Hari Guru Nasional

Amiruddin, Ngajar Ambil Pahala, Menahun Jadi Guru Sukarela di Tambora, Honor Rp 250 Ribu/Bulan

Amiruddin, guru SDN Tambora saban hari harus melewati hutan rimba dan perkebunan kopi Kaki Gunung Tambora, Kabupaten Bima

Editor: Jefri Susetio
istimewa
Amiruddin, guru SDN Tambora saban hari harus melewati hutan rimba dan perkebunan kopi Kaki Gunung Tambora, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk mengajar. 

TRIBUNTANGERANG.COM - Amiruddin, guru SDN Tambora saban hari harus melewati hutan rimba dan perkebunan kopi Kaki Gunung Tambora, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk mengajar.

Jarak kediaman Amiruddin dengan tempat mengajar di SDN Tambora di Desa Oi Bura, Bima, berjarak dua kilometer.

Kondisi jalan belum aspal dan berbatuan tentu saja menyulitkan Amiruddin menuju sekolah. Bahkan, tatkala hujan mengguyur desa mereka, sekolah terpaksa diliburkan.

Baca juga: Ternyata Prada Indra Baru 4 Bulan Tugas di Biak, Tewas Usai Wujudkan Mimpinya Jadi Prajurit TNI AU

"Musim hujan harus kami liburkan. Kalau satu bulan hujan, kami liburkan satu bulan. Mau tidak mau diliburkan, karena cuaca di sini sangat ekstrem sekali. Hujan, angin kencang. Kalaupun kita paksakan anak sekolah, siapa yang menanggung misalnya jatuh pohon tumbang kena anak sekolah," ucap Amiruddin kepada Tribunnews.com, Kamis (24/11/2022).

Ia mengungkapkan, tidak sedikit siswa mengalami musibah karena memaksakan diri sekolah saat hujan mengguyur.

Dari sembilan guru yang mengajar di SDN Tambora, tujuh di antaranya berstatus sukarela. Artinya, kepala sekolah dan seorang guru yang berstatus PNS.

Sesusai kesepakatan di sekolah, Amiruddin mengungkapkan guru sukarela hanya mengajar sebanyak tiga kali dalam seminggu.

Dalam mengajar para siswa, Amiruddin yang berstatus sebagai guru sukarela hanya mendapatkan pendapatan sebesar Rp 250 ribu per bulan.

Pendapatan tersebut didapatkan Amiruddin dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp1 juta per empat bulan.

Demi menghidupi kehidupan sehari-hari, Amiruddin harus mengambil pekerjaan lain.

Guru sukarela, kata Amiruddin, harus memiliki empat sampai lima pekerjaan lain demi bertahan hidup.

"Kita ambil pahala aja. Saya pribadi bercocok padi, jagung, aktivitas di panitia kepemiluan di kecamatan. Kebetulan saya operator di desa," ucap Amiruddin.

Tambahan pendapatan, menurut Amiruddin, sebenarnya bisa didapatkan melalui Tunjangan Daerah Terpencil. Perbulannya guru bisa mendapatkan tambahan dana Rp1,5 juta.

Namun, Amiruddin mengungkapkan dua tahun terakhir ini, dana tersebut tidak cair selama 6 hingga 1 tahun.

Dirinya berharap pemerintah dapat memperhatikan kesejahteraan para guru melalui pemberian dana Tunjangan Daerah Terpencil.

Amiruddin juga berharap pemerintah dapat melakukan perbaikan akses jalan menuju SDN Tambora.

Baca juga: Ibunda Prada Muhammad Indra Wijaya Syok, Masih Tenangkan Diri, Baru Tugas 4 Bulan Tewas Dianiaya

Hal ini untuk mempermudah para guru dan siswa menjalani pembelajaran.

Para guru, kata Amiruddin, juga mengharapkan Pemerintah kembali membuka rekrutmen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK).

Dirinya juga meminta agar bangunan sekolah mendapatkan perbaikan karena terdapat ruangan sekolah yang rusak.

"Bangunan sekolah kurang memadai, bangunan kami ada empat lokal. Selokal rusak berat, jadi kami mengajar di ruangan itu," pungkas Amiruddin.

 

Baca Berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

(*)


Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Perjuangan Guru Sukarela di Tambora, Lewati Hutan Rimba Demi Mengajar Murid-muridnya

 

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved