Virus Corona

Pemerintah Pantau WNI yang Kembali dari Negara Terpapar Covid-19 Varian Mu

Pemerintah berupaya mencegah masuknya varian baru Covid-19 dari luar Indonesia, melalui penetapan kebijakan karantina internasional.

Editor: Yaspen Martinus
bbc.co.uk/kompas.com
Pemerintah tengah menyusun kebijakan, untuk mengantisipasi kemungkinan masuknya Covid-19 varian Mu ke Indonesia. 

TRIBUNTANGERANG, JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, pemerintah tengah menyusun kebijakan, untuk mengantisipasi kemungkinan masuknya Covid-19 varian Mu ke Indonesia.

Hal itu dilakukan selain memantau varian Mu, berkoordinasi dengan petugas di pintu-pintu masuk kedatangan pelaku perjalanan luar negeri.

"Kami terus melakukan koordinasi dengan petugas di pintu-pintu masuk."

Baca juga: Merasa Bukan Domainnya, Bareskrim Limpahkan Surat Aduan ICW Soal Lili Pintauli Siregar kepada KPK

"Dan menyusun berbagai kebijakan untuk mengantisipasi kemungkinan masuknya varian yang dikatakan memiliki potensi kebal terhadap vaksin ini," ungkap Nadia dalam konferensi pers virtual, Jumat (10/9/2021).

Pemerintah berupaya mencegah masuknya varian baru Covid-19 dari luar Indonesia, melalui penetapan kebijakan karantina internasional.

"Entri dan exit testing serta persyaratan vaksin, kami juga terus berkonsultasi dengan WHO."

Baca juga: Moeldoko: Apakah Sebagai Warga Negara Saya Tidak Berhak Menuntut Keadilan Secara Hukum?

"Untuk terus memperbarui informasi terkait varian Mu dan varian lain yang berpotensi menyebar di Indonesia," jelasnya.

Nadia mengatakan, pemerintah terus pemantau pelaku perjalanan luar negeri seperti WNI yang baru kembali dari Kolombia, Ekuador, maupun negara-negara yang mengumumkan sudah ada penyebaran varian Mu di negara mereka.

"Pelaku perjalanan luar negeri dilakukan pemeriksaan sequencing untuk mengantisipasi masuknya varian covid-19 ke Indonesia, termasuk varian MU," imbuh perempuan berhijab ini.

Belum Terdeteksi di Indonesia

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono memastikan varian Covid-19 Mu belum masuk di Indonesia.

Hal itu mengacu pada hasil pelacakan melalui metode Whole Genome Sequencings (WGS) dari 7 ribu sampel.

"Di beberapa tempat di sekitar kita belum ditemukan."

Baca juga: Waspada, Korban Kebocoran Data Bisa Dituduh Sebagai Teroris

"Kita sudah melakukan Whole Genome Sequencings terhadap 7.000 orang di seluruh Indonesia, tapi belum tedeteksi," kata Dante saat memberikan keterangan terkait PPKM, Senin (6/9/2021) malam.

Ia mengatakan, semakin banyak kasus berkembang dan semkain lama pandemi berlangsung maka virus akan melakukan modifikasi dan mutasi.

Varian Mu yang pertama kali terdeteksi di Kolombia ini, disebut-sebut memiliki sifat resistensi terhadap vaksin dalam skala laboratorium.

Baca juga: Daripada Cari Kambing Hitam Soal Data Bocor, DPR Ajak Pihak Terkait Duduk Bareng dan Cari Solusi

Meski demikian, penyebarannya tidak secepat varian Delta.

"Mudah-mudahan varina Mu ini akan abortif seperti varian Lambda beberapa waktu yang lalu," harapnya.

Sementara, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah terus berupaya membendung masuknya varian-varian baru Covid-19, termasuk varian Mu.

Baca juga: Pengelola Pusat Belanja Berharap Anak di Bawah 12 Tahun Boleh Masuk dan Waktu Makan Tak Dibatasi

Ia menyebut pemerintah terus mengawasi mobilitas, baik dalam dan luar negeri.

"Walaupun saat ini kondisi cenderung normal dan beberapa pembukaan sektor juga secara gradual dilakukan."

"Pemerintah terus berusaha mengawasi mobilitas dalam dan luar negeri dengan penuh kehati-hatian," ucap Wiku dalam konferensi pers virtual beberapa waktu lalu.

Baca juga: Digerebek Polisi, Dua Penyabung Ayam Tewas Tenggelam di Sungai Cidurian Kresek Tangerang

Ia mengatakan, varian yang terdeteksi pertama kali pada Januari 2021 ini telah banyak ditemukan di negara lain seperti Amerika Selatan dan Eropa.

Menurut Wiku, status VOI diberikan pada varian yang sedang diamati untuk dapat memberikan kesimpulan.

"Bahwa varian ini bersifat lebih infeksius daripada varian originalnya (Corona asal Wuhan, Tiongkok)," imbuhnya.

Baca juga: Ini Indikator yang Diperlukan Agar Covid-19 Turun Status Jadi Endemi

Varian Mu atau B.1621 sedang dalam pengamatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), atau masuk kategori Varian of Interest (VoI).

Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (3/9/2021), sebanyak 48 kasus telah diidentifikasi di Inggris, bersamaan dengan ratusan lainnya di Amerika Serikat (AS), dengan total kasus di seluruh dunia mencapai sekitar 4.500.

Varian B.1.621 yang ditetapkan pada 30 Agustus 2021 dengan huruf ke-12 alfabet Yunani oleh WHO ini, kali pertama diidentifikasi di Kolombia pada Januari lalu.

Baca juga: Wamenkes: Semakin Lama Pandemi, Semakin Banyak Mutasi Covid-19

Buletin mingguan WHO mengatakan, studi awal kode genetik strain baru ini menunjukkan varian ini seperti varian Beta yang ditemukan di Afrika Selatan, karena kemungkinan dapat menghindari antibodi yang dibangun oleh vaksinasi.

Kendati demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendukung teori itu.

"Varian Mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan."

Baca juga: Ajukan Praperadilan, Kuasa Hukum Yahya Waloni: Kerukunan Beragama Berdampak Jika Sampai Disidang

"Data awal yang disajikan kepada kelompok kerja evolusi virus menunjukkan pengurangan kapasitas netralisasi serum pemulihan dan vaksin yang serupa, dengan yang terlihat untuk varian Beta."

"Namun ini perlu dikonfirmasi oleh penelitian lebih lanjut," seperti tertulis dalam buletin itu.

WHO menyebut varian Mu menyebar di Kolombia dan Ekuador, serta muncul pula di Eropa.

Baca juga: Wakil Ketua DPR: Kalau Presiden Perlu Cepat, Surpres Pergantian Panglima TNI Pasti Segera Dikirim

Namun prevalensi globalnya masih kurang dari satu dalam seribu kasus.

Ahli Epidemiologi Penyakit Menular WHO Maria van Kerkhov pun menuliskan cuitan terkait informasi terbaru yang tersedia tentang varian tersebut.

Lembaga Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) mengatakan pada bulan lalu, 'tidak ada bukti' yang menunjukkan Mu lebih menular dibandingkan varian Delta.

Baca juga: Amien Rais Bilang Amandemen UUD 1945 Salah Satu Upaya Menghancurkan Bangsa Indonesia

Karena, varian Delta yang diketahui lebih cepat dan mudah menular dibandingkan varian sebelumnya, telah mendorong Pemerintah Inggris menunda pencabutan sistem penguncian (lockdown) negara itu.

Sementara, varian minat terakhir WHO yang disebut sebagai Lambda, diyakini berasal dari Peru, sebelum akhirnya menyebar luas di Amerika Latin dan Amerika Utara, kemudian mencapai seluruh dunia. (Rina Ayu)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved