Reshuffle Kabinet Prabowo

Diragukan Kemampuannya Gantikan Posisi Sri Mulyani Jadi Menkeu, Purbaya Yudhi Sadewa Buka Suara

Dia diragukan mampu menggantikan posisi yang ditinggalkan Sri Mulyani. Sri Mulyani diketahui adalah menteri langganan para presiden.

|
Editor: Joseph Wesly
(Sekretariat Presiden)
DIRAGUKAN KEMAMPUANNYA- Purbaya Yudhi Sadewa dilantik Presiden Prabowo Subianto menjadi Menteri Keuangan, menggantikan Sri Mulyani. Purbaya merespons soal dirinya yang diragukan bisa menggantikan Sri Mulyani. (Sekretariat Presiden) 

TRIBUN TANGERANG.COM, JAKARTA- Purbaya Yudhi Sadewa dilantik menjadi Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani.

Pergantian tersebut ternyata menimbulkan keraguan.

Dia diragukan mampu menggantikan posisi yang ditinggalkan Sri Mulyani.

Sri Mulyani diketahui adalah menteri langganan para presiden.

Dari SBY, Jokowi hingga Prabowo tidak sungkan menggunakan keahliannya.

Sri Mulyani memang diakui kehebatannya dalam bidang ekonomi.

Hal itu terbukti saat dia menjabat sebagai satu dari tiga Direktur Pelaksana Bank Dunia pada tanggal 5 Mei 2010 setelah sebelumnya menjadi Menkeu SBY.

Hal itu membuat banyak pihak yang meragukannnya mampu menggantikan kepiawaian Sri Mulyani.

Merespons keraguan itu, Purbaya buka suara.

Baca juga: Beredar Rumor Sri Mulyani Mundur Bukan Direshuffle Prabowo, Ini Penjelasan Mensesneg Prasetyo Hadi

Dia menepis anggapan tersebut dan mengaku seorang ahli dalam urusan fiskal ekonomi.

Hal ini sebagai bantahan terhadap pandangan ekonom yang menilai Purbaya belum memiliki pengalaman secara langsung mengelola fiskal ekonomi.

"Saya ahli fiskal, jadi saya ngerti betul fiskal yang produsen seperti apa," ujar Purbaya di Kementerian Keuangan, Senin (8/9/2025).

Secara umum, fiskal merujuk pada segala urusan yang berkaitan dengan pajak atau pendapatan negara. 

Purbaya menegaskan bahwa Kementerian Keuangan di bawah kepemimpinannya akan mengoptimalkan perekonomian Indonesia.

"Lets say, saya buat fiskalnya sehat tapi kalau enggan dibelanjain juga ekonominya enggak jalan. Runtuh juga nanti ekonominya," tutur Purbaya.

"Jadi fiskalnya sehat, tapi kita pastikan enggak menganggu sistem keuangan dan belanjanya bisa optimal," sambungnya.

Baca juga: 4 Kegaduhan Budi Arie Setiadi Sebelum Dicopot dari Menteri Koperasi oleh Prabowo

Terlebih dia juga menyoroti bahwa dua triwulan terakhir ini pertumbuhan belanja pemerintah negatif. Purbaya akan memperbaiki hal tersebut.

"Triwulan I dan II itu negatif kan, itu enggak tahu salahnya di mana, efisiensi apa bukan, tapi yang jelas itu memberi dampak negatif ke perekonomian karena pertumbuhannya lambat di situ," tutur dia.

Sebelumnya, Ekonom INDEF Mohamad Fadhil Hasan menyatakan, Purbaya Yudhi Sadewa belum memiliki pengalaman secara langsung dalam mengelola fiskal ekonomi.

Sehingga menurut Fadhil, Purbaya belum bisa dikatakan menjadi pilihan terbaik untuk menjabat sebagai Menkeu.

"Purbaya Sadewa saya kira dia ekonom yang baik, paham persoalan namun dia belum memiliki pengalaman secara langsung mengelola fiskal dan ekonomi secara keseluruhan," ucap dia.

"Jadi bisa dikatakan dia bukan pilihan terbaik. Masih ada pilihan yang lebih baik misalnya Wamennya Suahasil," imbuhnya menegaskan.

Baca juga: Tampang 5 Menteri yang Direshuffle Prabowo Sore Ini, Ada Langganan Menteri hingga Ketum Relawan

Bahkan, Fadhil menyebut bahwa selama ini Sri Mulyani dipercaya terutama oleh dunia usaha dan lembaga internasional. Sri Mulyani berhasil menjaga kebijakan fiskal stabil, prudent dan sustainable.

"Dengan demikian Indonesia masih merupakan salah satu dari negara yang dipercaya mengelola ekonominya dengan baik dan masih menarik untuk investasi," terangnya.

Sosok Purbaya

Prabowo melantik Menteri Keuangan yang baru. Prabowo resmi mereshuflle Sri Mulyani dari posisi menteri keuangan.

Sebagai gantinya, Prabowo melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai menteri keuangan.

Sebelumnya dia adalah Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Dia sudah menjadi Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), posisi yang diembannya sejak tahun 2020.

Latar Belakang Pendidikan

Purbaya Yudhi Sadewa lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 7 Juli 1964. Ia menempuh pendidikan tinggi di bidang teknik elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Setelah menyelesaikan gelar sarjananya, Purbaya melanjutkan studi ke Amerika Serikat dan meraih gelar Master of Science (MSc) serta Doktor (Ph.D) di bidang Ilmu Ekonomi dari Purdue University.

Karier profesional Purbaya diawali di sektor industri sebagai Field Engineer di perusahaan minyak dan jasa energi internasional, Schlumberger Overseas SA, dari tahun 1989 hingga 1994.

Setelah itu, ia beralih ke bidang ekonomi dan riset, menjadi Ekonom Senior di Danareksa Research Institute (2000–2005), dan menjabat sebagai Chief Economist di lembaga yang sama pada 2005 hingga 2013.

Ia juga pernah memimpin PT Danareksa Securities sebagai Direktur Utama (2006–2008), serta menjadi anggota dewan direksi PT Danareksa (Persero) pada periode 2013–2015.

Baca juga: Setelah Rumah Dijarah, Sri Mulyani Direshuffle dari Posisi Menteri Keuangan

Perjalanan di Pemerintahan

Purbaya mulai aktif di sektor pemerintahan sejak awal 2010-an. Ia pernah menjadi Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, serta tergabung dalam Komite Ekonomi Nasional pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada 2015, ia bergabung dengan Kantor Staf Presiden sebagai Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis. Ia juga sempat menjadi Staf Khusus Bidang Ekonomi di Kemenko Polhukam (2015–2016) dan Wakil Ketua Pokja IV (Satgas Debottlenecking) di Kemenko Kemaritiman.

Dari 2018 hingga 2020, ia menjabat sebagai Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi di Kemenko Kemaritiman dan Investasi.

Baca juga: Mengaku Tak Tahu Info Reshuffle, Budi Arie Justru Masuk Daftar Menteri yang Dicopot Prabowo

Pada 3 September 2020, Purbaya resmi dilantik sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui Keputusan Presiden Nomor 58/M Tahun 2020.

Di posisi ini, ia bertanggung jawab terhadap penguatan sistem penjaminan simpanan dan stabilitas sistem keuangan nasional.

Ia juga tercatat pernah menduduki jabatan sebagai komisaris di holding BUMN pertambangan, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved