Minta Tuduhan TNI Disusupi Komunisme Dipertanggungjawabkan, Pangkostrad: Masyarakat Sudah Cerdas
Dudung mengatakan pernyataan yang menyebut komunisme sudah masuk ke tubuh TNI, menyakitkan baginya.
TRIBUNTANGERANG, JAKARTA - Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman meminta agar pernyataan yang menyebut TNI disusupi komunisme, dipertanggungjawabkan.
Dudung mengatakan pernyataan yang menyebut komunisme sudah masuk ke tubuh TNI, menyakitkan baginya.
Ia juga mengatakan pernyataan tersebut merupakan tuduhan yang keji.
Baca juga: UPDATE Covid-19 Indonesia 29 September 2021: 3.077 Orang Sembuh, 1.954 Positif, 117 Meninggal
Hal tersebut ia sampaikan, saat menjawab pertanyaan warga dalam program Talk Highlight Radio Elshinta Jakarta bertajuk "Menjaga NKRI" bersama Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman yang disiarkan kanal YouTube Radio Elshinta, Kamis (30/9/2021).
"Dan ini harus dipertanggungjawabkan menurut saya."
"Tidak hanya sekadar berbicara begitu saja, tetapi harus dipertanggungjawabkan buktinya di mana?"
Baca juga: MAKI Belum Perpanjang SKT, Hakim PN Jaksel Tolak Gugatan Praperadilan Soal King Maker
"Masyarakat kita sudah cerdas, sudah banyak yang tahu mana yang benar dan mana yang salah," ucap Dudung.
Dudung juga menegaskan, TNI saat ini solid dalam menghadapi ancaman ideologi kanan maupun kiri.
Ia berpandangan, tidak hanya dua ideologi tersebut saja yang perlu diwaspadai, namun juga ancaman dari aspek lainnya.
Baca juga: Mengaku Sudah Memperjuangkan Nasib 56 Pegawai, Pimpinan KPK Sambut Baik Tawaran Kapolri
"Tapi tidak hanya kanan kiri saja, banyak hal-hal lain juga yang harus kita waspadai."
"Jadi kita tidak hanya cenderung pada kanan dan kiri, padahal ada aspek-aspek lain juga yang mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa."
"Sehingga kemudian kita jangan terfokus kepada kanan dan kiri. Aspek lain justru nanti kita lengah," ucap Dudung.
Baca juga: Irjen Napoleon Bonaparte Diisolasi karena Pengaruhi Saksi Lain dan Tak Akui Aniaya Muhammad Kece
Sebelumnya, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menuding PKI menyusupi TNI.
Tudingan itu dikaitkan dengan pembongkaran patung tokoh militer di Museum Darma Bhakti Kostrad.
Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman membenarkan patung tiga tokoh yang tadinya ada di Museum Darma Bhakti Kostrad itu, kini sudah tidak ada.
Ketiga patung itu adalah patung Jenderal TNI AH Nasution (Menko KSAB), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD).
Patung tersebut, kata Dudung, dibuat pada masa Panglima Kostrad Letjen TNI Azmyn Yusri (AY) Nasution pada 2011 sampai 2012.
Dudung mengatakan, kini patung tersebut diambil oleh penggagasnya, yakni Letjen TNI (Purn) AY Nasution sendiri, yang meminta izin kepadanya selaku Panglima Kostrad saat ini.
Ia menghargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut, menurut keyakinan agamanya.
"Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," jelas Dudung lewat keterangan tertulis, Senin (27/9/2021).
Dudung membantah tudingan yang mengaitkan penarikan tiga patung tersebut untuk melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G30S pada 1965.
Ia juga menegaskan tudingan tersebut tidak benar.
Dudung menegaskan dirinya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama, yakni tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD, dan perwira pertama Kapten Piere Tendean.
"Jadi, tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama itu sudah tidak ada, diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI."
"Itu tudingan yang keji terhadap kami," tuturnya.
Seharusnya, kata dia, Gatot selaku senior di TNI, terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan menanyakan langsung kepada dirinya selaku Panglima Kostrad.
Dudung juga mengingatkan pentingnya tabayun dalam Islam, agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa.
Ia melanjutkan, foto-foto peristiwa serta barang-barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNI Soeharto saat peristiwa 1965, masih tersimpan dengan baik di museum tersebut.
"Hal ini sebagai pembelajaran agar bangsa ini tidak melupakan peristiwa pemberontakan PKI dan terbunuhnya pimpinan TNI AD serta Kapten Piere Tendean," beber Dudung.
Klarifikasi Kostrad
Kostrad mengklarifikasi adanya pemberitaan dalam diskusi bertajuk “TNI Vs PKI” yang digelar pada Minggu (26/9/2021) malam.
Lewat keterangan tertulis, Kapen Kostrad Kolonel Inf Haryantana mengatakan, dalam diskusi yang digelar secara daring tersebut, diputar sebuah klip video pendek yang memperlihatkan Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat.
Museum itu disebut berada di bekas ruang kerja Panglima Kostrad (Pangkostrad) Mayjen Soeharto ketika peristiwa G30S terjadi.
Di dalam museum itu juga disebut tadinya terdapat diorama yang menggambarkan suasana di pagi hari, 1 Oktober 1965, beberapa jam setelah enam Jenderal dan seorang Perwira muda TNI AD diculik pasukan kawal pribadi presiden, Cakrabirawa.
Adegan yang digambarkan itu disebut merupakan saat Mayjen Soeharto menerima laporan dari Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
Sementara, Menteri/Panglima TNI Angkatan Darat Jenderal AH Nasution yang selamat dari upaya penculikan PKI beberapa jam sebelumnya, juga disebut duduk tidak jauh dari Soeharto dan Sarwo Edhie.
Dalam ruang kerja Pak Harto juga disebutkan ada patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan AH Nasution, yang menggambarkan saat kritis (setelah penculikan enam Jenderal TNI AD) dan rencana menyelamatkan negara dari pengkhianatan PKI.
Sekaligus, peran utama Panglima Angkatan Darat, Pangkostrad, dan Resimen Parako yang kini menjadi Kopassus.
Oleh karena itu, Haryantana menyatakan tidak benar Kostrad mempunyai ide membongkar patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan AH Nasution, di Museum Dharma Bhakti Markas Kostrad.
Pada Hari Senin tanggal 30 Agustus 2021, kata Haryantana, Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution didampingi Kaskostrad dan Irkostrad, bersilaturahmi kepada Pangkostrad, untuk meminta pembongkaran patung-patung tersebut.
"Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution."
"Karena pada saat menjabat Pangkostrad periode (9 Agustus 2011 sampai dengan 13 Maret 2012), beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut," jelas Haryantana.
Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, kata dia, meminta patung-patung yang telah dibuatnya, dibongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilakan.
Ia menegaskan, tidak benar Kostrad menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI).
Pembongkaran patung-patung tersebut, kata dia, murni keinginan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide.
"Disimpulkan bahwa Kostrad tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI) Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad."
"Tapi pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir dan batin," terangnya. (Gita Irawan)