Tangerang Raya
Emak-emak di Ciputat Timur Olah Sampah Pangan Rumah Tangga Jadi Pupuk Cair dan Padat
Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) melakukan kegiatan pengabdian masyarakat berupa pengolahan limbah pangan rumah tangga.
Penulis: Rizki Amana | Editor: Intan UngalingDian
TRIBUNTANGERANG.COM, CIPUTAT TIMUR - Emak-emak di lingkungan Gang H Asep RT 006/11, Rengas, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) belajar mengolah sampah pangan rumah tangga menjadi pupuk padat dan pupuk cair.
Hasil dari pengolahan sampah pangan rumah tangga itu digunakan untuk menyuburkan tanaman seperti sayur mayur yang bisa dikonsumsi sendiri.
Mereka belajar teknologi pengolahan limbah pangan menjadi kompos MOL dan pupuk takakura dari mahasiswa dari Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI).
Salah satu emak warga Rengas yang belajar mengolah limbah pangan rumah tangga yakni Silvia (30) .
Dia telah berhasil menumbuhkan beragam jenis tanaman pangan yang dapat dikonsumsi keluarganya berkat pengolahan sampah rumah tangga.
"Alhamdulillah di sini kita semua diajarkan gimana cara mengolah limbah pangan yang sudah sisa yang bisa dibikin kompos Mol atau pupuk takakura," kata Silvia di Rengas, Jumat (15/4/2022).
Silvia menggunakan pupuk dan kompos itu untuk menanam bibit kangkung, kacang hijau, bayam, dan kacang polong.
Baca juga: SIL UI Berbagi Inovasi Pengolahan Limbah Pangan Rumah Tangga dengan Masyarakat Ciputat Timur
Baca juga: DLH Kota Tangsel Prediksi Volume Sampah Naik 250 Ton per Hari saat Ramadan 2022
Menurut Silvia, proses panjang membuat kompos dan pupuk itu diajarkan SIL UI.
Proses sosialisasi pengolahan limbah pangan rumah tangga berlangsung selama beberapa bulan terakhir yang telah berlangsung di lingkungan itu.
Setelah sosialisasi berjalan, para ibu rumah tangga itu memahami proses pengolahan limbah rumah tangga menjadi pupuk hingga dapat digunakan untuk bercocok tanam berbagai tanaman pangan.
"Hasilnya bagus tanamannya subur, kemarin sempat tanam yang microgreen, jadi tempat menanamnya lebih kecil dan menanam ya cukup lima hari saja bisa dipanen. Dan itu bagus," ujarnya.
Hasil panen tanaman tersebut bisa dinikmati para petani perkotaan itu.
Silvia mengatakan, hasil tanaman pangan memakai pupuk dari limbah pangan itu lebih baik dibanding sayuran di pasar.
"Kebetulan kemarin ada dua macam, tanaman kangkung sama kacang hijau yang sudah saya masak dan hasilnya enak."
"Tanamannya beda sama yang dijual di tukang sayur, bedanya dirasa jadi lebih enak saja karena dari organik semua sayurannya," katanya.
Baca juga: Bank Sampah Sumber Mutiara Tangerang Berhasil Kelola Tujuh Ton Sampah
Baca juga: Kontrak Kerja 25 Tahun Pemkot Tangerang dengan PT Oligo untuk Pengolahan Sampah Energi Listrik
Pengabdian masyarakat
Sebelumnya diberitakan, Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) melakukan kegiatan pengabdian masyarakat berupa pengolahan limbah pangan rumah tangga.
Kegiatan tersebut berlangsung di lingkungan Gang H Asep, RT 006/11, Kelurahan Rengas, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Jumat (15/4/2022).
"Jadi begini kami di institusi perguruan tinggi itu menanggung tiga beban yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat," kata dosen UI, Sri Setiawati, di Rengas, Jumat (15/4/2022).
"Dari pendidikan tentunya mahasiswa itu mendapatkan pengetahuan, setelah itu ketika sudah mendapatkan ilmu pengetahuan mencoba untuk melakukan penelitian dari pengetahuannya," katanya.
Sri Setiawati menjelaskan, setelah melakukan penelitian, mahasiswa memiliki inovasi baru yang bisa diterapkan di masyarakat.
"Nah pada hari ini, mahasiswa melakukan penerapan kepada masyarakat atas hasil penelitian yang dia lakukan," ujarnya.
Baca juga: 5 Ton Sampah dari Kali Mati Teluk Naga Cemari Lingkungan, Sampah Diangkut ke TPA Jatiwaringin
Baca juga: Arief R Wismansyah Resmikan Program Pencanangan RW Tanpa Sampah di Kota Tangerang
Inovasi yang dipraktikkan mahasiswa itu berupa teknologi lingkungan berbahan dasar limbah pangan rumah tangga.
Menurutnya, teknologi tersebut dapat membantu masalah sampah pangan yang dihasilkan rumah tangga.
Teknologi sederhana yang diterapkan yakni kompos takakura dan MoL yang mengolah sampah organik yakni sampah sayuran, sampah nasi dan lain sebagainya (sampah makanan) menjadi pupuk pupuk cair dan padat.
Sri menuturkan, teknologi itu mampu mengatasi masalah limbah pangan yang dihasilkan setiap rumah tangga.
Pupuk yang dihasilkan dari limbah pangan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan penyubur tanaman berupa sayur mayur yang kemudian diolah menjadi makanan kembali.
"Jadi tentunya kita harus ada dan punya inisiatif gerakan-gerakan masyarakat dalam mengatasi permasalahan sampah, jadi tak hanya pemerintah saja," katanya.
Baca juga: Pabrik Dibangun di Bantargebang, Akan Olah 2.000 Ton Sampah Menjadi Bahan Bakar
Baca juga: 15 Indikator Penilaian Masyarakat Peduli Sampah di Kota Tangerang
Dia menjelaskan, sebagai lembaga perguruan tinggi yang memiliki inovasi-inovasi sederhana diharapkan dapat menerapkan teknologi untuk mengatasi masalah sampah di rumah masing-masing.
Inovasi teknologi itu juga mengajak masyarakat kota untuk tetap tetap melakukan kegiatan bercocok tanam.
Pasalnya, pupuk hasil olahan limbah pangan itu bisa dipakai masyarakat untuk menyubutkan tanaman seperti sayur mayur.
"Sekarang dikenal pertanian perkotaan ini persis yang saya lakukan dengan mahasiswa saya," katanya.
Setiap rumah tangga, kata Sri, bisa memenuhi kebutuhan pangannya masing-masing berdasarkan apa yang ditanam sendiri.
"Dari pupuk itu menanam kangkung, kacang hijau, kacang-kacangan dan sayur lainnya."
"Dan mereka juga merasa puas, karena kemudian sampahnya tidak ada, namun menghasilkan suatu produk yang baru. Nah itu yang kita harapkan," kata Sri Setiawati.