Warteg Bahari Melantai di Bursa Saham Bukan Mimpi Siang Bolong, Agregasi Jadi Kuncinya

warteg yang menjual saham di bursa saham, bisa mendapatkan tambahan modal untuk membesarkan usahanya.

Editor: Ign Prayoga
Tribunnews/Jeprima
Pengelola warteg menyiapkan pesanan nasi bungkus di sebuah warteg di Jakarta Selatan. 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Warung tegal seperti Kharisma Bahari, Cahaya Bahari, Berkah Bahari, dan yang lainnya, berpeluang untuk melantai di pasar saham.

Warung tegal (warteg) yang menjual saham di bursa saham, bisa mendapatkan tambahan modal untuk membesarkan usahanya.  

Satu outlet warteg memang tidak mungkin listing atau mencatatkan sahamnya di bursa efek. Namun, gabungan warteg di beberapa daerah, sangat mungkin untuk menjelma jadi perusahaan terbuka berkode, misalnya WRTG.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) memiliki keinginan agar kalangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Untuk itu, Kemenkop UKM mendorong agregasi atau pengumpulan para pelaku UMKM agar bisa mencatatkan saham perdana atau listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, Papan Akselerasi di BEI jadi satu kebijakan yang bagus dalam memberi kemudahan bagi UMKM untuk listing di Bursa.

"Kalau kita menunggu yang kecil ini organik tumbuh begitu akan lama. Tadi saya sudah ngobrol, banyak kegiatan usaha sejenis kayak warung bakso dan warteg yang sebenarnya bisa kita agregasi," ujarnya di Gedung BEI, Rabu (7/6/2023).

Dengan agregasi tersebut, maka pelaku usaha kecil bisa dan meramaikan bursa untuk kategori aset tidak lebih dari Rp 50 miliar.

"Harus diagregasi, tapi memang perlu ada keterlibatan inkubator. Nah, inkubator IDX ini berperan untuk mendampingi mereka, merapikan juga sistem keuangan, dan saya kira nanti mungkin kita akan coba pendekatan itu,' katanya.

Teten menambahkan, saat ini baru ada 33 UKM yang melantai di Bursa dengan masuk dalam Papan Akselerasi.

"Sekarang baru ada 33 itu karena satu per satu, jadinya tumbuh organik. Tidak ada proses agregasinya, mengkonsolidasi usaha-usaha sejenis agar skala ekonomi bisa masuk batas minimum," katanya

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved