Virus Corona
Epidemiolog: Kajian Terakhir, Pandemi Covid-19 Bisa Berlangsung Sampai 2025
Pada 12 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi.
TRIBUNTANGERANG, JAKARTA - Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia mengatakan, pandemi Covid-19 bakal berlangsung lama.
Pada 12 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi.
"Terbebas dari Covid lama banget."
Baca juga: Pesawat Rimbun Air Jatuh di Hutan Papua, Tiga Orang Meninggal, Satu Korban Sudah Dievakuasi
"Bahkan harus sampaikan kabar kurang bagus, bahwa dalam kajian terakhir, diskusi dengan beberapa peneliti di negara dunia ini, prediksi Covid-19 ini sampai 2025," ungkapnya pada seminar virtual, Rabu (15/9/2021).
Namun, bukan berarti pandemi memang akan selesai pada 2025, bisa saja pada akhir tahun depan.
Setidaknya, ada tiga syarat agar hal ini terjadi. Pertama, setidaknya ada dua benua yang berada dalam kondisi terkendali.
Baca juga: Ogah Disebut Salurkan Pegawai ke BUMN, Nurul Ghufron: Sejak Kapan KPK Jadi Penyalur Tenaga Kerja?
"Kedua, kasusnya paling banyak 10 per 1 juta penduduk."
"Kematian 1 atau 2 per 1 juta penduduk."
"Postivity rate 0 koma sepersekian persenan lah," tuturnya.
Baca juga: Jokowi Berterima Kasih kepada Peternak Ayam yang Bentangkan Poster Keluhkan Harga Jagung Mahal
Ketiga, persentase vaksinasi setidaknya mencapai 85 persen, apalagi untuk menghadapi varian baru yang bermunculan.
Menurut Dicky, bagian vaksinasi adalah yang paling berat.
Karena, ada yang menolak vaksin dengan berbagai alasan.
Baca juga: KPK: 57 Pegawai Tak Lulus TWK Diberhentikan dengan Hormat per 30 September 2021
Padahal, menurutnya banyak negara lain yang perlu bersusah payah mengadakan vaksin. Bahkan, Australia saja berusaha mendatangkannya dari beberapa negara.
"Kita harus syukuri, pemerintah sudah ada vaksin."
"Jangan masih tanya dan milih-milih, keburu varian bermunculan susah," ucapnya.
Baca juga: Sudah 39 Jenazah Korban Kebakaran Lapas Tangerang Teridentifikasi, Dua Jasad Lagi Sudah Dikenali
Namun, Dicky kembali menegaskan jika bebas yang dimaksud adalah manusia dapat berdampingan dengan virus, yaitu status Covid-19 berubah dari pandemi menjadi endemi.
Sehingga, manusia dapat hidup berdampingan dengan virus. Sedangkan bebas dari virus, kata Dicky, masih membutuhkan waktu yang lumayan lama.
Kasus aktif Covid-19 di Indonesia kini sebanyak 92.328 orang per 14 September 2021, dan sebanyak 139.415 orang meninggal.
Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 14 September 2021, dikutip TribunTangerang dari laman Covid19.go.id:
DKI JAKARTA
Jumlah Kasus: 855.119 (20.5%)
JAWA BARAT
Jumlah Kasus: 699.185 (16.8%)
JAWA TENGAH
Jumlah Kasus: 477.894 (11.4%)
JAWA TIMUR
Jumlah Kasus: 391.446 (9.4%)
KALIMANTAN TIMUR
Jumlah Kasus: 154.897 (3.7%)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jumlah Kasus: 153.275 (3.7%)
BANTEN
Jumlah Kasus: 130.549 (3.1%)
RIAU
Jumlah Kasus: 126.392 (3.0%)
BALI
Jumlah Kasus: 110.613 (2.6%)
SULAWESI SELATAN
Jumlah Kasus: 107.235 (2.6%)
SUMATERA UTARA
Jumlah Kasus: 102.189 (2.4%)
SUMATERA BARAT
Jumlah Kasus: 88.400 (2.1%)
KALIMANTAN SELATAN
Jumlah Kasus: 68.445 (1.6%)
NUSA TENGGARA TIMUR
Jumlah Kasus: 61.617 (1.5%)
SUMATERA SELATAN
Jumlah Kasus: 59.090 (1.4%)
KEPULAUAN RIAU
Jumlah Kasus: 53.132 (1.3%)
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Jumlah Kasus: 49.954 (1.2%)
LAMPUNG
Jumlah Kasus: 48.254 (1.2%)
SULAWESI TENGAH
Jumlah Kasus: 45.036 (1.1%)
KALIMANTAN TENGAH
Jumlah Kasus: 44.505 (1.1%)
KALIMANTAN BARAT
Jumlah Kasus: 38.663 (0.9%)
ACEH
Jumlah Kasus: 36.185 (0.9%)
KALIMANTAN UTARA
Jumlah Kasus: 33.930 (0.8%)
SULAWESI UTARA
Jumlah Kasus: 33.594 (0.8%)
PAPUA
Jumlah Kasus: 33.201 (0.8%)
JAMBI
Jumlah Kasus: 29.142 (0.7%)
NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah Kasus: 26.913 (0.6%)
BENGKULU
Jumlah Kasus: 22.902 (0.5%)
PAPUA BARAT
Jumlah Kasus: 22.728 (0.5%)
SULAWESI TENGGARA
Jumlah Kasus: 19.928 (0.5%)
MALUKU
Jumlah Kasus: 14.413 (0.3%)
SULAWESI BARAT
Jumlah Kasus: 11.932 (0.3%)
MALUKU UTARA
Jumlah Kasus: 11.882 (0.3%)
GORONTALO
Jumlah Kasus: 11.544 (0.3%). (Aisyah Nursyamsi)