itu semakin miring.

Lampu dan mesin kapal juga telah mati.

Febriani meminta Cahyani untuk memeluk tubuhnya, karena ia tak bisa berenang. Kemudian keduanya memutuskan melompat ke laut.

Namun sayangnya di saat bersamaan kapal yang terjatuh mengakibatkan gelombang kuat.

“Pada saat itulah pelukan istri saya terlepas,” katanya.

Febriani yang baru sadar saat muncul ke permukaan, berusaha mencari sang istri.

Pandangannya menyapu sekitar, sembari berteriak memanggil nama sang istri.

Sayangnya setelah sekian lama, panggilannya tak kunjung mendapat jawaban dari sang istri.

Halaman
123