Tsamara Mundur dari PSI, Tegaskan Bukan karena Rayuan Parpol Lain

Tsamara Amany mundur dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Tsamara menyatakan mundur dari partai politik atas dasar kepentingan pribadi.

Penulis: Ign Prayoga | Editor: Ign Prayoga
Dok Tribunnews
Tsamara Amany 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Tsamara Amany mundur dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Pengumuman ini disampaikan melalui sebuah unggahan video di akun Instagram dan YouTube, Senin (18/4/2022).

Dalam video tersebut, Tsamara menyatakan alasan dirinya mundur dari partai politik yakni atas dasar kepentingan pribadi serta membutuhkan perjalanan baru.

"Saya merasa, saya membutuhkan perjalanan baru di luar partai politik. Untuk saat ini, saya ingin fokus mengabdi untuk Indonesia melalui cara-cara lainnya," ujar Tsamara.

Baca juga: Dinas Perhubungan Kota Tangerang Gelar Ramp Check Bus di Terminal Poris Plawad

Cara-cara lain yang dimaksud Tsamara adalah fokus menyuarakan dan mengabdi untuk kepentingan perempuan.

Tsamara juga menegaskan, dirinya mundur dari PSI bukan untuk berpindah ke partai politik (parpol) lain.

"Perlu ditegaskan bahwa saya mengundurkan diri dari PSI secara baik-baik tanpa konflik apapun atau perbedaan pandangan," katanya.

Baca juga: Raffi Ahmad Janji Beri THR Rp 1 Juta ke Para Keponakan, Nisya Ahmad Malah Ajukan Ini untuk Putrinya

Tsamara Amany Alatas merupakan politisi muda kelahiran 24 Juni 1996.

Dikutip dari Tribunnewswiki, Tsamara merupakan lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina dan kuliahnya diselesaikan pada tahun 2018 dengan predikat magna cumlaude.

Setelah itu, ia memperoleh beasiswa dari lembaga pemberi beasiswa bagi mahasiswa di Amerika Serikat (AS), Fullbright sekira pada pertengahan tahun 2020 lalu.

Saat ini, Tsamara sedang menempuh pendidikan pasca sarjana di New York University.

Baca juga: Sekuriti Bank BJB Ungkap Kronologis Penggagalan Perampokan yang Ditembaki Airsoft Gun

Sejak remaja, Tsamara memiliki ketertarikan terhadap dunia politik. Hanya saja dia belum berpikir untuk terjun ke politik.

Sosok yang menamatkan pendidikan menengahnya di New Zealand International School Jakarta ini juga mulai aktif menulis pada tahun 2014.

Ia menulis terkait dua sosok yang diidolakan yaitu Presiden Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Tsamara menulis kedua sosok tersebut melalui blog yang dimilikinya.

Baca juga: Kombes Pol Komarudin : Rangkaian Ibadah Tri Hari Suci Peringatan Paskah Berjalan Aman dan Lancar

Tulisan-tulisan itu membuat Tsamara dan beberapa blogger diundang oleh Jokowi ke Istana Negara pada tahun 2015.

Ketertarikan Tsamara terhadap politik pun semakin besar. Hal tersebut dibuktikan dengan dirinya memulai membaca buku-buku Soekarno seperti Penyambung Lidah Rakyat, Sarinah, dan lain-lain.

Pada saat itu, ia juga bergabung di Komunitas Pendukung Ahok (Kompak) dan menjadi saksi mewakili Kompak dalam sidang Mahkamah Konstitusi (MK) tentang syarat persentase maju jalur independen dalam Pilkada.

Kemudian dirinya pun juga berkesempatan magang selama empat bulan di tim Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

Baca juga: Toko Velg dan Ban Mobil di Serpong Ludes Terbakar, Api Diduga Berasal dari Hawa Panas Genset  

Pengalaman magang itu pun membuat Tsamara semakin mantap ingin menjadi seorang yang memiliki kuasa agar dapat membuat sebuah kebijakan yang bermanfaat.

Sebelum masuk ke dunia politik, ia sempat skeptis terhadap parpol namun akhirnya Tsamara menyadari untuk menjadi pejabat jalur yang masuk akal ke dalam parpol.

Singkat cerita, lantaran sering berdebat dengan Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie, Tsamara pun ditawari untuk bergabung ke PSI.

Baca juga: Rombongan Grup Musik Debu Kecelakaan Lalulintas di Tol Probolinggo, 2 Orang Dinyatakan Tewas

Tsamara pun mengiyakan dan bergabung sebagai ketua DPP bidang eksternal. Dikenal Lewat Debat dengan Fahri Hamzah

Tsamara mulai dikenal oleh khalayak ketika menagih jawaban atas beberapa pernyataan Wakil Ketua DPR periode 2014-2019, Fahri Hamzah yang menurutnya sesat pikir pada tahun 2017.

Dikutip dari Tribunnews, Tsamara menagih jawaban Fahri terkait ide pembubaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat itu.

Saat itu, melalui akun Twitter pribadi Fahri Hamzah, dirinya mempertanyakan kesuksesan KPK selama 15 tahun berdiri.

Baca juga: Gerombolan Pemotor Merusak Satu Unit Mobil Mini Sedan di Kawasan Bintaro Pondok Aren

Fahri menyebut keberadaan KPK tetap ada korupsi yang merajalela di Indonesia.

Lantas, Tsamara pun menanggapi pernyataan Fahri tersebut dengan memberikan pemaparan di mana terdapat 124 anggota legislatif, 17 gubernur, dan 58 walikota/bupati ditangkap KPK.

"Di mana sukses KPK? Ya disitu, ketika banyak pejabat negara korup tertangkap, itu suksesnya. Belum termasuk menteri, hakim, pimpinan lembaga tinggi negara, pejabat eselon, bahkan swasta," katanya.

"Justru @FahriHamzah harus berkaca terhadap lembaga yang ia pimpin. Selama ini kinerja DPR selalu di bawah target," tulisnya.

Baca juga: Penyelundupan Sabu dan Ganja 1 Kg dari Sulawesi Utara ke Jakarta Dibongkar Polres Tangsel

Tsamara juga menambahkan, tuduhan Fahri Hamzah kepada KPK begitu banyak yaitu dari menganggap kasus e-KTP adalah khayalan hingga menilai adanya bisnis menangkap orang.

Sehingga, kata Tsamara, sebagai rakyat, dia butuh penjelasan dan bukti dari pernyataan Fahri itu. (*)

Sumber: Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved