Edukasi

Cegah Stunting dengan Konsumsi Protein Hewani Sejak Dini

Berdasarkan data Food and Agriculture tahun 2017, total konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia tergolong sangat rendah yakni hanya 8 persen

Penulis: Lilis Setyaningsih | Editor: Lilis Setyaningsih
Tribun Tangerang/Lilis Setyaningsih
Sebagai bagian dari kegiatan pencegahan stunting, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) mengadakan kegiatan Japfa for Kids dan Posyandu Berdaya. 

Prof Fika menjelaskan ada sejumlah efek buruk ketika tubuh kekurangan asupan protein hewani, di antaranya tubuh akan kekurangan hormon pertumbuhan, gangguan regenerasi sel, sel tidak tumbuh dengan baik, belum lagi sistem kekebalan tubuh terganggu, jadi sering sakit, massa otot tidak bertambah.

"Itulah sebabnya susah berkembang atau bertumbuh kalau kekurangan protein hewani. Pada akhirnya berujung stunting dan terburuknya adalah gangguan kognitif," ujarnya.

Ia menegaskan dampak yang paling jelas dari stunting ini selain secara fisik anak jadi pendek, kerusakan akibat stunting pun sudah sampai ke otaknya. Jadi sulit dipulihkan lagi. Akan lebih sulit dikejar daripada gangguan pertumbuhan atau gangguan status gizi yang lain. 

 Peran 'se kampung'

Hillary Rodham Clinton menulis buku berjudul It Takes a Village, inti dari buku tersebut bahwa agar anak tumbuh dan berkembang dengan baik dibutuhkan sebuah desa. Bukan hanya keluarga inti saja.

Termasuk dalam pemenuhan protein bagi anak. Diperlukan kampanye dan sosialisasi besar-besaran.

Seperti dikutip dari website Kemenkes, seringkali kondisi anak yang pendek dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orangtuanya. Sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

Padahal seperti diketahui genetik merupakan faktor determinan kesehatan  yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. 

Baca juga: Bayi Prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah Tingkatkan Risiko Stunting

Sehingga stunting bisa dicegah. Salah satu caranya dengan memperbanyak informasi dan kampanye agar mengonsumsi makanan yang mengandung protein hewani lebih banyak dalam menu harian. 

Salah satu peran besar dimiliki media yang dapat secara langsung mengampanyekan pentingnya protein hewani dalam tumbuh kembang anak.

"Media sangat berperan dalam penyebaran informasi dan edukasi ke masyarakat mengenai pentingnya protein hewani untuk dikonsumsi setiap harinya. Sebagai ujung tombak komunikasi ke masyarakat secara luas, penting bagi rekan-rekan media mengutamakan kualitas pemberitaan dengan pemahaman dan riset yang mendalam,” ungkap Akhmad Munir, Direktur Pemberitaan LKBN Antara, juri AKJJ 2022. 

Prof. Dr. drg. Sandra  juga mengatakan bahwa isu stunting tidak hanya menjadi tugas pemerintah semata.

Keberadaan sektor swasta termasuk Japfa diharapkan dapat turut aktif mempromosikan konsumsi gizi seimbang melalui peningkatan konsumsi protein hewani demi mencegah terjadinya stunting.

Baca juga: Sama-sama Gangguan Tumbuh Kembang Anak, Simak Perbedaan Stunting dan Wasting

Ia mengatakan, dibandingkan sebelumnya, belakangan ini konsumsi protein hewani tengah menjadi perhatian di Indonesia.

Bahkan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia belum lama ini menyerukan kampanye untuk meningkatkan konsumsi protein hewani dalam rangka mencegah stunting.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved