Minyak Goreng
MASIH Tinggi Harga Minyak Goreng di Agen, Begini Cara Pedagang Kelontong Menyiasatinya
Afifah menilai, pemerintah menurunkan harga minyak terlalu mendadak. Hal ini menyebabkan pedagang di pasar menjerit.
Penulis: Muhamad Fajar Riyandanu | Editor: Hertanto Soebijoto
TRIBUNTANGERANG.COM, DEPOK -- Pedagang warung kelontong di Pasar Kemiri Muka, Depok bernama Afifah (25) mengatakan, dirinya masih menjual minyak goreng kemasan seharga Rp 20.000 per liter dan Rp 35.000 per dua liter.
Sedangkan untuk minyak goreng curah masih dilego dengan harga Rp 18.500 per liter.
Bila merujuk pada laporan harian Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag), per tanggal 7 Februari, harga minyak curah di Kota Depok dipatok harga Rp 17.700 per liter.
Video: Pasar Murah Minyak Goreng di Kota Tangerang Disambut Antusias Masyarakat
Sementara untuk minyak goreng kemasan dihargai Rp 15.900 per liter.
Dengan melihat perbadingan harga pasar dan harga yang dipatok oleh Kemendag, ada selisih Rp 800 untuk harga jual minyak curah.
Sementara untuk minyak goreng kemasan, terdapat selisih harga Rp 4.100.
Baca juga: Agen Minyak Goreng Curah di Pamulang Mengaku Stok Langka Sejak Pekan Lalu
Baca juga: BREAKING NEWS: Gudang Minyak Goreng di Ciracas Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 600 Juta
Lebih lanjut, kata Afifah, dirinya membeli minyak curah dari agen seharga Rp. 15.000 per liter.
Namun, di sisi lain, dirinya mengaku berat jika menjual minyak goreng dengan harga modal.
"Beli dari agen yang sudah dapat subsidi, dan kami kan gak mungkin juga jual dengan harga segitu. Misalnya kami ambil dari agen dapat Rp 15.000, terus kita tetap jual di harga Rp 18.000 hingga Rp. 20.000," kata Afifah saat ditemui di lapaknya pada Selasa (8/2/2022), siang.
Afifah mengatakan, walau dirinya belum menurunkan harga minyak goreng, masih ada sejumlah pelanggan tetap yang mendatangi lapaknya.
Baca juga: Bantah ada Penimbun, Polri Duga Ibu-ibu jadi Penyebab Minyak Goreng Ludes di Pasaran
Mayoritas dari mereka adalah pedagang asongan yang membeli minyak curah.
"Kalau dibilang banyak (pembeli) sih banyak. Tapi orang lebih banyak pilihnya ke minyak curah, biasanya buat pedagang," jelasnya.
Saat ditanya perihal apakah terjadi kelangkaan minyak goreng, Afifah membenarkan hal tersebut.
Pasalnya, saat membeli minyak goreng di agen, acapkali ia sering mendapatkan minyak dengan jatah yang sedikit.
"Dibilang langka-langka banget si enggak ya, karna masih ada. Cuma barangnya susah," ucap Afifah.
Baca juga: Polisi: 1 Februari Semua Ritel Harus Terapkan Harga Minyak Goreng Satu Harga
Pada kesempatan tersebut, Afifah menilai, pemerintah menurunkan harga minyak terlalu mendadak.
Hal itu menyebabkan pedagang di pasar menjerit.
"Soalnya mereka menurunkan harga yang di supermarket dulu kan. Kita jual mahal konsumen gak mau, kami jual murah, kami yang rugi," paparnya.
Ia pun berharap, apabila pemerintah ingin menyalurkan minyak goreng bersubsidi, baiknya dapat disosialisasikan secara matang kepada seluruh pihak, termasuk agen dan pedagang di pasar tradisonal.
Kalau tiba-tiba (harga minyak) diturunkan, pedagang jual mahal tetap laku, cuma lama.
Baca juga: Lansia Ini Tak Sanggup Beli Minyak Goreng Kemasan di Pasar Bukit Pamulang II
Tapi kalau pedagang jual murah, ya tidak mendapat keuntungan dan bisa rugi.
"Ya memang ada kabar minyak akan disubsidi tapi kan nggak menyeluruh," ujar Afifah. (M29).