Anies Baswedan Risih Dicap Curi Start, Sodorkan Istilah yang Lebih Pas

Sejumlah pihak menuding Anies curi start kampanye Pilpres 2024. Anies menepisnya karena yang dia lazim dilakukan di sekolah

Penulis: Valentino Verry | Editor: Ign Prayoga
Tribun Tangerang/Alfian Firmansyah
Anies Baswedan saat ditemui di kediamannya di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (22/2/2023). 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Calon presiden Anies Baswedan kerap berkeliling ke berbagai daerah dan menemui para pendukungnya.

Kegiatan itu dilakukan setelah Anies Baswedan mengakhiri tugasnya sebagai Gubernur DKI dan diusung sebagai calon presiden (capres) oleh Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat.

Langkah Anies bertemu para pendukungnya di berbagai kota mengundang pro dan kontra. 

Sejumlah pihak menuding Anies curi start kampanye Pilpres 2024. Bahkan Anies Baswedan dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) atas dugaan mencuri start kampanye.

Bawaslu merespons. Laporan tersebut tidak dapat diregister sebagai pelanggaran sehingga tidak bisa diproses lebih jauh.

Namun demikian, Bawaslu RI menyatakan bahwa safari politik yang dilakukan Anies bermasalah dari segi etika.

"Ditinjau dari sisi etika politik, kegiatan safari politik yang dilakukan Anies Baswedan dapat dipandang sebagai tindakan yang kurang etis," ucap Koordinator Divisi Penanganan Pelanggaran, Data, dan Informasi Bawaslu RI, Puadi, beberapa waktu lalu.

"Sebab telah melakukan aktivitas kampanye terselubung dan terkesan mencuri start dalam melakukan kampanye sebagai calon presiden dalam Pemilihan Presiden 2024 mendatang," lanjutnya.

Anies Baswedan tampaknya risih atas tudingan dirinya curi start kampanye.

Pada acara Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Jaya, Anies menyatakan istilah curi start memiliki konotasi buruk. 

Menurut Anies, keliru bila disebut dirinya curi start untuk kampanye Pilpres 2024.

Peraih penghargaan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud tahun 2018 itu menyodorkan istilah yang tepat. 

Anies mengatakan, yang dilakukannya adalah akselerasi, bukan nyelonong dan menabrak aturan hukum.

Menurut Anies, akselerasi lazim dilakukan sekolah terhadap siswa-siswa berprestasi.

Dalam konteks politik nasional, Anies melakukan akselerasi bersama tiga partai, yakni Demokrat, PKS dan Nasdem.

"Kami ini sesungguhnya bukan mencuri start," kata Anies dalam acara silaturahmi dan dialog kebangsaan lintas tokoh KAHMI Jaya di Jakarta, Kamis (16/3/2023).

"Kalau mencuri start itu kesannya seperti nengok kanan-kiri nyari kesempatan nyelonong. Bukan!" imbuhnya dilansir Kompas.com.

Head Start 

Anies Baswedan lebih senang menyebut kegiatan safari politiknya sebagai head start atau akselerasi seperti dalam sekolah.

"Ini adalah head start, bukan mencuri start. Head start itu artinya seperti kita sekolah saja, kelas 5 enggak usah lewat kelas 6, langsung kelas 1 SMP. Kalau di kita namanya akselerasi," ujar Anies.

Ia lantas mengatakan, tak semua mampu menjalani kelas akselerasi karena punya kemampuan melakukan tugas.

Itulah sebabnya, kata Anies, kelas akselerasi hanya diambil oleh siswa yang memiliki kecukupan kemampuan untuk mengerjakan tugas yang lebih.

"Akselerasi itu yang baik-baik saja. Akselerasi itu tiga partai ini, tiga partai ini melakukan akselerasi," katanya.

Ia lantas menyebut akselerasi ini hanya untuk mereka yang bergerak awal.

"Hanya mereka yang siap yang memutuskan bergerak lebih awal," katanya.

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved