Edukasi

Cegah Stunting dengan Konsumsi Protein Hewani Sejak Dini

Berdasarkan data Food and Agriculture tahun 2017, total konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia tergolong sangat rendah yakni hanya 8 persen

Penulis: Lilis Setyaningsih | Editor: Lilis Setyaningsih
Tribun Tangerang/Lilis Setyaningsih
Sebagai bagian dari kegiatan pencegahan stunting, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) mengadakan kegiatan Japfa for Kids dan Posyandu Berdaya. 

Makanan yang mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dan lebih banyak adalah protein hewani.

Kekurangan protein hewani dapat menyebabkan permasalahan gizi yang serius, salah satunya stunting.

Konsumsi protein hewani kini tengah menjadi perhatian di Indonesia.

Bahkan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia belum lama ini menyerukan kampanye untuk meningkatkan konsumsi protein hewani dalam rangka mencegah stunting.

Di sinilah peranan media diperlukan agar pesan ini dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat.

Daya Tahan

Prof Fika mengatakan, protein merupakan zat gizi makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, penyembuhan, hingga meningkatkan daya tahan tubuh. 

Karenanya, konsumsi protein menjadi salah satu nutrisi penting yang mesti harus  ada dalam menu sehari-hari. 

“Penting untuk diketahui, fungsi protein hewani sangat signifikan terutama dalam tumbuh kembang anak karena sebagai zat penyusun dan pembangun sel-sel yang menyusun organ tubuh. Sumber utama protein hewani yang baik bisa didapat antara lain dari daging, susu, telur, ikan, dan lainnya ,” ujar  pakar yang karib disapa Prof Fika pada  pertemuan dengan wartawan dengan tema Penuhi Asupan Protein Hewani Sambut Generasi Bebas Stunting belum lama ini. 

Protein ada yang berasal dari hewani dan nabati (tumbuhan), namun asam esensial yang dimiliki protein hewani lebih lengkap yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh kembang. 

Baca juga: FKG UI Sasar Masyarakat di Kepulauan Seribu untuk Cegah Stunting dan Kelainan Rongga Mulut


"Tubuh memerlukan 20 jenis asam amino, sembilan di antaranya asam amino  esessial, yang didapat dari makanan yang mengandung protein hewani. Sisanya bisa dapat dari tubuh sendiri. Cara kerja asam amino esensial itu mendukung hormonal, termasuk hormon pertumbuhan,” ungkapnya kemudian. 

Sesuai rekomendasi WHO maupun IDAI, usia 6 bulan pertama anak hanya harus mendapatkan ASI tanpa makanan tambahan lainnya. 

Memasuki Setelah usia 6 bulan, ini adalah waktu yang tepat untuk kemudian mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI) seperti memperkenalkan protein hewani maupun nabati.

Namun harus diingat bahwa prinsip pemberian MPASI adalah makanan dengan gizi lengkap dan seimbang.

Jadi harus mengandung semua jenis zat gizi dari juga karbohidrat, lemak dan vitamin serta mineral.

Baca juga: Pentingnya Peran Keluarga dan Komunitas dalam Mencegah Stunting

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved