Virus Corona

Varian Baru Covid-19 Ditemukan di Afsel, Dikhawatirkan Lebih Menular dan Resisten Terhadap Vaksin

Silsilah C.1.2 juga disebut memiliki tingkat mutasi sekitar 41,8 per tahun, hampir mencapai dua kali lipat yang diungkapkan oleh varian lain.

Editor: Yaspen Martinus
bbc.co.uk/kompas.com
Varian baru Covid-19 ditemukan di Afrika Selatan (Afsel). Strain baru, yang sebenarnya terdiri dari beberapa mutasi virus, secara kolektif dikenal sebagai C.1.2. 

TRIBUNTANGERANG, CAPE TOWN - Varian baru Covid-19 ditemukan di Afrika Selatan (Afsel).

Lebih dari 30 peneliti di Afsel menyebut 'varian yang menjadi perhatian' ini dikhawatirkan akan lebih menular dan resisten terhadap vaksin, dibandingkan varian sebelumnya.

Strain baru, yang sebenarnya terdiri dari beberapa mutasi virus dan secara kolektif dikenal sebagai C.1.2 ini, diidentifikasi oleh para peneliti di National Institute of Communicable Diseases dan KwaZulu-Natal Research Innovation and Sequencing Platform.

Baca juga: Setahun Berlalu, Kasus Dugaan Pembunuhan Wanita di Pondok Aren Masih Misterius

C.1.2 kali pertama terdeteksi di Afrika Selatan pada Mei lalu, kemudian sejak saat itu muncul di negara-negara di seluruh dunia, termasuk Cina, Republik Demokratik Kongo, Mauritius, Selandia Baru, Inggris, Portugal, dan Swiss.

Dalam sebuah makalah yang diposting pada medRxiv.org, para ilmuwan ini secara hati-hati menjelaskan garis keturunan baru telah 'dikaitkan dengan pelepasan antibodi penetral kelas 3 tertentu.'

Yakni, perlindungan yang diberikan baik secara alami atau melalui bantuan vaksin terhadap Covid-19.

Baca juga: Kementerian Kesehatan: Bersifat Individual, Vaksin Nusantara Tidak Dapat Dikomersialkan

Silsilah C.1.2 juga disebut memiliki tingkat mutasi sekitar 41,8 per tahun, hampir mencapai dua kali lipat yang diungkapkan oleh varian lain.

"Yang lebih memprihatinkan adalah akumulasi mutasi tambahan yang juga cenderung berdampak pada sensitivitas netralisasi atau pembelahan furin," kata makalah itu.

Peringatan ini merujuk pada kemampuan virus untuk menularkan dan menghindari antibodi.

Baca juga: Lebih dari 50 Persen Sekolah di Tangerang Selatan Siap Gelar Pembelajaran Tatap Muka

Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (30/8/2021), C.1.2 disebut berevolusi dari C.1, salah satu dari beberapa garis keturunan yang mendominasi gelombang pertama infeksi SARS-Cov-2 di Afsel, dan yang terakhir terdeteksi di negara itu pada Januari 2021.

Garis keturunan baru ini, sejak saat itu telah terdeteksi pada sebagian besar provinsi di Afsel dan tujuh negara yang berada di kawasan Afrika, Eropa, Asia, dan Oseania.

Makalah tersebut menyebutkan, mutasi mencakup banyak substitusi dan penghapusan kode genetik dalam protein lonjakan.

Baca juga: Mendikbudristek Minta Kampus di Wilayah PPKM Level 1-3 Segera Gelar Perkuliahan Tatap Muka Terbatas

Ini merupakan cara yang digunakan oleh Virus Corona untuk masuk ke sel manusia, dan berpotensi membuatnya lebih hangat serta lebih sulit dinetralkan.

Para peneliti khawatir varian ini akan lebih menyebar luas dibandingkan apa yang diprediksi.

Hal itu berdasarkan pada peningkatan jumlah genom C.1.2 yang konsisten di Afsel setiap bulannya, serupa dengan peningkatan yang diamati pada varian Beta dan Delta.

Baca juga: Padahal Bukan Nakes, Kadisdikbud Kota Tangsel Mengaku Sudah Disuntik Vaksin Booster Merek Moderna

Makalah ini menekankan penelitian lebih lanjut akan diperlukan pada C.1.2 untuk menentukan apakah varian itu dapat menjadi kandidat untuk bersaing dengan varian Delta.

Delta merupakan strain SARS-CoV-2 yang diketahui sangat menular dan telah mendatangkan 'malapetaka' pada kampanye inokulasi banyak negara.

Awal bulan ini, para peneliti di Inggris, negara dengan salah satu tingkat penerapan vaksinasi tertinggi di dunia, menemukan efektivitas vaksin terhadap varian Delta telah turun lebih dari setengah dibandingkan efektivitas terhadap pendahulunya.

Baca juga: Kantongi SK Kemenkumham, Partai Ummat Resmikan Kantor DPP di Tebet

Selama periode yang sama, perlindungan terhadap gejala Covid-19 pun disebut telah turun menjadi 59 persen.

Sementara negara lain, termasuk Israel yang merupakan negara pemberi vaksin terbanyak lainnya, telah melaporkan masalah serupa.

Departemen Kesehatan Afsel pun telah memperingatkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang 'varian menarik' C.1.2 ini.

Baca juga: Capaian Vaksinasi Covid-19 Lansia Rendah, DPR: Harus Diberikan Prioritas dan Perhatian Khusus

Anban Pillay, Wakil Direktur Jenderal Departemen Kesehatan negara itu mengatakan, para profesional kesehatan meyakini varian Delta tidak akan menjadi yang terakhir.

"Varian baru pasti akan berkembang sebagai evolusi alami virus itu, para ilmuwan Afsel saat ini sedang melihat keefektifan in vitro dari vaksin kami terhadap C.1.2."

"Kementerian berharap beberapa hasil akan bisa dilihat dalam beberapa minggu ke depan," jelas Pillay.

Baca juga: Awal September, Disdikbud Kota Tangsel Bakal Kembali Gelar Pembelajaran Tatap Muka

Hingga pekan lalu, sekitar 17,6 persen populasi Afsel yang berjumlah 58,56 juta orang telah divaksinasi menggunakan salah satu dari tiga vaksin Covid-19 yang tersedia di negara tersebut.

Otoritas kesehatan negara itu saat ini telah menyetujui persiapan yang dibuat oleh raksasa farmasi Johnson & Johnson, Pfizer-BioNTech, dan AstraZeneca.

Namun, administrasi vaksin AstraZeneca telah ditunda sejak Februari lalu, karena ketidakefektifannya terhadap varian Beta yang tersebar luas di Afsel.

Kasus aktif Covid-19 di Indonesia kini sebanyak 217.590 orang per 29 Agustus 2021, dan sebanyak 131.923 orang meninggal.

Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 24 Agustus 2021, dikutip Wartakotalive dari laman Covid19.go.id:

DKI JAKARTA

Jumlah Kasus: 846.900 (21.3%)

JAWA BARAT

Jumlah Kasus: 675.840 (16.8%)

JAWA TENGAH

Jumlah Kasus: 464.219 (11.6%)

JAWA TIMUR

Jumlah Kasus: 375.165 (9.4%)

KALIMANTAN TIMUR

Jumlah Kasus: 146.989 (3.7%)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Jumlah Kasus: 145.863 (3.6%)

BANTEN

Jumlah Kasus: 127.397 (3.2%)

RIAU

Jumlah Kasus: 120.491 (3.0%)

BALI

Jumlah Kasus: 103.508 (2.6%)

SULAWESI SELATAN

Jumlah Kasus: 102.167 (2.5%)

SUMATERA UTARA

Jumlah Kasus: 90.717 (2.2%)

SUMATERA BARAT

Jumlah Kasus: 84.750 (2.1%)

KALIMANTAN SELATAN

Jumlah Kasus: 63.743 (1.6%)

NUSA TENGGARA TIMUR

Jumlah Kasus: 57.494 (1.4%)

SUMATERA SELATAN

Jumlah Kasus: 57.075 (1.4%)

KEPULAUAN RIAU

Jumlah Kasus: 51.522 (1.3%)

LAMPUNG

Jumlah Kasus: 45.184 (1.1%)

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Jumlah Kasus: 45.040 (1.1%)

KALIMANTAN TENGAH

Jumlah Kasus: 42.295 (1.1%)

SULAWESI TENGAH

Jumlah Kasus: 40.114 (1.0%)

KALIMANTAN BARAT

Jumlah Kasus: 34.346 (0.9%)

PAPUA

Jumlah Kasus: 31.544 (0.8%)

SULAWESI UTARA

Jumlah Kasus: 31.334 (0.8%)

ACEH

Jumlah Kasus: 30.659 (0.8%)

KALIMANTAN UTARA

Jumlah Kasus: 30.497 (0.8%)

JAMBI

Jumlah Kasus: 27.148 (0.7%)

NUSA TENGGARA BARAT

Jumlah Kasus: 24.954 (0.6%)

BENGKULU

Jumlah Kasus: 22.078 (0.6%)

PAPUA BARAT

Jumlah Kasus: 21.901 (0.5%)

SULAWESI TENGGARA

Jumlah Kasus: 19.329 (0.5%)

MALUKU

Jumlah Kasus: 14.232 (0.4%)

MALUKU UTARA

Jumlah Kasus: 11.517 (0.3%)

SULAWESI BARAT

Jumlah Kasus: 11.243 (0.3%)

GORONTALO

Jumlah Kasus: 10.911 (0.3%). (Fitri Wulandari)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved