Sesal Musanam Setelah Terima Uang Miliaran Rupiah dari Pertamina
Para miliarder dadakan di Sumurgeneng, Tuban, mulai bertumbangan. Mereka jadi miliarder setelah menjual tanah ke Pertamina.
Penulis: Ign Prayoga | Editor: Ign Prayoga
TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG -- Sekitar 250 warga Sumurgeneng, Tuban, Jawa Timur, jadi miliarder dadakan setelah mereka menjual tanah ke Pertamina.
Perusahaan pelat merah tersebut menebus tanah-tanah warga untuk mendirikan kilang minyak Pertamina Grass Root Refinery (GRR).
Julukan kampung miliarder pun disematkan ke kawasan Sumurgeneng.
Warga Sumurgeneng pun berbondong-bondong mendatangi show room mobil.
Video viral sejumlah antrean truk gendong mengirimkan mobil baru ke Sumurgeneng beberapa bulan lalu viral dan ramai dibahas netizen.
Kini, para miliarder dadakan di Sumurgeneng mulai bertumbangan.
Sedangkan proyek kilang patungan Pertamina dan Rosneft, perusahaan asal Rusia yang meliputi tiga desa yakni Sumurgeneng, Wadung, dan Kaliuntu di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, terus berjalan.
Rasa sesal pun terbersit di sanubari sejumlah warga yang setahun lalu menerima uang miliaran rupiah dari Pertamina.
Baca juga: Makna Kegiatan Cuci Rupang Menjelang Perayaan Imlek 2022 di Vihara Kwan In Tang
Musanam, warga Desa Wadung, mengaku menyesal telah menjual ladang uangnya ke PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP).
Tanah tersebut sudah bertahun-tahun menghidupi Musanam dan keluarganya. Bisa jadi, lahan yang sama juga menghidupi leluhur Musanam.
Tanah yang jadi lahan pertanian tersebut, membuat Musanam semringah ketika hasil panennya melimpah. Hingga, Musanam setuju untuk menjualnya ke Pertamina.
Kini kakek yang berusia 60 tahun ini sudah tidak lagi memanen uang dari kebaikan lahan dan alam. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dia terpaksa menjual ternaknya satu demi satu.
"Sudah dijual tiga ekor untuk makan dan kini tersisa tiga," ujar Musanam dikutip dari Surya.
Baca juga: Polisi Tepis Skenario Tersembunyi di Balik Kasus Lansia Dikeroyok Massa
Warsono (44), warga Desa Wadung, tidak termasuk barisan warga yang menjual tanahnya ke Pertamina. Selama bertahun-tahun, Warsono adalah buruh tani yang tak memiliki lahan pertanian.
Ketika para pemilik lahan menjual tanahnya ke Pertamina, Warsono pun kehilangan pekerjaan. "Sudah tidak pernah bertani, lahannya sudah tidak boleh digarap," ungkapnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tangerang/foto/bank/originals/Tuban.jpg)