Edukasi

Obesitas Tidak Hanya Masalah Estetika, Tetapi Erat Hubungannya dengan Masalah Kesehatan yang Serius

Ukuran pinggang lebih dari 80 sentimeter untuk wanita dan lebih dari 90 sentimeter untuk pria meningkatkan risiko penyakit yang disebabkan oleh obes

Penulis: | Editor: Lilis Setyaningsih
istimewa
Obesitas tidak hanya masalah estetika, tetapi juga berkenaan dengan masalah kesehatan yang serius. Orang yang hidup dengan obesitas memiliki risiko lebih besar terhadap penyakit kronis lainny 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG -- Jumlah penderita obesitas di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup mengkhawatirkan.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, satu dari tiga orang dewasa Indonesia mengalami obesitas, dan satu dari lima anak berusia 5 hingga 12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.

Meskipun menimbulkan masalah kesehatan dan dampak ekonomi yang serius dalam sistem perawatan kesehatan, obesitas belum mendapat perhatian serius seperti gangguan kesehatan lainnya.

Obesitas diprediksi akan menelan biaya perawatan kesehatan lebih dari 1 triliun dollar pada tahun 2025, dengan jumlah penderita sebesar 800 juta orang di seluruh dunia.

Baca juga: Ada Hubungan Konsumsi Garam dan Obesitas

Ketua Bidang Organisasi Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) dr. Dicky Levenus Tahapary, Sp.PD-KEMD, PhD mengatakan, obesitas di Indonesia meningkat dengan angka kenaikan yang mengkhawatirkan.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa Indonesia meningkat hampir dua kali lipat dari 19,1 persen pada 2007 menjadi 35,4 persen pada 2018.

"Kita benar-benar harus memperhatikan kecenderungan peningkatan obesitas ini,” kata  dr. Dicky Levenus Tahapary, Selasa (12/4/2022).

Selain di Indonesia, obesitas telah menjadi epidemi global.

Baca juga: Cegah Stunting dan Obesitas Pemprov Banten Kampanyekan Pemenuhan Gizi 

Stigma obesitas juga memberikan tantangan tersediri dalam penanganan obesitas.

Stigma terhadap berat badan mencakup perilaku dan sikap negatif yang ditujukan terhadap seseorang terkait dengan bobot tubuhnya.

Stigma ini berbahaya dan kita harus memahami bahwa obesitas merupakan suatu penyakit dan tidak dapat ditangani hanya dengan mengurangi asupan makanan dan lebih banyak beraktivitas fisik.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kelebihan berat badan dan obesitas sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan.

Baca juga: Resep Minuman Sehat ala Dokter Zaidul Akbar Atasi Perut Buncit dan Obesitas

Praktisi kesehatan menggunakan BMI (body mass index atau indeks masa tubuh (IMT)) sebagai metode skrining, dan diagnosis klinis obesitas didasarkan pada kelebihan lemak tubuh abnormal yang mengganggu kesehatan.

Dr Dicky menjelaskan, untuk orang Indonesia, BMI pada tingkatan 25 termasuk kategori berat badan berlebih, dan BMI lebih dari 27 dinyatakan sebagai obesitas.

Dapat memanfaatkan lingkar pinggang untuk menilai risiko seseorang terkena penyakit yang disebabkan oleh obesitas.

"Ukuran pinggang lebih dari 80 sentimeter untuk wanita dan lebih dari 90 sentimeter untuk pria meningkatkan risiko penyakit yang disebabkan oleh obesitas, ” lanjut dr. Dicky.

Baca juga: Penyakit Mulut dan Gigi Ini Kerap Diderita saat Menjalani Ibadah Puasa Ramadhan

Untuk mencegah dan mengatasi obesitas, diet memegang peranan penting.

Diet yang biasa dilakukan sebagai bagian usaha untuk menurunkan berat badan, biasanya berfokus pada pembatasan energi untuk mengurangi berat badan.

Menurut dr. Cindiawaty J. Pudjiadi, MARS, MS. Sp.GK, mengendalikan berat badan tidak cukup dengan usaha mengurangi asupan makanan dan menambah aktivitas olahraga.

"Kita juga harus memperhatikan apa yang kita makan, bukan hanya seberapa banyak yang kita makan. Mengurangi kalori yang efektif bukan hanya dengan sedikit makan dengan tujuan menekan asupan kalori serendah mungkin," imbuhnya.

Baca juga: Banyak Orang Tak Sadar Mengalami penyakit ginjal, Gejala Muncul Ketika Fungsinya Sudah Menurun Jauh

Dokter Anita Suryani, Sp.KO menambahkan, aktif secara fisik dipastikan dapat mencegah kelebihan berat badan dan obesitas.

Namun, bentuk latihan tertentu mungkin memiliki dampak yang lebih besar pada komposisi tubuh.

"Yang dianjurkan adalah intensitas sedang dan sekitar 40 menit.”

“Obesitas tidak hanya masalah estetika, tetapi juga berkenaan dengan masalah kesehatan yang serius. Orang yang hidup dengan obesitas memiliki risiko lebih besar terhadap penyakit kronis lainnya,” dr. Dicky menegaskan.

Baca juga: Kata Ahli ini Tanda Depresi dan Skizofrenia, Novi Amelia diduga Menderita Penyakit Mental Tersebut

Untuk mengelola obesitas dan mencegah risiko komplikasi  yang disebabkannya, pengobatan obesitas harus ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai dengan anjuran kesehatan.

Hal ini akan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan menurunkan risiko komplikasi yang berhubungan dengan obesitas.

Namun, ‘makan lebih sedikit, bergerak lebih banyak’ mengandung pemahaman bahwa penurunan berat badan hanya tentang diet dan olahraga.

Sementara faktor pemicu obesitas lainnya diabaikan.

Baca juga: Perki Banten Luncurkan Website dan Buku Demi Cegah Mitos Penyakit Jantung

"Meskipun latihan fisik memainkan peran penting dalam pola hidup sehat secara keseluruhan, itu bukan satu-satunya faktor dalam menangani obesitas," kata dr. Dicky

Diantaranya perlu melakukan konsultasi dengan tim profesional kesehatan — termasuk ahli diet, psikolog atau psikiater, atau tim profesional perawatan kesehatan lain— untuk membantu memahami dan membuat perubahan dalam pola makan dan aktivitas sehari-hari.

Ia menjelaskan, obesitas secara global menunjukkan prevelansi yang tinggi dan tren meningkat.

Pendekatan baru yang terkoordinasi dan berbasis data dilakukan sebagai bagian usaha pencegahan dan manajemen untuk mengurangi dampak pada individu, masyarakat, sistem kesehatan dan ekonomi.

Baca juga: Penyakit Penyerta Diabetes Melitus Jadi Penyumbang Terbesar Kasus Kematian Covid-19 di Kota Tangsel

Sebagai bagian dari program kampanye anti-obesitas, Novo Nordisk Indonesia memperbarui TanyaGendis, chatbot WhatsApp yang memberikan informasi tentang diabetes dan obesitas.

Setiap orang harus memiliki kesadaran untuk bertindak segera, mulai dengan langkah pertama dan sederhana seperti melakukan cek BMI.

Chatbot TanyaGendis kini telah diperbarui dengan menambah kalkulator BMI sehingga semua orang dapat dengan mudah melakukan cek BMI melalui WhatsApp dan mengetahui apakah mereka memiliki kondisi kelebihan berat badan atau obesitas.

Dengan melakukan cek BMI, mereka diharapkan dapat segera berkonsultasi dengan tenaga profesional untuk mencegah risiko yang mungkin terjadi di masa depan.

Baca juga: Hati-hati, Ini Ciri-ciri Anda Mengidap Diabetes, Simak Cara untuk Menghindarinya

“Obesitas adalah kondisi yang kompleks, yang memiliki dampak sosial dan psikologis yang serius. Obesitas ditemui di semua usia dan kelompok sosial-ekonomi dan dipandang sebagai ancaman baik di negara maju maupun berkembang," jelas dr. Dicky.

"Usaha harus ditingkatkan, baik nasional maupun global, untuk mencegah kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan keluarga mereka untuk mengurangi kesenjangan kesehatan dan ekonomi, memperhatikan siklus generasi dan meningkatkan kualitas kehidupan. Kita perlu menjadikan obesitas sebagai prioritas kesehatan nasional. Ini memerlukan keterlibatan semua pihak,” lanjutnya.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved