Kesehatan

RS EMC Tangerang Gunakan Augmented Reality untuk Operasi Tulang Belakang, Ini Kelebihannya

RS EMC Tangerang melalui EMC Healthcare memperkenalkan Eagle Eye berbentuk kacamata hololens yang bekerja dengan teknologi Augmented Reality.

Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Mochammad Dipa
Wartakotalive.com/Mochammad Dipa
Spesialis Ortopedi dan Traumatologi, Konsultan Bedah Tulang Belakang di RS EMC Tangerang, dr. Harmantya Mahadhipta, Sp.OT (K) Spine bersama Spesialis Ortopedi dan Traumatologi, Konsultan Tulang Belakang dr. Jephtah Tobing, MD,B. Med.Sci (Hons), Sp.OT (K-Spine) memperkenalkan Eagle Eye saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (30/5/2023). Eagle Eye merupakan alat navigasi dengan teknologi augmented reality untuk membantu dokter dalam tidndakan operasi tulang belakang. 

TRIBUNTANGERANGCOM, JAKARTA - Dunia medis saat ini terus berkembang dengan melakukan inovasi melalui teknologi untuk menghadirkan solusi untuk masalah kesehatan.

Seperti halnya RS EMC Tangerang melalui EMC Healthcare memperkenalkan sebuah inovasi berupa alat navigasi untuk operasi tulang belakang bernama Eagle Eye.

Eagle Eye ini berbentuk kacamata hololens yang bekerja dengan teknologi Augmented Reality (AR) untuk membantu dokter spesialis bedah ortopedi melakukan pemeriksaan masalah tulang belakang pada pasien saat operasi melalui teknologi imaging (pencitraan medis).

"Melalui teknologi Augmented Reality kita asumsikan gimana mata elang yang punya penglihatan yang begitu tajamnya dan sedemikian akuratnya bisa dipindahkan ke mata kita. Sehingga kita bisa melihat langsung secara akurat ke dalam tubuh pasien dan itu jauh meningkatkan akurasi tindakan operasi tulang belakang kita sehingga akan mengurangi resiko komplikasi pasca operasi," ungkap dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi, Konsultan Bedah Tulang Belakang dr. Harmantya Mahadhipta, Sp.OT (K) Spine di RS EMC Tangerang, dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (30/5/2023).

Harmantya menambahkan, bahwa teknologi Augmented Reality adalah inovasi yang menggabungkan dua hal, yaitu pasien sebagai realitas dan teknologi imaging (pencitraan medis).

Dokter spesialis bedah ortopedi di RS EMC Tangerang, dr. Harmantya Mahadhipta, Sp.OT (K) Spine memperkenalkan Eagle Eye saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (30/5/2023). Eagle Eye merupakan alat navigasi dengan teknologi augmented reality untuk membantu dokter dalam tidndakan operasi tulang belakang.
Dokter spesialis bedah ortopedi di RS EMC Tangerang, dr. Harmantya Mahadhipta, Sp.OT (K) Spine memperkenalkan Eagle Eye saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (30/5/2023). Eagle Eye merupakan alat navigasi dengan teknologi augmented reality untuk membantu dokter dalam tidndakan operasi tulang belakang. (Wartakotalive.com/Mochammad Dipa)

"Teknologi Augmented Reality menggabungkan realitas bentuk tubuh pasien atau anatomi pasien yang nggak bisa diubah-ubah, itu reality, yang kedua adalah imaging artinya sebelum kita (dokter) operasi itu kita memerlukan data-data baik dari CT Scan, MRI, USG dan sebagainya. Nah dua data ini, yaitu bentuk anatomi pasien dan imaging pasien digabung secara realtime jadi ditumpang tindih, jadi saat terjadi operasi kita bisa lihat pasien dan data pasien secara langsung," jelasnya.

Secara gambaran, gabungan antara data pasien dan teknologi tersebut dimasukkan ke dalam kacamata hololens. Melalui kacamata hololens, dokter dapat melihat data tersebut secara langsung.

“Biasanya, kalau kita operasi dengan mata telanjang, yang kita lihat hanya pasien saja. Dengan adanya hololens atau kacamata Augmented Reality , kita bisa melihat pasien plus datanya, jadi seakan-akan mata kita bisa melihat secara tembus pandang ke dalam tubuh pasien itu. Kita bisa melihat langsung tulangnya," ungkap Harmantya.

Pria lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut mengklaim, bahwa inovasi Eagle Eye ini merupakan teknologi Augmented Reality medis pertama di Asia Pasifik yang saat ini digunakan oleh Spine Center RS EMC Tangerang sebagai pusat pengobatan keluhan tulang belakang.

"Ini merupakan teknologi yang diadopsi dari Amerika, RS EMC sangat mendukung untuk mengadopsi teknologi ini, sehingga pada Februari lalu kita terbang ke Amerika untuk melihat langsung pemakaian teknologi augmented reality ini di bidang medis," ungkapnya.

Teknologi augmented reality yang dihasilkan pada Eagle Eye yang merupakan alat navigasi dengan teknologi augmented reality untuk membantu dokter dalam tindakan operasi tulang belakang.
Teknologi augmented reality yang dihasilkan pada Eagle Eye yang merupakan alat navigasi dengan teknologi augmented reality untuk membantu dokter dalam tindakan operasi tulang belakang. (Wartakotalive.com/Mochammad Dipa)

"Indonesia patut bangga sejak 8 mei 2023, RS EMC Tangerang sudah melakukan operasi tulang belakang augmented reality yang pertama di indonesia dan mungkin pertama di asia pasifik dan terus berkembang sampai sekarang," tambah Harmantya. 

Perlu diketahui, sistem augmented reality yang dipakai di Spine Center RS. EMC Tangerang juga sudah menerima persetujuan FDA 510(k) untuk operasi tulang belakang intraoperatif dengan panduan presisi.

Penerapan augmented reality di Spine Center RS. EMC Tangerang untuk pemasangan implan atau pedicle screw merupakan langkah besar untuk membuat panduan bedah yang presisi, lengkap dan lebih ekonomis dibandingkan dengan tehnologi navigasi lain.

Proses operasi tulang belakang dengan AR (Augmented Reality) juga dilakukan dengan persiapan yang lebih baik. Dokter operator melakukan surgical planning pada system komputerisasi dan pengolahan data, sehingga pada saat operasi dilakukan pemasangan implan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan tepat

Adapun penerapan Augmented Reality pada operasi tulang belakang memiliki kelebihan antara lain:

  • Lebih aman.
  • Tanpa atau minimal radiasi. Pasien dan atau Dokter akan lebih minimal terkena radiasi atau bahkan tanpa terkena radiasi alat medis.
  • Meningkatkan efisiensi, akurasi dan presisi pada pemasangan implant/ pedicle srew di tubuh pasien.
  • Waktu operasi lebih singkat.
  • Biaya relatif lebih terjangkau dari system navigasi lain karena tidak tergantung pada 1 (satu) jenis implant saja.
Sumber: Warta Kota
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved