Literasi Digital

Kecakapan dalam Digital juga Mencerminkan Kesantunan

Tapi media digital dengan algoritmanya bisa membuat orang ini selalu mendapatkan informasi yang hampir sama secara terus menerus.

Penulis: | Editor: Lilis Setyaningsih
Istimewa
Ilustrasi kecakapan dalam digital juga mencerminkan kesantunan 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG -- Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00.

Seperti halnya di dalam dunia nyata, kecakapan dalam digital juga mencerminkan kesantunan. Media digital membuat orang bisa mengakses banyak sumber, dan  bisa menyampaikan pendapat.

“Kecakapan digital akan terkait dengan kesantunan dalam berinteraksi di dunia digital, dan bagaimana mahasiswa kami diberi bekal agar tidak terjerumus dalam sisi-sisi negatif dari dunia digital yang semakin menguasai kehidupan kita," kata M. Mushthafa, dalam seminar literasi Digital Pesantren di Kampus Institut Keislaman (INSTIKA) Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur belum lama ini.

Ia mengatakan, demokrasi  juga bisa dilaksanakan di dunia digital. Tapi media digital dengan algoritmanya bisa membuat orang ini selalu mendapatkan informasi yang hampir sama secara terus menerus.

"Akhirnya yang terjadi, seseorang ini tidak semakin kaya dengan informasi dengan dunia digital, tapi semakin mengkerdilkan kita semua. Makanya dunia digital ini jangan sampai menjerumuskan kita dengan algoritma yang bekerja dalam sistem digital itu. Maka kecakapan digital ini menjadi penting untuk mahasiswa agar tidak terjerumus dari efek buruk dunia digital,” jelasnya.

Hariqo Satria selaku influencer dan praktisi literasi digital, mengatakan bahwa media sosial harus digunakan secara bijak dan jangan berlebihan.

"Jangan pernah merasa bahwa kalau kita SMS/chatting-an itu adalah percakapan pribadi. Sekarang semuanya bisa di-screenshot. Orang bisa dinilai dari percakapan, terlihat santun atau tidaknya. Jadi jangan mudah memberikan rahasia lewat DM/SMS atau media sosial lainnya," jelas Hariqo Satria.

Baca juga: Yusli Wardiatno: Indonesia Punya Potensi Sukseskan Literasi Masyarakat Seperti di Jepang

Baca juga: Laki-laki Mendominasi Jumlah Investor Pasar Modal, Literasi Keuangan pada Perempuan Masih Rendah

Sementara Rofiatul Rofiah selaku influencer dan praktisi literasi digital, menambahkan bahwa  sifat seseorang ini bisa terlihat dari apa yang dia posting di media sosial.

"Behaviour ini akan menciptakan health kamu. Kesopanan ini lebih tinggi nilainya daripada kecerdasan. Kepribadian itu meliputi akhlak, perilaku, etika dan moral yang bisa membedakan mana yang baik dan buruk," paparnya.

Beberapa contoh behaviour yang baik di media sosial, yang pertama tidak menggunakan kalimat provokatif dan SARA.

"Buatlah konten yang bermanfaat dan jangan buat berita bohong. Jangan seenaknya membagikan artikel atau gambar yang ada hak ciptanya. Dan berikan komentar yang relevan jika ingin berkomentar di media sosial," ujar Rofiatul Rofiah.

Baca juga: Elnino: Kemampuan Literasi Tidak Bisa Tumbuh Sendiri, Perlu Aktivitas Rutin yang Terus Dilatih

Irwan Sujatmiko, Staf Diskominfo Kab. Sumenep,  memaparkan hal yang sama.

Menurutnya, literasi digital ini penting karena merupakan kemampuan mendasar untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi serta mengkomunikasikan konten atau informasi ke khalayak.

Literasi Digital juga menjadi dasar untuk bagaimana kita bisa mem-filter informasi dan mengolahnya sehingga informasi yang kita dapat dan sebarkan adalah informasi yang baik dan benar.

"Kita juga perlu tahu Netiket atau etika berinternet. Ada beberapa poin yang perlu kita pahami ketika berada di media sosial," katanya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved