Bahas Kasus Wadas, Andi Arief Singgung Hasto PDIP di Balik Tambang Andesit
Politisi Partai Demokrat Andi Arief menyinggung nama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto ada dalam pusaran konflik lahan di Desa Wadas, Purworejo, Jateng
Penulis: Feryanto Hadi | Editor: Ign Prayoga
TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG -- Cuitan Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Andi Arief, ramai diperbincangkan netizen. Andi Arief menyenggol nama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto ada dalam pusaran konflik lahan di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah.
Dalam cuitan di Twitter, Andi Arief menyebut ada upaya pengalihan isu dengan menyalahkan Partai Demokrat dalam konflik di desa tersebut. Pasalnya, Bupati Purworejo adalah kader Demokrat.
Sebelumnya sejumlah kader Demokrat menyebut ada gerakan, diduga dari buzzer Ganjar Pranowo, yang menyebar info hoaks soal keterlibatan bupati Purworejo dalam masalah Wadas.
Padahal, penerbitan izin pertambangan di Wadas dikeluarkan oleh Pemprov Jawa Tengah dalam hal ini oleh Ganjar Pranowo.
Baca juga: Mobil Diserempet, Anggota Satpol PP Kota Tangsel Jadi Bulan-bulanan Sopir Angkot di Bintaro
Andi Arief pun balik bertanya apakah ada kaitan antara Hasto dan penambang andesit. "Setelah PD difitnah atas kasus Wadas, kini tak terbukti. Bolehkah kami bertanya apa benar Hasto Sekjen PDIP berada di balik penambang andesit?" tulis Andi Arief dikutip dari Twitter pribadinya, Senin (14/2/2022).
Cuitan itu pun ramai dikomentari warganet. Sejumlah warganet mengaku mempunyai dugaan sama dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Andi Arief.
"wkwkwkw.. beliau projeknya gudhe2... bandara kulonprogo jogja salah satunya.. rahasia umum bagi teman2 kontraktor... dan pertanyaan ini kayaknya pas dan tepat," tulis @syahfrudinprole.
Baca juga: Wali Kota Tangerang Minta Lurah Melacak Jejak Mpok Risma yang Terkenal Berani Melawan Penjajah
Sejumlah warganet lain meminta agar Andi Arief sebaiknya bertanya di forum resmi, tidak melemparkan isu di media sosial.
"Bertanya di forum resmi diwakili FPD di DPR jangan hanya di media sosial bung... Selamat berjuang," tulis @rahmatkamaru
Warga tolak aktivitas pertambangan bukan tolak bendungan
Sebelumnya, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menyebut warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo sudah lama menolak wilayahnya dieksploitasi.
Mereka lantang menyuarakan tolak tambang di Wadas bahkan sejak tahun 2013.
Hal itu pula yang memantik perlawanan terhadap pemerintah karena tak ingin Desa Wadas menjadi lokasi tambang andesit.
Baca juga: Jerinx SID Dikabarkan Bakal Bebas 6 Maret Jadi Kado Valentine untuk Nora Alexandra
"Penolakan warga itu sudah sangat lama. Bahkan sejak 8 tahun lalu, mereka keras menolak desanya dijadikan tambang dari 2013 lalu,” kata Ketua Umum YLBHI Muhammad Isnur dalam diskusi LP3ES bertajuk Bekerjanya Hukum Represif-Belajar dari Kasus Wadas, Sabtu (12/2/2022).
Isnur berujar bahwa warga Wadas sangat teredukasi soal kerusakan alam. Maka, penolakan yang dilakukan hingga bersinggungan dengan aparat merupakan proses sosialisasi yang sering diterima oleh aktivis lingkungan dan pihak-pihak yang berupaya melestarikan kekayaan alam Desa Wadas.
"Mereka paham betul dengan sumber penghidupannya di Wadas. Makanya mereka lantang menolak soal rencana pendirian tambang karena sangat teredukasi dengan dampak kerusakan yang ditimbulkan," tutur Isnur.
Meski lantang menolak pembangunan tambang dan bendungan, warga dipaksa untuk melakukan penandatanganan oleh pihak tertentu. Hal inilah yang memantik emosi sebagian warga hingga terjadi gesekan yang terjadi beberapa hari lalu.
“Tanda tangan itu dipaksakan, kemudian dianggap sebagai persetujuan dan itu membuat warga merasa aneh, kenapa ada anggapan seperti itu,” katanya.
Lebih jauh lagi, Isnur mengungkapkan alasan utama kenapa warga Wadas memprotes praktik eksploitasi di sana.
Menurut warga proses penambangan batu andesit di Desa Wadas akan mematikan sumber air untuk kehidupan masyarakat, termasuk mengganggu pertanian.
Baca juga: Pimpinan Komisi VII DPR Usir Dirut KS Silmy Karim
Sementara, penghasilan utama warga Wadas hampir 90 persen berasal sektor pertanian dan kekayaan alam yang dimiliki oleh Desa Wadas.
"Keuntungan, warga dari lestarinya alam itu tidak kecil, sangat besar, miliaran rupiah setiap tahunnya. Di Wadas terkenal duren, petai dan produk-produk lain dari pertanian. Hasil bumi yang melimpah ini dikhawatirkan akan mati seiring dibangunnya pabrik tambang,” tutur Isnur.
Oleh karena itu, Isnur menyayangkan sikap pemerintah yang tak memerhatikan hal tersebut.
Pemerintah dinilai keukeuh menjadikan Desa Wadas sebagai lokasi pertambangan andesit dan Bendungan Bener sebagai sistem pengairan yang mendukung pertambangan itu.
"Sayangnya pemerintah tak melihat potensi alam dan pertanian di Wadas, itu tidak masuk dalam rencana pemerintah. Padahal itu sumber kebahagiaan, sumber kehidupan warga dan itu akan hilang dengan hancurnya alam mereka akibat tambang,” papar Isnur.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 64 warga Desa Wadas ditangkap oleh aparat kepolisian, karena diduga menjadi provokator dalam penolakan pengukuran tanah oleh BPN pada Selasa (8/2/2022).
Aksi warga itu menolak Desa Wadas dimasuki ratusan aparat saat mengawal petugas Badan Pertanahan Nasional (BPN) melakukan pengukuran lahan pertambangan.
Baca juga: Stadion Benteng Reborn Jadi Tuan Rumah Babak 32 Besar Liga 3 Nasional
Peristiwa itu menjadi perhatian publik setelah banyak video pengepungan dan intimidasi masyarakat oleh apara beredar di dunia maya.
Meski pada akhirnya 64 warga itu dilepaskan kembali ke rumah masing-masing. (*)